Alesha lumer

14.7K 1K 24
                                    

Author POV

Pagi-pagi sekali Rayyan sudah bangun dan bersiap-siap untuk berangkat bekerja, hari ini kali pertama laki-laki itu memasuki kantor dan beraktivitas layaknya para pekerja kantoran. Ilham tau ini terlalu cepat, kuliahpun menantunya masih belum tau kapan mulai aktif, tapi pria itu bersikekeh untuk mengajak Rayyan ikut membantunya dikantor. Terlepas dari itu semua, Ilham begitu mengerti bagaimana menantunya, dia memang laki-laki yang terlihat biasa, seperti tidak memiliki kemampuan apapun, tapi jika diasah laki-laki itu bahkan bisa melebihi Ilham. Pria itu bisa melihatnya, perubahan Rayyan sebelum dan sesudah menikah dengan putrinya. Seperti yang dikatakan Alesha dulu, laki-laki itu bukan cerminan imam yang baik, tingkah dan sikapnya bahkan membuat Alesha ragu, namun semakin kesini, laki-laki itu bahkan bisa membuat anak gadisnya jatuh cinta sejatuh-jatuhnya, dengan sikapnya yang lebih hangat dan selalu berusaha menjadi yang terbaik untuk istrinya.
Pria itu merasa pilihannya tidak salah, Rayyan, meski masa lalunya dihitamkan, namun masa depannya tak diragukan bisa berubah memutih. Itu semua beranjak dari diri orang itu sendiri, dan laki-laki itu menunjukkan bahwa dirinya bisa berubah menjadi lebih baik.

"Sebentar, sebentar, pake dasi apa ya?"
Alesha sedang sibuk memadu-padankan dua dasi didepan tubuh suaminya, dan laki-laki yang menjadi objek penting itu hanya cekikikan dan kadang kala tidak bisa menahan tawanya ketika Alesha mulai bingung dan gusar, mulai dari kemeja, jas sampai sepatu, gadis itu selalu bingung memilih. Dan itu semua menjadi hiburan tersendiri yang menyenangkan bagi Rayyan.
"Hitam atau coklat, kalo coklat.. Ah enggak-nggak, nggak cocok. Hitam aja netral."
Ucap Alesha memutuskan.

"Hitam aja ya Ray."

"Terserah."

"Kamu dari tadi bilang terserah mulu,"
Gerutu Alesha sembari menghentak kakinya, kesal, gadis itu mulai kesal dengan jawaban suaminya yang sejak tadi bilang terserah.
"Bikin aku bingung aja."
Tambahnya.

"Issh, nggak baik gerutuin suami, mau nanggung dosanya?"

Gadis itu diam. Laki-laki didepannya merasa menang dan menunjukkan senyum sombongnya.
Alesha yang sedang mengenakan dasi dileher laki-laki itu dengan sengaja mengeratkannya lebih kencang hingga membuat Rayyan terhenyak.

"Kalo nggak ikhlas, gak usah ngelakuin, daripada bisa bunuh orang."
Ucap Rayyan. Alesha cengengesan, gadis itu merasa bersalah.

"Maaf, maaf. Aku nggak sengaja, aku ikhlas kok, sangat ikhlas."

"Yakin ikhlas?"

"Iya ikhlas lah, kan untuk suami aku."

"Alesha? Sejak kapan kamu bisa gombal receh kayak gitu?"

"Kamu lupa siapa suami aku? Dia kan rajanya gombal nggak bermutu kayak gitu."

"Yang penting sudah buat istri aku jatuh cinta."

"Beeeh, Ray, plis jangan mulai."

"Kamu yang mulai duluan, aku ngikutin aja."

"Kok jadi aku sih?"

"Kan emang kamu."

"Emang aku kenapa?"

"Emang kamu yang terbaik."

Gadis itu cengok. Bagaimanapun juga dia tetap kalah dengan mantan players seperti Rayyan. Caranya mengajak berdebat dan meredakannya itu tidak pernah terduga. Alesha sendiri mulai terpukau dengan laki-laki itu, namun bukan karena cara Rayyan mencuri hatinya melalui gombalan-gombalan tersebut, tapi caranya mempertahankan pernikahan itu. Alesha tau sekali bagaimana kehidupan Rayyan dulu sewaktu SMA, hari-harinya dikelilingi gadis-gadis cantik, mulai dari yang centil sampai malu-malu tapi mau, namun setelah mengucap ijab qabul, Rayyan benar-benar meninggalkan itu semua, kehidupannya kini hanya ada satu wanita, yaitu Alesha, istrinya. Terbukti ketika gadis bernama Ninda datang dengan tiba-tiba mengaku sebagai cinta pertamanya, yang hampir membuat Alesha ragu bertahankah Rayyan dengan kedatangan cinta pertamanya, namun semua ketakutan Alesha terbantahkan oleh sikap tegas Rayyan yang menolak kembalinya lagi Ninda, bahkan dengan lantang dan tidak peduli bagaimana rasa sakitnya gadis itu, Rayyan mengungkapkan bahwa cinta pertamanya adalah Alesha, hanya gadis itu, dan tetap dia.

Alesha merasa kecil jika dibanding ketulusan Rayyan. Laki-laki itu yang bahkan dulunya seorang playboy, yang tidak bisa hidup dengan satu perempuan, kini bisa dengan tegasnya mempertahankan pernikahan, lalu apa kabar Alesha? Apa dia akan kalah dengan Rayyan? Apa semua ketulusan laki-laki itu dibalasnya dengan pengkhianatan.

"Kenapa? Lumer ya?"
Ucap Rayyan yang menyadarkan lamunan Alesha. Ah, laki-laki itu masih ada didepannya, masih dengan kePDannya.

Alesha menyentil lengan Rayyan.

"Mana mungkin aku lumer. Aku sudah kebal."
Ucap Alesha.

"Oh ya?"

"Iya."

"Kalo gitu meleleh?"

"Isssh, itu juga nggak."

"Yakin?"
Wajah Rayyan tiba-tiba mendekat, menghapus jarak dengan wajah Alesha. Oh tidak, apa yang akan dilakukan laki-laki itu sepagi ini.

"Aww.."
Sentilan kecil meluncur tepat dikening Rayyan, laki-laki itu meringis kesakitan.
"Kamu kenapa sih Sha?"

"Lah kamu ngapain pagi-pagi ini, itu..."

"Apa?"
Tanya Rayyan kembali dengan sikap normalnya.
Dia membalas sentilan gadis itu, namun lebih pelan.
"Makanya, otak itu dicuci, pagi-pagi udah mikir yang nggak bener."

Alesha kembali cengok. Oh ya Rabb, benar-benar laki-laki itu membuatnya malu, menyebalkan, lagian gadis itu juga kenapa berfikiran kalau Rayyan akan melakukan itu pagi-pagi begini.

"Rayyan, Alesha, ayo sarapan."
Suara dari luar sudah terdengar. Sepertinya sarapan sudah siap.

***

"Sha, jangan lupa nanti."
Bisik Rayyan disamping gadis yang masih sibuk menghabiskan makanannya diatas piring, sedangkan laki-laki itu sudah bersiap-siap berangkat dengan Ilham.

"Apa?"
Alesha mengernyitkan alisnya, dia lupa.

"Jam istirahat bawakan makanan untuk aku."
Alesha ingat. Dia juga ingat kalau Ayaz pun ingin mengajaknya bertemu.

Alesha harus berbuat apa? Rayyan terlihat begitu berharap dengan kedatangan Alesha, gadis itu tau dengan kedatangannya adalah sebagai penyemangat bekerjanya. Tapi jika dia tidak menemui Ayaz, semua akan tetap runyam, dan masalah kesalahpahaman itu tidak akan terselesaikan. Alesha pun harus menjelaskan bahwa sudah ada jarak yang tidak mungkin dia lewati dan hapus begitu saja, karena jarak itu sudah diciptakannya bersama Rayyan, kalau dia berniat menghapusnya, itu artinya dia juga akan menghapus Rayyan, dan dia harus siap-siap kehilangan laki-laki itu.

"Alesha."
Panggil Rayyan lagi.
"Kenapa? Kamu nggak bisa?"
Tanya Rayyan lagi melihat wajah Alesha yang terlihat ragu.

"Bisa,"
Jawab Alesha langsung karena lamunannya terusik oleh Rayyan.
"Insyaallah."
Tambah gadis itu.

"Aku harap kamu tidak terlambat."
Bisik Rayyan lagi.

"Rayyan, kita bisa berangkat sekarang?"
Ucap Ilham pada Rayyan.

"Bisa Ayah, tapi sebentar, Rayyan mau bicara dulu sama Alesha."
Jawab Rayyan.

"Iya yaudah, Ayah sama Bunda ke depan dulu."
Ilham dan Rumi melangkah keluar rumah.

"Jangan lupa nanti."
Ucap Rayyan mewanti-wanti.

"Iya iya Ray, sudah kamu berangkat gih. Semoga Allah memperlancar segala pekerjaanmu nanti."

"Aamiin, terimakasih istriku."

"Siap suamiku."
Jawab Alesha sembari mencium punggung tangan Rayyan.

"Oke Pare."

Alesha mendelik, dia mendengar kalimat terakhir laki-laki itu ketika berbalik.

***

Regards 🌹

Umi M.

Bintang dibalik Senja (COMPLETE)Where stories live. Discover now