Yang terakhir - 3 End

23.3K 1.2K 56
                                    

Setelah mengambil makanan untuk Rayyan, aku kembali ke kamar, dan kulihat laki-laki itu tidak sedang tidur seperti yang dikatakan tadi. Sekarang dia kembali duduk santai seperti sebelumnya, dan dengan remote tv ditangan.

"Kamu nggak jadi tidur Ray?"
Tanyaku, semoga dia mulai membaik hatinya.

Namun tidak ada jawaban, laki-laki itu masih fokus dengan tv diseberang.

"Makan dulu Ray, aku sudah bawa makanan untukmu."
Ucapku. Namun tetap tidak ada jawaban. Laki-laki itu masih tetap pada fokusnya.

"Ray, jangan diem dong, maafin aku. Kan aku udah jelasin semuanya sama kamu."
Gerutuku sembari duduk disampingnya. Dia masih tidak bergeming.

"Jelasin apa?"
Kini dia membuka suara, tapi tak sama sekali melihatku.
"Jelasin kalo kamu cinta aku?"
Ucapnya sembari melirikku. Sekarang dia tidak bisa menyembunyikan tawa gelinya. Oh ya Rabb, apa yang aku dengar dan aku lihat ini benar? Apa hatinya sudah mulai membaik?

"Ray, kamu..."
Aku tidak bisa bicara, aku terlalu rindu melihatnya bersikap seperti ini.

"Aku kenapa?"
Tanyanya ambigu.

Tanpa sadar tubuh ini sudah membawaku memeluk Rayyan, satu hari tanpa gombalan dan kejailan laki-laki itu rasanya hambar, terasa satu tahun hidup digua sendirian, aku rindu, dengan kegilaannya, dengan caranya membuatku kesal sampai jijik jika sudah keluar kata-kata gombal receh.

"Aku memang masih kesal sama kamu, dengan ketidakjujuranmu, tapi aku tidak mungkin bisa mendiamkanmu, dan juga berpura-pura tidak peduli denganmu."
Suaranya kudengar begitu dekat dengan alat pendengaranku.

"Setelah pergi untuk melihat kalian ada dimusholla, Ayahmu menjelaskan tentang hadist yang diriwayatkan oleh Muslim yaitu tidaklah seorang hamba memberi maaf, kecuali Allah Ta'ala tambahkan kemuliaan baginya. Dan tidaklah seseorang bersikap tawadhu' karena Allah Ta'ala, kecuali Dia akan meninggikan derajatnya. Jadi sebaiknya bersabar dan pertebal kesabaran baik sebagai seorang suami maupun seorang istri karena pahala memaafkan kesalahan pasangan sangatlah besar baik dalam pandangan Allah maupun dalam pandangan manusia. Maka maafkan kesalahan demi kesalahannya karena di balik kesalahannya yang tidak kita sukai, mungkin justru Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya."
Dia melepas pelukannya, mataku menelisik wajah yang semakin teduh saja.

"Fattaqullaaha wa ashlihuu dzaata bainikum. sebab Allah memperbaiki dan mendamaikan antara kaum mukminin dihari kiamat, diriwayatkan oleh Abu ya'la Al Maushili. Itu juga yang dikatakan oleh Ayah."
Tambahku yang membuat Rayyan ikut tersenyum.

"Karena pada dasarnya, kesalahan sebesar apapun yang dilakukan oleh pasangannya, orang itu akan memaafkannya dengan lapang jika pasangannya sudah meminta maaf. Karena, orang itu lebih memilih memaafkan daripada harus kehilangan. Itu yang aku rasakan, Sha, aku sudah terlalu banyak bicara kali ini."
Ucapnya yang membuatku tertawa geli karena mendengar kalimat terakhirnya.

"Aku tidak peduli kamu banyak bicara, karena aku menyukainya. Kamu tau Ray, aku lebih suka mendengar gombalan recehmu, daripada kalimatmu tadi dikantor. Billahi, aku tidak suka, kamu seperti melihat musuh bukan istri."
Jawabku mengingat kejadian tadi siang, dia sama halnya seperti ikan buntel yang ingin aku hempas.

"Maafkan aku ya, aku pasti sudah membuatmu sedih."

"Tentu, aku sedih melihatmu sinis."

"Tapi sekarang sudah tidak kan?"

"Iya sih, kamu sudah nggak sinis, tapi kamu masih bikin aku kangen."
Ucapku yang membuatnya mendelik, ah lucu sekali dia, yakin sekali kalau dia mirip ikan buntel kali ini. Haha.

"Kamu bilang apa? Kangen?"
Ucapnya memastikan yang dia dengar.
Aku mengangguk, tidak haramkan bicara rindu dengan suami sendiri? Ah ini rasanya menggelikan bicara rindu pada orang yang setiap hari aku temui.

Tapi tiba-tiba wajahku sudah dibawanya tenggelam didada bidangnya, namun semakin lama, wajahku sudah berada tepat didepan ketiaknya. Bau mint.

"Aaah Rayyan."
Aku mencoba melepas pelukannya, tapi tidak berhasil, lengannya cukup kuat untuk aku enyahkan.

"Katanya kangen, ketiakku akan mengobatinya kok, tenang saja."
Kudengar laki-laki itu bicara lalu kemudian melanjutkan cekikikannya.

"Ini bau tai ayam."
Celetukku, padahal harum bau tubuhnya begitu membuatku lengah.

"Gila lo."
Rayyan akhirnya melepas pelukannya, lengannya tidak lagi mendekapku kuat.
"Gue baru mandi kali, lagian bau gue nggak seburuk itu."
Ucapnya tidak terima.
Kali ini aku yang cekikikan.

"Tapi bau itu yang gue rindukan."
Balasku yang membuatnya mendelik, antara kesal dan senang.
"Plis Ray, mukanya jangan gitu, mirip ikan buntel, yakin deh."
Tambahku.

"Ikan buntel?"

"Yaa."

"Habis brotowali, sekarang ikan buntel? Kenapa tidak ada panggilan istimewa sedikitpun."
Gerutunya.

"Tidak perlu panggilan istimewa, toh orangnya sudah snagat istimewa."
Jawabku.

"Aleshaa, aku sudah tobat nggak ngegombal, kenapa sekarang ganti kamu."

"Itu artinya, aku sudah terkontiminasi oleh kamu."

"Ter-konta-minasi."

"Yah itu maksudku."

Kini pelukannya kembali meraihku.

"Ray, semuanya sudah berakhir, semuanya sudah aku jelaskan pada Kak Ayaz, dan tidak ada lagi yang bisa mengganggu hubungan kita."
Ucapku, aku harap masalah ini tidak terjadi lagi.

"Yang terpenting diantara kita harus ada keterbukaan, dan saling memaafkan. Aku yakin masalah apapun itu kita bisa menghadapinya.. Maafkan tadi aku yang begitu emosional ya."

"Tidak perlu meminta maaf Ray, karena kali ini aku yang salah. Maafkan aku ya.."

"Kalo saling memaafkan saja bagaimana? Daripada berebut menyalahkan diri sendiri."

Aku tersenyum dibalik tubuhnya.

"Iya, saling memaafkan saja suamiku."

END

***

Assalamualaikum. Yang terakhir, dan ini memang akhir. Yeeee alhamdulillah yah.
Semoga bermanfaat cerita ini.
Terimakasih untuk pastisipasi, kritik, saran, dan semangat kalian. Bang Rayyan dan Neng Alesha pasti bakal kangen sama kalian. Hahaai.

Jangan lupa baca juga cerita terbaruku, Cahaya Awan dan cerita lama yang nggak kelar-kelar Aisya. Hehe.
Dan ada rencana bikin cerita baru sih judulnya Andai Luka itu Lolipop , masih rencana, ditunggu aja ya. Daaah, makasih sekali lagi sudah setia nunggu cerita ini.

Regards🌹
Lafyuguys
Umi Masrifah

Bintang dibalik Senja (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang