Cemburunya Rayyan (2)

14.8K 1K 42
                                    

Rayyan POV

"Ayaz?"
Kuperjelas lagi ucapan gadis yang ada dihadapanku sekarang, langkahnya melambat karena dia menemukan sosok yang baru saja disebutkan namanya.

"Tadi, aku melihat Kak Ayaz."
Jelasnya, yaa aku tahu Sha, sebelum kamu melihatnya, aku sudah terlebih dulu mengetahui keberadaannya di pesantren ini. Untuk apa? Aku tau sekali, laki-laki seperti Ayaz tidak akan membiarkan yang dia inginkan begitu saja lepas, begitupun aku, aku akan meladeninya jika itu bersangkutan dengan Alesha, istriku.

"Didepanmu ada aku, tapi fikiranmu ada pada orang lain, dan orang lain itu yang pernah ngisi hati kamu."
Aku tersenyum miring, menertawai diriku yang terlalu pecemburu.
"Gila, gue nyesel, kenapa gue bisa cemburu gini sama cewek macam lo."
Terkadang dengan bersikap biasa saja, adalah cara untuk menutupi semua ini, rasa cemburu ini. Dan nyatanya, hanya Alesha lah gadis yang bisa membuatku cemburu seperti ini.

"Ray, jangan ngomong gitu."
Dia mulai membuka suara. Kenapa? Kenapa dia melarangku berbicara.
"Aku tidak memikirkan siapapun kok, tadi aku bener liat Kak Ayaz, dan aku refleks ngucap namanya. Yaudah pokoknya aku minta maaf, jangan ngomong gitu lagi ya."
Jelasnya. Kenapa? Kenapa dia melarangku berbicara lagi. Ini benar kan? Kalau memang Ayaz tidak ada dalam fikirannya, dia tidak akan spontan mengucap namanya ketika tau ada sosoknya.

"Iya."
Jawabku kemudian berbalik, Ya Rabb, jauhkan rasa kecewa ini, aku tidak mau hanya karena rasa cemburu ku ini, membuatku bersifat egois dan menyiksa Alesha. Sesungguhnya pernikahan ini bukan untuk saling mengekang dan dikekang, tapi saling melindungi juga menjaga, aku hanya ingin melindungi gadisku itu tanpa dia merasa dikekang.

"Karena aku sakit, kalo kamu ngomong kayak gitu."
Tambahnya lagi, ungkapannya membuatku mengurungkan niat untuk berbalik, mataku akhirnya kembali mentitik temukan dengan pandangannya, matanya sendu dan bersinar, seperti kilauan bintang senja yang bersinar diambang warna kemerahan.

"Aku tau kamu marah, kamu kecewa, karena aku sebagai istrimu membicarakan nama orang lain dihadapanmu. Tapi aku mohon jangan lagi bicara kamu menyesal cemburu denganku, karena aku sendiri iri pada gadis yang pertama kali membuatmu cemburu, karena dia orang yang pertama kali beruntung mendapatkan hati kamu."
Dia bersungguh-sungguh, matanya menyiratkan kesedihan. Ya Rabbi, benar kan, akhirnya Alesha merasakan sakit karena sikap egoisku, sikap tak terkendali ku.

"Gadis yang pertama kali membuatku cemburu, sekarang ada didepanku dan sedang iri pada dirinya sendiri."
Jawabku, sembari mengulum senyum, dan Alesha mengernyitkan alisnya, tanda meminta penjelasan lebih dariku.

***

Author POV

"Makasih ya Sha, Ray, sudah anterin Uti ke pesantren untuk menemui Mbah Kyai kalian."
Ucap wanita yang sudah tidak muda lagi, kini wanita itu memandang Rayyan, matanya menyiratkan sesuatu.

"Dia nitip pesan untukmu, untuk kamu lebih menjaga Alesha lagi."
Tambahnya, dan mendapat anggukan dari laki-laki yang terlihat mantap bersedia melakukan itu.

"Yasudah, Uti kedalam dulu."
Dan wanita itu pun pergi melangkahkan kakinya kedalam rumah.

Sedangkan Alesha memandang kearah Rayyan, gadis itu masih ingat sekali bagaimana Rayyan mengatakan bahwa dirinyalah gadis yang pertama kali membuatnya cemburu, dan betapa merasa bodohnya Alesha, karena dia tidak peka akan hal itu.

Rayyan duduk dikursi yang ada disampingnya, memperhatikan jalanan yang sudah panas karena terik matahari, dan tidak memperdulikan gadis yang sejak tadi memandanginya.
Gadis itu masih tetap berdiri, menunggu laki-laki itu menegur, atau menyuruhnya apapun selain berdiri, sejak pipinya terasa panas karena pernyataan laki-laki itu, Alesha menjadi bungkam dan tak tahu bagaimana cara berbicara yang normal pada Rayyan, karena sejujurnya, gadis itu menjadi salah tingkah dan nantinya malah ditertawakan.

"Kamu ngapain sih Sha berdiri disitu?"
Akhirnya laki-laki itu membuka suara, sepertinya dia sedang merasa risih karena gadis itu berdiri disampingnya tanpa berbuat apapun, hanya berdiri memaku, seperti patung disamping ambang pintu.

"A-aku, mau tanya, kamu mau minum apa?"
Tanya Alesha.

"Nggak mau minum, cuman mau kamu nemenin aku disini, dan jelasin kenapa sejak dari pesantren kamu jadi diem kayak gitu."
Ucapnya yang berhasil membuat Alesha mati berdiri.

"A-aku biasanya juga diem, jadi nggak perlu dijelasin dong Ray. Mmm, yaudah aku mau kedalem dulu, mau ganti baju. Nanti ada Dira kesini,"
Jelas Alesha yang entah membuat Rayyan curiga atau tidak.
"Kamu jadi nggak mau minum nih?"
Tanyanya lagi memastikan.

"Buatin coklat cappucino aja kalo gitu."

"Isssh, tadi katanya nggak mau."
Gerutu Alesha.

"Ikhlas nggak?"

"Iya iya ikhlas."
Balas Alesha.
"Dasar, brotowali, masih aja pahit."

"Apa?"

Alesha gelagapan, bisa-bisanya laki-laki itu masih mendengar ucapannya, padahal dia yakin suaranya sudah lirih dan tidak mungkin terdengar oleh Rayyan.

"Haa? Apa?"
Gadis itu pura-pura.

"Kalo nggak mau panggilan Pare jadi panggilan kesayanganku, jangan coba-coba menyebutku Brotowali lagi."
Ucapnya datar.

***

Hai malam, hihi.. Malam jumat..
Maaf ya part ini cuman dikit, tapi yang kangen Rayyan boleh lah, ada POV-nya dia sedikit, grgr cemburunya, aku jadi pengen jelasin gimana perasaan dia sebenarnya, ceilah wkwk.

Oh ya, tadi ada yang nonton mertuanya Rayyan di tv nggak? Di film yang udah berepisode banyak, Tukang Bubur Naik Haji. Duh disitu, Ilham masih keliat unyu get, lah dicerita ini, dia udah jadi bapak-bapak wkwk. Ada juga yang nonton sinetron barunya si Rayyan nggak? Eh maksudnya si Arbani? Di Popcorn, jujur aku baru tau ada sinetron terbaru dia, kudet banget kan hiks.
Ya yang jelas, mertua dan menantu sukses muncul ditv-nya ya, jangan salip-salipan ratting ekwk. Yang akur, kayak di ig nih 👇

 Yang akur, kayak di ig nih 👇

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jadi enak ngeliatnya 😂😂

Oke bye, jangan baca dulu ceritanya kalo ngantuk, tidur aja dulu, besok baru dibaca wkwk

Regards

Umi Masrifah

Bintang dibalik Senja (COMPLETE)Where stories live. Discover now