Fi Alwaqie

16K 1K 29
                                    

"Eh Sha, lo kenapa sih daritadi diem mulu?"
Suara Dirah akhirnya menyadarkan kedua sahabatnya bahwa satu lagi sahabatnya sejak tadi tidak ikut nimbrung dengan yang mereka bahas.

Alesha menggeleng.
Sejujurnya, dia sedang memikirkan sikapnya nanti kalau seandainya tiba-tiba bertemu dengan Rayyan, apa harus tetap terlihat nyolot seperti dulu setiap bertemu tulang hidungnya Rayyan saja sudah bereaksi tidak suka, atau bersikap baik karena kejadian kemarin malam ketika laki-laki itu bersikap begitu manis dan mengerti dirinya pada saat itu.

"Seriusan lo?"
Tanya Azalea memastikan, dia tidak yakin kalau sahabatnya itu benar-benar tidak apa-apa.

"Sha, kalaupun lo ada masalah. Setidaknya lo cepet kelarin atau lupain dulu. Ujian nasional udah makin deket. Jangan sampek masalah itu ganggu pikiran lo."
Saran Ashila. Yang dibalas Esha dengan senyuman cerianya.

"Masalah apa sih? Nggak ada masalah yang harus gue kelarin, atau gue lupain. Gue biasa aja kok. Tenang lah, woles gaes.."
Balas Alesha menunjukkan kalau dia benar-benar baik-baik saja, tanpa ada masalah.

"Lo yakin nggak mau ceritain sesuatu sama kita?"
Tanya Dirah lagi.

"Belum saatnya."
Jawab Esha yang membuat Shila, Zalea, juga Dirah mengernyitkan dahinya.
"Oh ya, Dirah lo udah pinjem buku latihan UNAS-nya Kak Adiva? Gue udah dapet dari Kak Aisya nih.."
Alesha mencoba mengalihkan pembicaraan, setidaknya mereka tidak memberi pertanyaan yang akan menyudutkannya lagi.

Adirah menepuk jidatnya. Dan beristighfar.

"Astaghfirullah Ya Rabb, gue lupa.. Kak Adiva udah balik ke Semarang. Gimana dong?"
Adirah baru ingat kalau dia harus meminjam buku pada kakaknya yang sekarang sedang menempuh S1nya di UIN Walisongo fakultas Tarbiyah.

"Yaelah, lo mah gitu."
Gerutu Shila.

"Kurang makan bayem nih anak."
Celetuk Alesha.

"Lo kira gue popeye, makan bayem mulu."
Sahut Adirah yang tidak terima.

"Yaa, setidaknya lo butuh asupan zat omega 3, biar daya ingat lo itu makin meningkat."
Jelas Alesha.

"Sok deh. Kayak lo nggak pikun juga, Sha."
Sahut Azalea sekarang, dia berdecak melihat Alesha menasehati Adirah, sedangkan dirinya sendiri juga sama halnya dengan Adirah.

Alesha nyengir.

"Eh, dhuha yuk. Keburu jam istirahatnya abis."
Saran Ashila, menghentikan percakapan ketiga sahabatnya yang sudah menjurus kemakanan, karena dia begitu sensitif dengan hal itu, akhirnya dia memutuskan untuk menyudahinya.

"Eh iya, udah selesai semua kan makannya?"
Tanya Zalea sembari melihat satu persatu piring sahabatnya, kurang kerjaan.
"Bersih amat piring lu Rah."
Tambahnya, yaa, ini yang dia cari. Satu bahan bullyan.

"Mestii."
Adirah berdiri dan ngelonyor duluan, yang diiringi tawa ketiga orang dibelakangnya.

***

"Jadi orang yang ada dimimpi lo itu beneran ada Shil?"
Tanya Adirah, mereka masih berempat, berjalan menuju mushola sekolah untuk menunaikan sholat dhuha. Dan kali ini, mereka sedang sibuk membicarakan laki-laki yang ada dimimpi Ashila, ternyata memang benar ada, dan baru beberapa hari kemarin Ashila bertemu dengannya.

"Serius. Gue juga nggak nyangka, gue juga heran, mana bisa ada orang persis banget sama yang ada dimimpi gue."
Jawab Ashila, dia tidak salah bicara kali ini.

"Mungkin, itu sudah jodoh lo. Nggak salah kan setelah kalian kenal, Allah sudah menyatukan kalian."
Sahut Zalea, yang membuat Ashila mendelik.

"Maksud lo? Walaupun menikah muda itu baik, tapi sekarang gue masih belum ada pikiran sampek kesana. Plis deh."
Elak Ashila, yang tidak hanya membuat Zalea tertawa geli, tapi juga membuat mimik muka Alesha berubah.

Bintang dibalik Senja (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang