Yang terkuak

15.1K 1.1K 66
                                    

Setelah kenyataan yang baru saja menyadarkan hasil dari rasa terbuainya, kini gadis itu ingin sekali mengumpat pada dirinya sendiri, kenapa begitu bodohnya melihat seseorang hanya dengan rasanya yang senantiasa kosong tanpa bukti dan berlogika sedikitpun. Kenapa dia masih memandang seseorang dari sisi sebelahnya saja. Jika sisi yang dia lihat baik, maka akan seterusnya dimata gadis itu baik, juga sebaliknya jika yang dia lihat dari sisi buruknya. Kenapa dia tidak berfikir kalau sisi baik seseorang tidak dipungkiri juga memiliki sisi buruk. Kenapa gadis itu terlalu sulit memahami hal yang selalu diperingatkan oleh ayahnya itu. Sampai akhirnya, sekarang dia yang merasakan itu sendiri.

"Ya Allah, kenapa aku tidak bisa melihat kejanggalan-kejanggalan yang dilakukan Kak Ayaz selama ini. Dan kenapa laki-laki itu tidak berkata jujur, sampai aku mencoba menjatuhkan hati padanya dan mentulikan telingaku saat Rayyan mencoba menjelaskan yang sebenarnya."
Gadis itu kembali menyalahkan dirinya. Langkahnya gontai menuju rumahnya yang tidak jauh dari rumah Ayaz. Dia tidak perduli pada sikap Shena yang heran ketika melihatnya pergi tanpa pamit. Dia juga kecewa dengan gadis itu karena sudah merahasiakan kebenaran sesungguhnya.

"Tenangkan hatimu, baru teruskan berjalan. Tidak baik berjalan dengan mengumpat dalam hati."
Suara itu membuatnya terhenyak. Suara yang pernah dia dengar, yang berasal dari balik tubuhnya. Gadis itu segera berbalik dan melihat laki-laki yang sudah lama tidak dia temui, terakhir dia temui ketika didepan rumahnya malam-malam, dan itupun memiliki kesan yang tidak terlalu bagus dan membuatnya merasa canggung saat sekarang sedang berhadapan dengan laki-laki itu.

"Rayyan."
Suara gadis itu lirih seiring wajahnya yang mulai menunduk.

"Darimana? Tumben jalan kaki?"
Tanyanya.

Apa harus aku mengatakan kalau dari rumah orang yang aku sukai, dan aku tahu kenyataannya bawa laki-laki itu bukanlah orang muslim. Fikirannya terpecah ketika suara tawa yang terbahak-bahak terdengar dari arah depannya, tepatnya dari Rayyan berdiri.

"Nggak ada ojek ya Non? Atau lo lagi berantem sama cowok yang lo suka itu? Sampek-sampek nggak dianterin pulang."
Ujarnya kembali diiringi tawa geli.

Alesha kembali mendongakkan kepalanya, menatap mata laki-laki itu penuh nanar.

"Gue minta maaf sama kejadian yang kemarin."
Ucap gadis itu tanpa malu mengucapkannya.

"Kejadian yang mana? Gue rasa lo nggak pernah lagi nimpuk gue pakek botol mineral bekas."
Ujarnya lagi bahkan dengan kalimat yang lebih santai, dan mengingatkan gadis itu pada kejadian-kejadian yang selalu membuatnya kesal dan ingin sekali menghanguskan laki-laki itu dari peradaban dunia. Tapi kejadian itu yang membuatnya akan merindukan masa SMAnya, masa dimana kehidupan hanya dibuat santai seperti dipantai.

"Sudahlah Ray, jangan buat gue cabut permintaan maaf gue."
Gerutu Alesha karena kembali kesal dengan sikap Rayyan yang tidak pernah serius. Tidak pernah serius? Apa dia lupa terakhir kali mereka bertemu, laki-laki itu benar-benar menunjukkan sikap seriusnya.

Suara tawa menggelegak kembali terdengar.

"Akhirnya lo tau yang sesungguhnya."
Ucap laki-laki itu tiba-tiba, yang berhasil membuat Alesha mendelik dan membuatnya berubah penasaran. Apa Rayyan tahu semuanya, jadi laki-laki itu sama halnya dengan Ayaz yang menyembunyikan kebenaran itu.

"Apa lo tau semuanya? Tentang Kak Ayaz? Tentang agamanya?"
Tanya Alesha.

"Sekedar tahu."
Jawabnya sesantai mungkin.

"Jadi lo udah tau hal ini, dan lo nggak bilang apapun sama gue? Tentang kebenaran ini? Kenapa semua orang jahat banget sama gue."
Gadis itu gusar. Ternyata laki-laki didepannya sama halnya dengan semua orang yang sudah membohonginya. Padahal baru saja dia ingin meminta maaf dan berterima kasih pada Rayyan, kalau laki-laki itu sudah menyadarkan betapa Allah melaknat pernikahan dua agama.

"Dan perlu lo tau juga, salah satu alasan kita menikah muda juga karena hal ini."
Jawab Rayyan lagi.
Alesha semakin gelagapan. Jadi tidak hanya Rayyan yang tahu, tapi juga orangtuanya. Mereka merencanakan pernikahan itu lebih cepat karena kenyataan ini.

"Gue.. Gue gak habis fikir sama semua orang. Kenapa semuanya menyembunyikan hal ini. Kenapa kalian tidak menjelaskan semuanya sebelum ini terjadi, sebelum, aku menjatuhkan hati pada orang yang salah."
Ucapnya lemah. Dia masih bersikap egois. Merasa dirinya dibohongi oleh semua orang, termasuk orangtuanya dan laki-laki yang ada dihadapannya.

"Gue tanya sama lo sekarang. Kalo nggak ada rencana pernikahan ini, apa lo bisa berhenti dekat dan tidak membiarkan perasaan itu terus mengembang? Apa lo yakin? Pada dasarnya, lo nggak akan bisa merubah perasaan lo begitu saja, bisa-bisa lo akan membiarkan perasaan itu berkembang dan melanjutkan hubungan yang tidak ada kebaikannya sekalipun. Karena apa? Karena cinta itu sudah membutakan mata lo, betapa agama tidak lagi menjadi hal mutlak dalam suatu hubungan. Gue sudah pernah bilang sama lo, sampai kapanpun pernikahan yang berbeda keyakinan tidak akan bisa disatukan oleh Allah. Karena Tuhan mereka berbeda. Dan Tuhan tidak bisa disatukan..."
Jelas Rayyan menunjukkan sikap seriusnya. Sikap yang terkadang membuat Alesha ketar-ketir, karena pandangan laki-laki itu bisa menusuk manik-maniknya ketika sudah serius seperti kali ini.

"Dan gue tau sekarang, lo setuju pernikahan ini karena lo kasihan kan sama gue? Karena lo nggak mau gue terjerumus dengan hal yang tidak ada kebaikannya sekalipun. Iya kan? Gue berterima kasih sama lo, sangat-sangat berterima kasih. Kali ini gue sudah sadar, dan tidak akan melakukan hal buruk itu. Kalo lo mau mundur dari perjodohan ini dan kembali bisa kencan dengan cewek-cewek lain, gue persilahkan. Gue nggak mau membebani siapapun kali ini. Sekali lagi gue berterima kasih sama lo, dan meminta maaf sama lo karena melibatkan lo dengan kehidupan gue yang terlalu serius ini."
Ucap Alesha. Dia sadar laki-laki itu tidak benar-benar setuju dnegan perjodohan itu, laki-laki itu hanya kasihan dengannya.

"Gue peduli sama lo, lebih dari sekedar rasa kasihan. Gue juga udah pernah bilang sama lo. Ini bukan hanya rencana dari orangtua, tapi juga dari Allah, gue bisa nggak setuju dan menolak keras ketika pertemuan keluarga kita saat membicarakan perjodohan ini, gue bisa saja nggak peduli ucapan Ammu Ilham tentang kehidupan lo, tentang apa yang akan terjadi jika gue nggak setuju hal ini. Tapi gue nggak bisa ngelakuin itu, gue nggak bisa."
Jelas laki-laki itu.

"Kenapa?"
Tanya Alesha, dia menunggu jawaban dari laki-laki didepannya.

"Karna gue bisa ngerasain apa yang nggak bisa gue rasain saat sama cewek lain. Rasa yang tanpa gue sadar, membuat gue begitu peduli sama lo."
Jawab Rayyan yang berhasil membuat Alesha menatap laki-laki itu lekat. Menyemburatkan kilauan-kilauan matanya pada laki-laki itu. Kenapa kalimat itu berhasil membuatnya bergetar.
Apakah semuanya begitu berubah secepat ini?

***

Regards 💕

Umi Masrifah

Bintang dibalik Senja (COMPLETE)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora