Zhan

17.1K 1.1K 6
                                    

"Ayah, tolong katakan kalau bukan dia yang akan dijodohkan denganku."
Aku memandang laki-laki yang ada didepanku juga Ayah. Setelah Kak Ayaz pergi karena ada urusan lain, Ayah menghampiriku dan kaget melihat Rayyan sudah ada ditempat duduknya.

"Tapi yang kamu fikirkan memang benar Esha. Kenalkan, dia Rayyan."
Oh tidak, dan lihatlah laki-laki player seperti Rayyan bisa bersikap semanis seperti saat ini, ketika Ayah memperkenalkannya.

"Iya Ayah, Esha sudah kenal dengannya."
Jawabku sesuai kenyataan.

"Oh ya? Kamu sudah kenal denganku? Aku rasa kita tidak pernah bertemu."
Jawaban Rayyan benar-benar mengejutkanku. Apa maksudnya dia berpura-pura tidak kenal denganku. Bahkan katanya tidak pernah bertemu? Padahal kita satu sekolah, dan setiap kali bertemu, dia selalu menyebalkan.

"Jadi ceritanya Nak Rayyan terkenal, sampai-sampai Esha saja mengenalmu?"

Ayah apa-apaan, seharusnya hanya melihat mimik wajah laki-laki si brotowali itu, dia seharusnya tau kalau sibrotowali itu berbohong dan mengada-ngada. Kalau seperti ini kan aku yang merasa mengejar-ngejar Rayyan dan begitu kepo dengannya. Ah, tolong Ayah.

"Ayah, bukan dia yang terkenal. Memang aku dan Rayyan sudah saling mengenal Ayah, bahkan kita sudah punya..."
Belum juga aku menuntaskan kalimatku, tapi si brotowali itu sudah memotongnya.

"Aku tahu kita saling mengenal Alesha, tapi nanti setelah aku benar-benar mengkhitbahmu."
Ucapan itu bak seperti petir yang menggelitik telingaku. Dia begitu mudah berbicara seperti itu, apa dia tidak berfikir kalau dengan ucapannya itu bisa membuat Ayah tersenyum senang.

"Alhamdulillah, berarti Nak Rayyan sudah menyetujui perjodohan ini."
Ayah senang mendengar kalimat Rayyan, sungguh, seharusnya Ayah bisa melihat bagaimana sikap laki-laki itu.

Bagaimana mungkin Ayah menjadi tertutup matanya, sebelumnya aku yakin pilihan Ayah lah yang terbaik, tapi kali ini hal itu terbantahkan karena kehadiran Rayyan sebagai calon imam pilihan Ayah. Dia bukan laki-laki pendiam, tegas ataupun bijaksana, dia itu laki-laki yang suka ganti-ganti pacar dan slengekan, bahkan sikapnya terhadap pacar-pacarnya, aah aku tidak yakin kalau dia laki-laki yang baik. Apalagi ditambah sikapnya sekarsng yang pura-pura tidak mengenalku. Apa yang sebenarnya si brotowali itu rencakan.

"Iya Ammu Ilham, aku menyetujuinya."
Jawab Rayyan dengan senyuman manisnya.

"Setuju?"
Aku mencoba meyakinkan apa yang aku dengar tadi.

"Iya aku setuju, tentu kamu juga kan?"
Jawabnya.

"Tidak, aku tidak..."

"Menolak, tidak menolak. Aku tahu hal itu Alesha."
Potong Rayyan. Ya Allah aku tidak habis fikir dengan laki-laki itu, sungguh.

Sedangkan kulirik Ayah yang ada disampingku tersenyum simpul. Jujur aku senang melihat senyum Ayah yang jarang ditampakkannya itu, namun apa yang terjadi sekarang adalah salah, semua yang dikatakan Rayyan bukan yang sebenarnya.

"Baiklah kalau begitu, kita harus balik pulang Rayyan, kamu mau ikut balik juga?"
Alhamdulillah, Ayah menyudahi pertemuan ini. Aku tidak mau laki-laki itu terus mengumbar kebohongan. Tspi aku masih tidak habis fikir, kenapa laki-laki sepertinya, mau-maunya dijodohkan denganku, padahal banyak sekali gadis-gadis yang biss digaitnya dan dengan leluasanya mencari calon istri.

"Oh terimakasih Ammu, tapi sepertinya aku ada perlu juga sama Ayah. Maaf tidak bisa ikut balik."
Ucapnya.

"Oh yasudah kalau begitu. Kita pamit ya, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."
Jawabnya sembari melihatku dengan pandangan yang menantangku. Oh jadi, dia mengerjaiku hari ini? Baik, kita lihat saja nanti brotowali. Kamu akan habis denganku!

***

Ketika sampai didepan rumah, Ayah bergegas untuk masuk kerumah.

"Ayah."
Panggilku yang membuatnya mengurungkan niat masuk kedalam rumah dan menoleh kearahku.

"Iya Sha?"
Tanya Ayah.

"Yah, kali ini Esha mohon dengarkan apa yang Esha katakan."
Ucapku, dan Ayah mulai memperhatikanku dengan pandangan meneduhkan, menunggu apa yang akan aku katakan.

"Sungguh, Esha dan Rayyan sudah saling mengenal. Bahkan Rayyan yang Ayah anggap anak baik, itu sebaliknya. Dia itu laki-laki player yang suka ganti-ganti cewek Yah, bahkan dia pernah hampir mencium pacarnya didepanku. Apa Ayah yakin kalau dia benar-benar yang terbaik untuk Esha? Ayah, tolong dengarkan Esha. Memang Esha mengajukan banyak alasan untuk menolak perjodohan ini. Tapi Esha yakin untuk alasan kali ini, memanglah betul. Dia tidak sebaik yang Ayah kira."
Aku mencoba menjelaskan yang sebenarnya. Kebenaran kalau aku menolak perjodohan ini, bukan menyetujui seperti halnya yang dikatakan Rayyan.

"Esha, kamu juga harus dengarkan Ayah. Ya ayyyuhallazina amanujtanibu kasiran minaz zanni, inna ba'daz zanni ismun. Dalam surat Al-hujurat ayat duabelas, Allah menerangkan bahwa Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah oleh kalian kebanyakan dari persangkaan atau zhan karena sesungguhnya sebagian dari persangkaan itu merupakan dosa.. Zhan yang disebutkan dalam ayat tersebut, kata ulama kita, adalah tuhmah atau tuduhan. Zhan yang diperingatkan dan dilarang adalah tuhmah tanpa ada sebabnya. Seperti seseorang yang dituduh berbuat fahisyah (zina) atau dituduh minum khamr padahal tidak tampak darinya tanda-tanda yang mengharuskan dilemparkannya tuduhan tersebut kepada dirinya. Dengan demikian, bila tidak ada tanda-tanda yang benar dan sebab yang zahir, maka haram berzhan yang jelek. Alesha, Ayah tidak mau kamu berburuk sangka seperti halnya itu. Ayah tahu kalian sudah saling mengenal, kalian satu sekolah, tapi bukan berarti kamu tahu segalanya tentang Rayyan, tentang keburukan yang selama ini kamu lihat. Ayah tidak pernah mengajarimu untuk melihat seseorang dari sebelah mata, untuk mencari jati diri seseorang kamu harus bisa melihatnya dengan dua mata, tidak mengenyampingkan sisi baiknya, dan hanya melihat sisi buruknya saja."
Ayah benar-benar membuatku tersudut. Apa yang dikatakannya benar. Melihat diri seseorang seharusnya dengan dua mata, tapi apakah yang aku lihat dari Rayyan masih sebelah mata?

"Ayah melakukan ini karena satu alasan."
Suara Ayah yang terakhir membuatku terhenyak.

"Apa Ayah? Katakan ke Esha. Apa alasan itu?"
Aku tidak bisa menyembunyikan rasa penasaran itu.

"Kamu akan tahu nanti.. Sudahlah, masuk dan segera pergi ke musholla untuk sholat dhuhur. Ayah akan balik lagi kekantor setelah ini."
Dan pria itu melangkahkan kakinya masuk kerumah. Meninggalkan aku dengan satu pertanyaan, apa alasan Ayah yang sebenarnya?

***

Assalamualaikum. Maaf nih ya, lagi mau update ini cerita aja sih, untuk Imam Al-Hubbiy entaran dulu ya, masih dipikirin, Sarah sama Zufar mau dibuat meninggal atau gimana, masih bingung wkwk.
Ya pokoknya, yang setia menunggu ya. Ceilah~

Regards.

Umi Masrifah

Bintang dibalik Senja (COMPLETE)Where stories live. Discover now