Benar, dia cinta pertamanya?

14.9K 1K 16
                                    

"Aku ingat."
Alesha mulai mengingat siapa gadis yang ada didepannya sekarang, dan gadis itu tersenyum menang, seakan dia sudah tau apa yang Alesha ingat akan berakibat menyakiti hatinya.

"Aku sangat ingat, dan aku merasa betapa rendahnya seorang wanita saat melihat apa yang kamu lakukan waktu itu. Aku pun ikut malu, malu pada Allah yang sudah menciptakan seorang wanita dengan kehormatan yang tinggi derajatnya, namun didepan mataku sendiri, seorang gadis menyodorkan bibirnya pada laki-laki yang sama sekali bukan mahramnya."
Alesha berdecak, dia tau betul waktu gadis didepannya itu mencoba merayu Rayyan, dan bersedia mencumbu laki-laki itu.

Alesha pun mencoba menepikan rasa tidak sukanya pada gadis itu, bahkan melihat sikap gadis itu yang terlihat tidak bersahabat. Dia tidak boleh lagi melihat seseorang dari sisi sebelahnya saja, mungkin saja waktu itu, gadis didepannya malah sebagai korban, dia hanya melakukan apa yang disuruh Rayyan.

Aah, tapi rasanya tidak mungkin. Jelas-jelas gadis itu lah yang mencoba merayu Rayyan.
Fikiran Alesha masih membela Rayyan, karena belakangan ini, sikap laki-laki itu lah yang membuat fikirannya membangun alibi seperti itu.

"Sudah selesai ceramahnya bu ustadzah?"
Ucapan gadis itu seakan menyindir Alesha.
"Lo nggak perlu ikut malu, siapa juga lo? Ibu gue? Kakak gue? Atau nenek gue? Haha, mereka pun nggak selancang itu mengatai gue rendahan."
Ucap gadis itu, seperti merasa tidak terima dengan yang dikatakan oleh Alesha.

"Yaa, maaf kalo apa yang aku katakan menyinggung perasaanmu. Aku hanya mengatakan apa yang aku lihat, dan itu tidak benar."
Jelas Alesha, dia mulai kesal, emosinya terpacu kembali. Bahkan kali ini lebih menyebalkan dari Shena. Gadis didepannya terlihat sombong.

"Tidak benar ya? Yaa, seenggaknya gue cewek pertama yang pernah ada dihati cowok yang yaaa, sekarang sudah jadi suami lo. Tapi asal lo tau, cinta pertama adalah cinta yang paling membekas dan paling sulit dilupakan. Apa lo yakin? Kalo suami lo itu benar-benar punya perasaan sama lo? Sedangkan yang gue tau, dulu dia sangat cinta sama gue. Dia selalu ada buat gue, dan dia pasti tidak akan lupa apa yang pernah kita lakukan dulu."
Gadis itu sudah terlalu banyak bicara. Alesha menyadari hatinya mulai dengki, kenapa bukan dia gadis pertama yang menjadi pemilik hati suaminya, kenapa harus gadis tidak tau malu yang ada didepannya sekarang.

"Dengar ya, meski aku tidak tau siapa nama kamu, dan aku tidak mau tau itu, tapi perlu kamu tau, cinta pertama tidak ada apa-apanya dengan sebuah ikatan yang akan membawa kedua orang pada ridha Allah. Entah ini akan kamu dengar atau tidak, tapi ini perlu kamu tau, contohnya saja Rasulullah SAW, beliau juga punya cinta pertama, yaitu cintanya pada putri keempat dari Abu Thalib yang bernama Fakhitah binti Abu Thalib atau sering dipanggil dengan Umm Hani'. Mereka pun saling mencintai, tapi apa? Kalo Allah tidak menghendaki, apapun tidak akan bisa bersatu, Ummu Hani' sudah dilamar oleh laki-laki lain."
Senyum kemenangan, Alesha perlihatkan pada gadis yang tadinya tenang, sekarang tsrlihat bersungut-sungut.

"Dan pada akhirnya, Allah menggantikan cinta pertama itu dengan cinta yang lebih dari kata menye-menye itu, cintanya Siti Khodijah, cinta yang tidak mengartikan dua hati menjadi satu, namun ketulusan, ketulusan lah yang dimiliki oleh Siti Khadijah, kemudian apa yang terjadi? Rasulullah bahkan membalas ketulusan cinta itu jauh lebih dari cinta pertamanya pada Ummu Hani'. Jadi, apa perlu aku meragukan Rayyan? Kalo memang pemilik hati-Nya saja tidak menghendaki cinta pertama dia macam kamu."
Alesha menutup ucapannya dengan langsung berbalik masuk kedalam. Percuma mengikuti setiap perdebatan yang dilakukan oleh gadis itu. Toh, pada akhirnya gadis seperti itu sudah kebal dari kalimat-kalimat yang membawanya pada kebaikan.

"Tunggu, mau kemana lo."
Gadis itu masih mencoba mencegah Alesha.

"Apa lagi?"
Alesha menghembuskan nafasnya dengan keras sembari berbalik kearah gadis itu lagi.

"Gue nggak akan biarin cinta Rayyan buat gue hilang gitu aja cuman gara-gara cewek kayak lo."
Ucap gadis itu.

"Yaaah, terserah kamu lah. Walaupun cinta dia buat kamu, tapi ikatan ini, tidak akan bisa membuat kamu memilikinya."
Kalimat Alesha berhasil menohok hati gadis itu. Sedangkan Alesha sendiri tidak yakin dengan apa yang dikatakannya barusan. Apa iya, Rayyan akan tetap mempertahankan ikatan itu, jika cinta pertamanya datang kembali dengan cinta yang masih sama.

Alesha kembali berbalik, namun gadis tadi tidak mencegahnya, dia hanya diam.

"Ya Allah, jika memang satu diantara kita berdua, perasaannya mulai memudar. Berikan kekuatan lebih, agar perasaan itu tidak berpaling pada yang lain, kecuali cintanya pada-Mu."

Alesha memejamkan matanya, mencoba menetralisir rasa takutnya.

***

"Maaf Ayah, saya terlambat."
Ucap Rayyan ketika sudah duduk didepan Ilham.
Laki-laki yang sudah tidak muda lagi itu tersenyum menanggapi ucapan maaf dari menantunya.

"Iya tidak apa-apa,"
Ilham tersenyum kembali. Laki-laki itu terlihat begitu menyukai menantunya, meski dia tau Rayyan dulu bukanlah laki-laki sebaik itu, namun akhirnya, setelah menikah, Rayyan bisa menunjukkan sikap baik dan bagaimana cara menempatkan diri. Dia merasa tidak pernah salah memilih Rayyan sebagai suami dari putrinya.
"Masalah mungkin akan hadir dalam kehidupan kalian, tapi percayalah, putriku akan selalu mencintai kamu, kalo memang nanti kamu mulai meragukannya, cobalah cari titik dimana kalian saling melengkapi."
Ucap Ilham, dan mengingatkan Rayyan pada kejadian yang membuatnya telat tadi, serasa waktu itu mereka saling melengkapi.

Rayyan mengangguk, dia takut salah berucap. Yang jelas Rayyan akan ingat nasehat dari Ayah mertuanya.

"Oh ya, ada sesuatu yang akan Ayah bicarakan sama kamu."
Tambah Ilham.

"Iya Ayah? Apa itu?"

"Ayah berniat untuk memberikan sebagian saham diperusahaan Ayah untuk kamu. Ayah fikir dengan kamu memiliki sebagian saham itu, kamu bisa membantu Ayah untuk membuat perusahaan ini lebih pesat kemajuannya."
Ucap Ilham dengan nada wibawa seorang Ayah maupun bos besar.

Rayyan sedikit terkejut, perusahaan sebesar itu, yang sudah dirintis oleh mertuanya sejak dulu, hingga menjadi perusahaan terbesar, kini sebagian sahamnya akan diberikan padanya.

"Ayah, mungkin ini terlalu cepat. Dan saya tidak yakin, bisa membuat perusahaan yang pesat kemajuannya ini menjadi lebih pesat lagi."

"Rayyan, Ayah yakin kamu bisa. Dan ini pun tidak terlalu cepat, sudah seharusnya, karena bagaimanapun juga kamu sudah punya istri, dan dia perlu dinafkahi bukan? Dan lagian juga Ray, dengan ini kamu bisa belajar bagaimana cara bertanggung jawab. Untuk masalah kuliahmu, pekerjaan ini tidak akan terlalu membebanimu, Ayah akan membantumu. Dan Ayah fikir juga, perlu ada pebisnis yang bisa membawa perusahaan ini menjadi pesaing kuat di dunia bisnis."

Rayyan bersyukur dalam hati, betapa beruntungnya dia menjadi bagian baru dari keluarga itu. Seluruh anggotanya memiliki sikap dan sifat yang baik, terutama kepala keluarga yang terlihat dingin dan kaku, namun pada dasarnya dia jauh lebih hangat dari dirinya. Rayyan ingin sekali, menjadi seperti Ayah mertuanya, yang bisa menempatkan cara bersikapnya, dan menguarkan cinta pada orang yang disayangi tanpa berlebihan dan kekurangan.

"Terimakasih sekali Ayah, saya merasa beruntung jadi bagian dari keluarga ini, terutama jadi menantu Ayah. Saya akan menjaga amanat dari Ayah, perusahaan ini, dan yang terpenting, istri saya."
Ucap Rayyan, dia begitu menghormati mertuanya.

***

Regards💕

Umi Masrifah

Bintang dibalik Senja (COMPLETE)Where stories live. Discover now