Chapter 23 part 1

2.2K 108 6
                                    

"Ini lelucon!"

Tertawa. Setelah lama tidak, dan setelah susah payah berusaha menahannya tapi tetap tidak bisa, Kei tertawa sangat terlepas sambil mengendarai mobilnya. Ini pertama kalinya ia tertawa karena kejengkelan Nona mudanya. Ini terlalu menggemaskan.

"Jangan tertawa, Kei!" seru Sylva dengan wajah yang sangat memerah, kesal.

"Maafkan saya, Nona muda," ucap Kei perlahan sembari berdeham. Membuat Nona Mudanya kesal adalah salah satu kesalahan yang tidak boleh dilakukan seenaknya. Sopir tua itu hanya bisa tersenyum tertahan.

Memang tidak ada lagi suara tawa dari depan, namun Sylva dapat mendengar sebuah suara lain dari orang yang duduk di sebelahnya. "Kamu juga jangan tertawa, Raven!" lanjutnya lagi seraya memukul lengannya kesal.

Raven menyeringai menanggapi pukulannya sembari menghentikan cengengesannya. Ini memang memalukan, tapi tetap saja lucu. "Aku tidak punya cara lain, Va. Hanya cara itu yang terpikir olehku agar mereka percaya pada kita."

"Tapi tetap saja, ha ... mi ... itu terlalu memalukan, Ven!" seru Sylva benar-benar keras dan nyaring. Wajahnya semakin merah padam tanpa bisa membedung rasa malunya sekarang. "Harus taruh di mana mukaku nanti?"

Raven diam. Ia tidak tersenyum lagi, hanya menampilkan wajahnya yang datar lalu kemudian menggenggam tangan Sylva, tidak lupa menatapnya cukup serius. "Aku minta maaf atas kelancanganku yang tadi, tapi bagaimanapun kamu harus menerimanya, Va. Kamu yang memintaku untuk menyelamatkanmu, dengan cara apa pun."

Alis Sylva berkerut dalam. Ingin rasanya ia menangis, antara terharu dan sedih. Ini dilema. Yang bisa Sylva lakukan hanyalah menunduk. "Raven ...."

"Dan aku harap, kamu bisa menepati janjimu, Va."

Diam. Kali ini giliran Sylva yang terdiam. Ia melupakannya. Janjinya dengan Raven waktu itu, Sylva kembali mengingatnya. Itu janji yang sama sekali tidak pernah bisa ia penuhi dengan setulus hati. Sylva melepaskan genggaman tangan Raven dan kembali menunduk dengan lesu.

Tidak ada lagi percakapan yang terjadi setelah itu. Mobil berjalan dengan mulus tanpa hambatan, menuju ke kediaman Raven. Sylva yang sedaritadi melirik ke luar jendela pun dengan tanpa sadar menatap telapak kanannya. Ada sebuah cincin emas.

Setelah dibawa kabur Raven dari rumahnya sendiri, Sylva melepaskan cincin pertunangannya barusan dan terus menggenggamnya erat hingga saat ini. Sylva tersenyum kecil melihatnya. Ia ingat, sewaktu tangan kanannya ini sedang dipasangkan cincin, tangan kirinya yang bebas di belakang saat itu terus menggenggam erat sesuatu.

Ia menggenggam pisau kecil.

Saat gilirannya untuk mengenakan cincin pada Jackson, Sylva ingin mulai beraksi dengan mengancam bunuh diri menggunakan pisau tersebut. Semua orang pastinya tahu, apa yang Sylva katakan pasti akan ia lakukan, semua orang pasti akan percaya kalau dirinya akan bunuh diri kalau tetap saja dipertunangkan. Sylva mengira rencananya akan berhasil tanpa bantuan siapa pun. Namun siapa sangka, Raven mendadak muncul.

Ia yang jelas-jelas menolaknya hari itu muncul hari ini, memaksa ingin meminang dirinya dengan alasan telah menghamili Sylva. Ucapan itu memang sangat memalukan, tapi berhasil mengecoh seluruh orang. Setelah itu Sylva pasti akan dipandang rendah, bahkan mungkin dibenci oleh Ayahnya sendiri, tapi dengan begini Sylva bebas. Ia mengira Raven telah membulatkan tekadnya untuk menjadi suami Sylva seumur hidup. Tapi nyatanya ....

Raven datang untuk menagih janji waktu itu.

Sylva melirik Raven yang sedang menatap ke luar jendela itu. Wajahnya terlihat tenang, tidak ada tanda-tanda ingin melirik Sylva sama sekali. Sylva hanya menghela napas lalu kembali menatap ke luar jendela lagi. Ia tidak ingin memikirkan apa-apa lagi.

Rage in Cage (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang