Chapter 7 Part 2

3.5K 197 0
                                    

Raven menatap tiket yang ada di tangannya. Dua lembar tiket bioskop tayang Sabtu malam. Fokus sejenak pada tiket itu, kini ia pandang mengelilingi ruangan kelasnya dalam keadaan diam. Bingung.

"Hello, Bro!"

Merasakan seseorang yang memanggilnya begitu keras juga menepuk pundaknya, Raven dengan pelan mengalihkan perhatian kepadanya. Lain tak lain adalah Tio. Raven sudah menyadarinya tanpa perlu melihat. "Ada apa nih, Man? Kok kebingungan gitu?"

Raven diam. Kenapa dia bisa tahu, ya? Memangnya hal itu terlihat jelas di wajahnya? Raven kembali melirik tiketnya lalu berpindah ke wajah Tio. Mungkin saja. "Hei, Tio. Aku punya tiket bio—"

"Apa? Kamu punya tiket bioskop? Kamu mengajakku? Beneran nih? Asyik!" Tanpa memberi Raven kesempatan untuk berbicara hingga selesai, Tio sudah keburu merebut salah satu tiket yang berada di tangan Raven dengan wajah yang riang gembira. "Film apa nih? Yang kere—"

Tio membisu, tidak bersuara, lantas dengan wajah yang datar menatap Raven, lalu mengangkat tangannya menyentuh kening Raven. "... Kamu demam?"

Sebelum Tio sempat memeluknya untuk mengukur suhu tubuhnya lebih pasti, Raven buru-buru mendorongnya jauh. Ia sudah menduga Tio pasti akan bertingkah seperti ini, tapi tidak pernah menyangkanya akan separah ini. Diam-diam ia menghela napas. Memang tidak bisa.

"Hei, apa kamu baik-baik saja, Ven?"

Raven mengangguk. "Iya," jawabnya dan Tio malah mengerutkan kening.

"Kalau kamu memang baik-baik saja, kenapa kamu bisa membeli tiket film seperti itu? Atau kamu diberi oleh seseorang? Atau jangan-jangan memungutnya?"

Makin lama ucapannya jadi makin ngawur. Sebelum Tio melanjutkannya lagi, Raven segera merebut kembali tiket tersebut lalu berdiri dan melangkah pergi dari ruang kelasnya dengan tiket yang masih berada di tangannya. Tio terus memanggilnya setelah itu, tapi Raven mengabaikannya, masa bodoh dengannya.

Terus terang Raven hendak bolos saja, namun baru saja ia ingin keluar dari kelas, seseorang berdiri di hadapannya, mengagetkannya juga menahan langkahnya. "Selamat pagi," ucap orang tersebut, Sylva.

Raven tidak menjawab sapaannya, hanya diam menatap wajah Sylva dan tiket di dalam genggamannya silih berganti. Mungkin dia adalah orang yang tepat. "Sylva."

"Ada apa?" Sylva yang baru masuk ke dalam kelas langsung berhenti di tempat ketika mendengar suara Raven yang memanggilnya. Ia menampangkan wajah yang penasaran. Raven menyerahkan secarik tiket bioskop untuknya.

"Nonton bareng denganku Sabtu nanti," ucapnya pelan dengan datar. Karena tidak ragu lagi dengan pasangan pilihannya, Raven pun melanjutkan niatnya untuk keluar lagi dan lagi-lagi, langkahnya terhenti oleh cengkraman Sylva.

"Kamu mengajakku nonton? Pasti film action, kan? Kalau gitu aku tidak m—"

"Bukan." Raven menunduk. Entah kenapa ia merasa malu. "Itu ... film romance."

*****************************************************************

Rage in Cage (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang