Chapter 18 Part 1

3K 151 6
                                    

Raven dan Sylva putus.

Sejak kejadian hari itu, gosip itulah yang menjadi topik panas kali ini. Banyak yang membahas dengan masukan yang amburadul. Ada yang bilang mereka gak cocok, Raven selingkuh, Sylva yang selingkuh, Raven ternyata punya 10 pacar, Sylva ternyata punya 20 pacar, orang tua tidak setuju, saudara tidak setuju, mereka pura-pura, mereka tidak saling mencintai, dan satu-satunya info yang paling panas melebihi info-info yang lain: Raven dan Tio adalah pasangan sejati, pasangan homo!

Segala sesuatu sudah berbeda sejak hari itu. Apalagi karena gosip aneh bin gila itu, Raven benar-benar menjadi pusat perhatian banyak orang, tidak peduli itu kenal ataupun pura-pura kenal. Tidak hanya dibisik-bisikkan, Raven ternyata dengan mendadaknya menjadi pria populer di kalangan cewek single .... Bahkan yang sudah punya pacar pun melirik-liriknya. Hal itu dikarenakan sosoknya yang dingin, cuek, namun sangat cool. Dan yang menjadi faktor utama pemikat para cewek adalah cara ciumnya yang ganas itu pada Sylva waktu itu, membuat satu-satu dari mereka jadi membayang-bayang dirinyalah yang dicium. Terlihat penuh tantangan!

Tidak hanya Raven, Sylva juga melunjak naik kepopularitasnya. Sejak saat itu, ia tidak pernah lagi mendekati Raven, bahkan selalu berusaha untuk menjauhinya, menghindari tatapan matanya kalau saja mereka tidak sengaja saling berpandangan. Ia merasa sangat benci, dan juga sedih. Setiap melihatnya, dengan sendirinya hatinya akan merasa sakit dan air mata langsung mengalir dalam detik itu juga. Memang sih baginya Raven membuat keputusan yang tepat untuk berpisah dengannya, dengan begitu ia tidak lagi mempermainkan dirinya. Tapi tetap saja, Raven telah mengkhianati kepercayaan yang telah ia berikan padanya. Alasan-alasan itulah yang membuatnya terpisah jauh dari Raven, bahkan sebagai sahabat pun tidak bisa lagi, terlalu susah. Selain itu, ia sehari-harinya juga sibuk dijadikan target para cowok gila. Sangat susah untuk sekadar melihat Raven lagi meskipun ia mau.

Tio juga demikian. Ia tidak sesering dulunya lagi nongkrong bareng Raven. Bukannya ia ngambek pada Raven soal Sylva, ia justru senang karena Raven tidak lagi mempermainkannya, yang lebih tepatnya tidak lagi menjadi saingannya. Sayang sekali, berkat gosip aneh yang menyebar itulah, Tio benar-benar memilih untuk sendiri saja untuk sementara sampai gosip ini mereda. Ia juga risih mendekati teman cowok lainnya, atau ia akan dibilang homo lagi dengan mereka. Sial, ternyata ia memang harus segera mencari pacar untuk bebas dari tuduhan crazy itu.

Hubungan backstreet antara Raven dan Elizia pun berjalan dengan lancar. Mereka bertingkah layaknya pasangan ABG ketika mereka hanya berduaan, tepatnya di dalam rumah. Ketika mereka di luar, otomatis mereka akan menjaga jarak, tapi tetap saja mereka akan diam-diam saling melirik lalu tersenyum malu atau saling bergandengan erat, seolah takut salah satu dari mereka akan tersesat. Pokoknya, tiada hari mereka lewatkan tanpa ciuman yang sangat intim namun penuh rahasia itu. Akan sangat membahagiakan kalau hubungan mereka akan terus berjalan seperti ini. Mereka tidak perlu apa-apa, hanya kebersamaan yang mereka butuhkan. Hanya sederhana itu. Sayangnya, keadaan yang damai ini tidak bisa bertahan lama. Kesetiaan mereka kembali diuji lagi sejak mereka menyadari sesuatu.

Erdi.

Tepat setelah kejadian malam yang penuh darah itu, sudah terhitung 2 minggu berlalu. Sudah selama itu sosok Kakek yang Raven benci sampai ke dalam partikel-partikel selnya itu menghilang, tidak diketahui sama sekali keberadaannya. Untuk awalnya Raven berniat untuk tidak menghiraukannya, karena memang keinginannya sejak kecil kalau Kakeknya alias Ayahnya itu menghilang dari hadapannya, menghilang dari dunia ini. Dengan begitu ia tidak perlu lagi setiap hari menelan tatapan galaknya, dan Ibu tersayangnya itu tidak perlu lagi menerima pukulan demi pukulan yang tidak bermakna itu. Tapi ia tidak bisa. Lama-kelamaan sosok itu juga dibutuhkan.

Karena persediaan makanan alias uang sudah mulai menipis. Pengeluaran akan biaya terus berjalan setiap hari, sedangkan masukan sama sekali tidak ada lagi sejak Erdi dinyakan pengangguran. Dengan kata lain, keadaan ekonomi rumah mereka tidak seimbang, dan mereka dalam ambang krisis. Elizia hanya bisa berkeluh kesah begitu selesai menghitung biaya rumah kecil mereka.

Rage in Cage (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang