Chapter 18 Part 2

Start from the beginning
                                    

"Sang Master kita, Dino, dengan mendadaknya muncul di hadapan kita!" MC gila kembali meramaikan situasi. "Master, jagoan terhebat yang mencatat rekor memenangi seluruh adu panconya tanpa cacat sama sekali, muncul di hadapan kita, padahal sedang tidak ada pertemuan penting! Ada apa gerangan?"

Bisa terdengar tawa kecil dari mulut pria besar yang lebar itu. Ia membuang putung rokoknya. "Aku dengar-dengar dari anak buahku, ada kedatangan seorang bocah yang tampak lemah, namun ternyata kekuatannya luar biasa hebat! Karena penasaran, aku datang khusus untuk menemuinya langsung," jawabnya pelan lalu kembali menatap Raven. Ia mengangkat jemari, menunjuknya. "Kamu bocah itu bukan, jagoan ABG?"

Kerutan di alis Raven semakin mendalam. "Kurasa itu benar," jawabnya. "Ada perlu apa denganku?"

Pria yang disebut Master itu kembali tertawa lagi, namun bagi Raven itu menjijikkan. "Sebenarnya sih tidak ada keperluan penting apa-apa. Hanya saja, aku ingin mencoba melawanmu. Aku ingin mengukur sendiri, seberapa besar kekuatanmu. Bersediakah?"

Usai ucapan sang Master, kerumunan itu mulai bersorak lagi seperti orang kelaparan, menyoraki Raven untuk menerima tantangan tersebut. Sayang sekali, Raven sepertinya tidak tertarik. Ia maju beberapa langkah ke depan.

"Aku sangat bangga bisa diajak berpanco melawan Anda, Master. Tapi aku minta maaf karena aku tidak m—"

"Jika kamu menang, aku pribadi akan memberimu uang 500 juta rupiah, ditambah posisi Master ini juga akan kuberikan dengan cuma-cuma untukmu."

500 juta?

Sama halnya dengan Raven, seluruh orang yang ada di sana membelalak mata sungguh kaget. Tidak ada suara apapun yang tercipta lagi di sana saking mengejutkan. Raven menelan ludah. "Anda serius?"

Pria itu kembali tertawa lagi. "Tentu saja aku serius, tapi bukan berarti aku akan kurangi kekuatanku. Sama sepertimu, aku juga akan melawanmu dengan segenap kekuatanku." Raven kembali menelan ludah.

"Baik, aku terima."

Sungguh di luar dugaan, secepat itu Raven menerima tantangannya. Sungguh mengejutkan! Elizia yang tentu keberatan langsung menarik tangannya sebelum ia duduk.

"Kamu serius, Ven?" Elizia terlihat ingin menangis sekarang saking takutnya. "Dia kelihatannya sangat kuat, Ven. Sebaiknya kamu batalin pertandingan ini lalu kita pul—"

"Tenang saja," potong Raven cepat sambil tersenyum kecil. "Aku pasti akan menang kok selama kamu mendukungku. Lagipula kamu memintaku untuk bertanding sekali lagi, bukan? Aku rasa tidak masalah sekarang. Hadiahnya juga sangat menggiurkan."

Elizia masih khawatir dan takut. Memang sih ia sempat berminta seperti itu, tapi tidak lagi sekarang kalau lawannya seperti itu. Bahaya! "Tapi R—"

Elizia tidak sempat berkomentar lagi karena bibir Raven sudah mendarat dengan cepat di bibirnya, membisukannya seketika itu.

"Doakan aku." Hanya itu yang ia ucap lalu duduklah Raven di hadapan pria kekar itu.

Sang Master tersenyum puas. "Bagus. Aku menyukai pria sepertimu, Nak. Sangat tangguh dan gagah berani. Benar-benar pria sejati!"

Raven tersenyum kecut menerima pujiannya. "Terima kasih," ucapnya pelan. Ia menaikkan tangannya, bersiap. "Kita sudah boleh mulai."

Pria itu sempat tersenyum kecil lalu menaikkan tangannya juga, memosisikannya persis di depan lalu menggenggamnya. Taruhan pun langsung mulai dilakukan. Banyak yang memilih Master tentunya, tapi ternyata ada juga yang bertaruh kepada Raven. Mereka masih percaya pada bocah baru ini. Maka cepatnya, permainan pun dimulai. Namun sebelum tepat memulainya, pria itu kembali bersuara.

Rage in Cage (Complete)Where stories live. Discover now