I Look To You (Reposting)

Zacznij od początku
                                    

"Namun yang kau lakukan itu salah Andres. Semua ini salah" balas Emma mulai berkaca-kaca.

"Aku harus bagaimana Emm? Aku tidak mempunyai jalan lain. I can't make you love me if you don't. Aku tidak bisa membuatmu jatuh cinta padaku, jika kau saja tidak berlaku demikian" Andres menatap Emma penuh harap. Ia ingin Emma segera mengerti perasaannya.

"Katakan Emm, tidak adakah secuil perasaanmu untukku?" tanya Andres meyakinkan Emma. Emma hanya bisa menundukkan wajahnya.

Andres sudah tidak kuat. Baru pertama kali ini ia merasakan rasanya bertekuk lutut pada satu wanita. Hanya pada Emma. Andres memeluk Emma, namun hanya di perut Emma saja. Awalnya Emma terkejut akan perlakuan Andres. Tubuh pria itu sangatlah tinggi.

Emma pun merasakan hal yang sama. Sebenarnya apa yang sedang terjadi pada dunia nya? Emma dulu hanyalah gadis biasa yang pacaran hanya sekali bahkan setelah putus dari pacarnya, ia selalu berharap ingin kembali ke pelukan sang mantan. Namun sekarang semuanya berubah, ada seorang pria sedang bertekuk lutut dan memeluknya memohon untuk membalas cinta nya.
Tangan Emma mengelus lembut rambut Andres, ia tau pria itu sedang sesenggukan tak sedap.
Seketika Emma teringat akan wajah Marc.

Emma melepas pelukan Andres dan membantunya untuk berdiri. Ia mengelus lembut pipi Andres dan menatap matanya dalam.

"Kau tidak seharusnya seperti ini. Kau pria terhormat. Bangkitlah. Kau pantas mendapatkan wanita selain diriku. Kau pantas mendapatkan yang lebih baik. Yang bisa membalas rasa cintamu itu. Tapi maaf, wanita itu bukan aku Andres" balas Emma penuh pengertian.

"Tapi kenapa? Apa karena kau begitu mencintai Marc? Apa yang spesial darinya? Apa karena dia seorang pembalap? Apa karena dia terkenal? Apa karena dia digilai wanita? Apa karena dia juara dunia?" balas Andres membombardir dan mata nya pun berkaca-kaca.

"Aku tidak membutuhkan seorang Marc yang hebat, yang terkenal, yang digilai wanita seluruh dunia ataupun Marc yang juara dunia. Yang aku butuhkan adalah kenyamanan dan perasaan. Kenyamanan dan perasaan adalah prioritas utama bagiku. Aku nyaman bersama Marc. Saat kau mulai merasakan sesuatu yang tak bisa kau deskripsikan, itulah yang bernama cinta. Aku mempunyai perasaan itu. Aku selalu merasakan hatiku meleleh, degup jantungku tak beraturan, dan kupu-kupu beterbangan di perutku. Perasaan yang, haha, kau benar-benar tidak bisa mendeskripsikannya" balas Emma tertawa kecil disela-sela nya.

"Kau tidak merasakan itu semua saat bersamaku?"

"Aku merasakannya untuk mu. Namun tak lebih seperti yang aku rasakan untuknya, Andres. Maaf." ucap Emma.
Andres melepaskan tangan Emma dari wajahnya.

"Aku minta maaf untuk yang kesekian kali" lanjut Emma.

"Should I leave?" pertanyaan itu terlontar begitu saja dari Andres saat ia tak sengaja memperhatikan bagaimana mata Emma berbicara untuk nya. Seakan-akan memberikan kode.

"Aku butuh waktu untuk mencerna dan memaklumi semua yang telah terjadi. Aku mohon, pergi dari sini" balas Emma berbisik.

Rudi dan Julia menguping dari depan pintu kamar mereka. Sebelumnya mereka tersadar adanya suara gebrakan pintu dan bentakan dari Emma. Benar saja, Emma dan Andres sedang terlibat pertengkaran. Dari hasil menguping itu, Julia selaku ibu Emma tidak memercayai jika Andres, yang sudah ia anggap anak sendiri telah menjadi dalang dibalik semua masalah Emma.

"Oke. Beritahu aku jika kau membutuhkan ku. Lagi." ucap Andres memenggal kalimat terakhir karena ragu. Ia berjalan mengambil koper nya dan memasukkan seluruh pakaian dan celana nya dengan rapi ke dalam koper berwarna abu-abu tersebut. Tak lupa beberapa barang nya juga ia masukkan ke dalam tas backpack.

Andres menarik gagang koper dan menyeretnya. Emma hanya bisa tertegun menatap Andres. Entah kenapa rasanya tak ada penyesalan di hati Emma atas 'pengusiran Andres' itu.

"Aku minta maaf." ucap Andres sekali lagi.

"Go!" balas Emma berseru tanpa menatap Andres dan mengarahkan telunjuk nya pada pintu keluar.

Dengan langkah berat, Andres berjalan keluar dan bertemu dengan Julia, ibu Emma yang sudah ia anggap layaknya orang-tua nya sendiri.
Julia hanya bisa memandang Andres dengan memelas. Ia mengerti bagaimana perasaan Andres kali ini. Disisi lain, ia tidak menyangka jika pria yang selalu baik di hadapannya ini ternyata berbanding terbalik dengan perasaan dan perkiraan Julia sendiri mengenai Andres.

"I'm sorry" ucap Andres pelan. Hanya anggukan kecil dan senyum simpul yang dilontarkan Julia.

Andres melanjutkan langkah nya. Setidaknya kali ini ia mempunyai tujuan untuk pulang.
Emma berlari ke bawah secepat mungkin, dalam keadaan masih berlari menuruni tangga, ia pun menatap pintu rumah nya yang setengah terbuka. Ia tau baru saja ada seseorang yang melewati pintu itu dan lupa untuk menutupnya. Sesampainya di luar rumah Emma melihat kepergian Andres yang masih berjalan pelan sembari menunduk dan menenteng koper maupun tas punggung nya.
Hanya sekali saja, untuk sekali saja Emma ingin melihat Andres terakhir kali.

Sebelum yakin untuk benar-benar melangkahkan kaki dari rumah ini, Andres menoleh ke belakang dan mendapati Emma sedang menatapnya sendu lengkap dengan air mata yang cepat mengering di pipi lembut Emma. Namun tatapan garang itu masih tercetak jelas.
Angan-angan Andres bermain dengan nakal. Jika saja Emma akan berlari ke hadapannya sekarang dan memohon kembali akan dirinya, ah betapa bahagia dirinya. Namun itu semua hanya angan-angan dan klise permainan imajinasi semata.

Emma berbalik dan kembali berjalan pasti menuju dalam rumah. Andres pun berbuat serupa, tak ada guna nya lagi ia berdiri disana.
Harapannya pupus dan hancur.

"Kau tidak apa-apa sayang?" tanya Julia menghampiri Emma yang berdiri terdiam di balik pintu.

"Aku baik-baik saja. Really" yakin Emma pada ibu nya itu.

"Tak ada yang perlu kau sesali dengan keputusanmu" hanya anggukan yang Emma tunjukkan.

"Aku harus beristirahat. Besok aku ada pekerjaan penting. Syuting untuk iklan dan pemotretan model. Maaf." pamit Emma langsung ngloyor ke kamar nya.
Julia terus menatap kepergian Emma menuju kamar. Anak gadis nya itu terus menunduk.

***

"Marc, partner kita sepertinya akan datang terlambat..." ucap sang sutradara yang bernama Pietro, melirik arloji nya yang melingkar dengan indah di pergelangan tangan kiri nya.

"Lalu? Bagaimana ini? Kita tidak bisa mulai tanpa wanita itu" ucap Emilio memperingatkan.

'Dasar wanita ini. Siapa sih? Tidak profesional sekali' batin Marc mengaduh.

"Bagaimana jika kita melakukan pemotretan Marc dulu saja?" celetuk salah satu crew. Jika dilihat, ia sepertinya mempunyai bagian penting dalam kegiatan kali ini.

"Baiklah. Marc, bersiaplah di posisi" perintah Pietro. Marc hanya bisa mengangguk dan menduduki sebuah kursi kolam renang yang ada.

Semua lighting dan kameramen sudah siap di tempatnya masing-masing. Pemotretan itu memang sedikit unik, di kolam renang.
Hanya terdengar suara dari gelombang air dari dalam kolam dan suara jepretan kamera.
Hanya beberapa dari crew yang berbicara. Terlebih lagi Emilio dan Alex yang kerjaannya hanya bergosip saja. Marc hanya mengenakan kaus berwarna abu-abu dan celana pendek berwarna putih.
Marc melakukan pemotretan dengan gaya gestur tubuh yang sudah ditentukan dan dilakukan secara profesional.

"Emma, kemarilah. Bergabung dengan Marc.." ucap sang sutradara berseru.

Marc celingak-celinguk. Ia mengarahkan pandangannya persis seperti bagaimana Pietro melihat pada seseorang itu.
Lalu ia melihat seseorang datang ke dengan anggunnya. Seorang wanita mengenakan mantel mandi berwarna putih dengan rambut yang basah. Menambah kesan seksi dan sensual akan seorang Emma.
Marc membelalakkan matanya menatap Emma.

"Marc..." sapa Emma tersenyum manis. Marc membalas senyuman itu dan tersipu malu.

***

Maaf atas ketidaknyamanan kakak semua atas pemotongan cerita kemarin sehingga feel dari cerita sulit didapatkan :(
Alasannya karena author mulai mengetik dari iPhone. Komputer rusak pula. Dan terkadang, bikin jari pegel dan bikin mata pedes wkwk.
Sekarang cerita sudah di repost. Dan ada tambahan atau semacam teka-teki untuk chapter berikutnya. Aelah.

Oke happy reading ^^ salam #IAM93

New Romantics (Marc Marquez Fanfict)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz