"Hmm.. Ya deh."

"Kamu kok curigaan gitu sama aku? Suka ya sama aku?? Hahahaha."

"Ihh najis."

"Btw mama kamu lama ya."

"Ooo jadi kamu ngusir ceritanya?"

"Ehh gak gituuuu."

"Ya udah aku pulang."

"Ihhh dikit2 marah. Kaya cewek."

"Ya udah aku duduk lagi."

"Nah gitu dong."

Gak ada yang bersuara lagi diantara kami. Kamarku rasanya sepi banget, kaya gak ada orang. Aku memberanikan diri melihat Ferdi. Dan kalian tau apa? Dia ngeliatin aku senyum2 gitu.

"Ka.. Ka.. Kamu ngapain?"

"Eh? Sorry2."

Ferdinand Moore
Sumpah aku malu banget kepergok ngeliatin dia. Gak ada yang bersuara lagi. Sumpah ini posisinya canggung banget. Nyesel ngeliatin dia. Nahhh ada kesempatan cairin suasana nih

"Pipi kamu kenapa? Kaya tomat gitu warna nya. Seneng ya kuliatin? Hehe."

"Eh? Kamu juga kok dari tadi"

Waduh gawat. Super gawat. Mega gawat. Aku malah bikin suasana makin gawat. Rencananya mau cairin, sekarang malah beku lagi. Waduh. Cari cara Ferrrrr....

"Ihh Ririn GR. Kamu yang malu2 tuh dari tadi."

"Gak. Kamu yang duluan baru aku."

"Aku gak malu2 kok. Kamu nya aja yang GR."

"Ihh sudah deh."

"Tuh kan malu2 hahaha."

"Diem!"

Aku cubitin pipinya yang merah itu. Ehh tiba2 dia pasang muka imutnya. Sumpah pengen aku gigit pipinya.

"Gak usah sok imut."

"Afu fefang ifut," dia ngomongnya gak jelas karena dari tadi pipinya kucubit.

Nambah imut gilaaaaa... Tiba2 dia pegang lengan tangan aku karena mau lepasin dari pipinya.

"Pipi kamu merah lagi tuh."

"A.. Apa?", waduh gawat lagi. Nih pipi ngajak berantem sumpah.

"Hehehe. Bohong kok. Kamu mudah banget ditipu."

"Ihh berani2 nya bohongin aku."

"Berani dong," dia julurin lidahnya ngejek aku.

"Kugigit nanti tu pipi kalau ketawa lagi."

"Hehehe. Gigit aja kalau berani. Aku jamin besok kamu botak!"

"Huhhh..."

Lagi2 gak ada yang bersuara.

"Eh Rin.."

"Ya?"

"Kamu kenapa sih ngomongnya pake aku-kamu?"

"Kebiasaan. Kalau kamu? Kan kamu juga pake aku-kamu."

"Aku ngomong aku-kamu cuma sama kamu dan keluarga aku kok."

"Emangnya beda ya kalau ngomong pake aku-kamu sama pake lo-gue?"

"Ya beda sih. Biasanya kalau orang pacaran pake aku-kamu. Tapi kalau temenan pake lo-gue"

Waduh aku keceplosan bilang kalau aku-kamu buat orang pacaran. Bisa2 dia ngira aku kode? Waduh gawat.

"Ooo buat orang pacaran ya? Kalau gitu besok aku ngomong sama kamu pake lo-gue aja deh."

"Terserah lo sih"

"Ehh itu barusan kamu bilang 'lo'? Lucu hehehe."

"Ehh sorry salah ngomong."

"Gakpapa kok. Dari hari ini sampai seterusnya ngomong pake lo-gue aja."

"Hmm okedeh."

"Sipp."

Cathrine
Kok pipi dia dari tadi merah terus ya? Aneh.

"RIRINNNNNN... FERDIIIII..."

Kirain kenapa, ternyata sudah mau pulang. Mama kalau teriak kaya pake toa. Kami langsung turun ke bawah.

"Ya tante?"

"Mama kamu sudah mau pulang tuh."

"Oo gitu ya. Ya udah deh gue pulang ya Rin."

"Iya. Bye"

"Jangan lupa besok!"

"Sip"

"Bye"

Aku melambaikan tangan saat dia mau masuk ke mobil.

Ferdinand Moore
Pas masuk mobil, mama langsung suruh pak supir ke arah toko perhiasan. Ihh gila masa gue anak cowok disuruh masuk toko perhiasan. Kan gak banget.

"Mama mau ngapain sih?"

"Menurut Ferdi mama mau ngapain?"

"Gak tau."

"Mama mau suruh kamu pilih perhiasaan buat Ririn."

"APAAAAA!?!? Mama gila? Masa aku beli perhiasaan buat Ririn?"

"Anak mama mau tunangan gak nih?"

"TUNANGANNNN!?!? Sumpah mama perlu cek ke dokter."

"Kenapa? Kan mama cuma nanya mau tunangan atau nggak. Kalau mau, Ferdi harus deketin Ririn dulu. Terus nanti kalau anak mama sudah pacaran, mama tinggal bilang aja sama mamanya Ririn. Jadi mudah kan kalau mau tunangan?"

"Mama kok jadi ngomongin soal tunangan sih? Emangnya mama mau kalau aku tunangan sama Ririn?"

"Ya boleh aja."

"Ya udah deh."

"Ihh anak mama malu2."

"Apaan sih ma."

"Ya udah cepetan pilih aja perhiasannya. Kalau menurut mama sih lebih bagus kalau beliin gelang. Masalahnya kalau langsung beli cincin, nanti dikira dia Ferdi mau nembak dia."

"Iya mama bawel."

Aku sibuk milih2 gelang mana yang cocok ditangan kurus Ririn. Hmm... Kaya nya yang ini bagus deh.

"Ma."

"Ya? Sudah ketemu?"

"Yang ini bagus gak ma?"

"Bagus kok. Mau yang itu aja?"

"Hmm.. Ya deh ma."

"Nih uangnya. Kamu yang bayar. Sekalian cari kotak yang bagus ya, buat letakin gelangnya"

"Ya ma"

Cathrine
"Rin.."

"Apa ma?"

"Kalau di lihat2, Ferdi ganteng juga."

"To the point aja ma."

"Kamu pacaran sama dia aja Rin. Mama nya baik loh sama mama. Dia juga kaya nya orang baik. Terus kalian kelihatannya cocok."

"APAAAA!?!?"

*****

Akan di revisi kalau sempat :v

Btw baca ceritaku yuk. Cerita fantasi (on going - update setiap hari). JUDULNYA The Destiny of Photographer. Butuh saran dan kritiknya ya, jangan lupa vote :)

Thanks❤

You Are My Happy EndingWhere stories live. Discover now