002. Malam Pembantaian

Start from the beginning
                                    

Menghapus air mata di pipi tannya dengan kasar, Naruto kembali tersenyum dengan penuh dendam, ia menarik katana yang ujungnya bertengger di leher Hiashi, lalu dengan secepat kilat tangan sewarna madu itu mencekik leher keriput pucat mantan calon mertuanya. "Katakan apa ibuku pernah menggaggu kalian walau dia siluman?!!!!" Teriakan sang Jenderal seketika menggema hingga rumah kayu itu bergetar. Tak ada seorangpun di ruangan itu yang dapat mendengarnya, kecuali Naruto dan Mito

Mito sengaja menghilangkan kesadaran semua orang di rumah itu agar mereka tak bisa mendengar dan mengetahui asal usul klan Uzumaki yang menguasai ke kaisaran.

Naruto mendecih singkat, menjeda teriakannya. "Apa dia pernah mengusik kehidupan rakyat?!" Belum juga selesai, nampaknya Naruto belum puas meluapkan rasa dendam yang meliputi hatinya. "Dia hanya korban pemerkosaan seorang para Uchiha penjinak siluman." Suaranya kembali merendah saat ingatan bagaimana sang ibu meregang nyawa di hadapannya, kembali terlintas. "Apa karena ibuku siluman dia boleh mati dengan hina seperti itu, hah?!!!!! Teriakan Naruto kian kencang, kali ini ia lakukan di hadapan wajah Hiashi.

"Dan saat ayahku memohon keadilan padamu," suaranya bergetar menyendu, ingatan Naruto menerawang pada kejadian dimana keluarganya dibantai, "kau jatuhkan hukuman pembantaian padanya. Saat itu aku di sembunyikan oleh nenekku, Senju Tsunade di dalam oshiire*). Aku bisa melihat dari celah pintu oshire itu, kalian mencekoki nenekku dengan racun mematikan tanpa peduli kalau dia adalah kakak perempuan Kaisar Tobirama yang bekuasa saat itu!!!!" Naruto menarik kerah montsuki kebesaran Hiashi.

Pria paruh baya itu hanya memejamkan matanya mengingat setiap dosa masa lalunya.

"Dengan jelas aku melihat kakekku Namikaze Jiraiya kalian jerat lehernya sampai dia kehabisan nafas," Naruto masih belum puas mengeluarkan semua beban di dadanya yang selama ini ia tanggung, semakin dekat, tepat di hadapan wajah Hiashi ia kembali berbicara menusuk. "Dan terakhir kalian menyeret ayahku ke penjara setelah menyiksanya!" Nafas Naruto terengah-engah saat menceritakan ulang rekaman kejadian yang dia alami, Mito menghampiri keponakan kesayangannya itu dan menepuk punggungnya, mengisyaratkan untuk menghentikan ceritanya. Ia tahu Naruto tersiksa saat cerita kelam itu kembali diungkap, Mito tahu betapa tersiksanya Naruto kala itu.

Naruto tak menggubris isyarat sang bibi, ia menepis pelan tangan putih Mito, dan menunduk, mengorek kembali kenangan masa lalu yang telah menghancurkan hidup dan kepercayaannya. "Otou-sanku diarak menuju balai ibu kota dengan hinanya sambil dilempari batu oleh rakyat karena tuduhan palsu kalian. Hari ini akan ku lakukan hal yang sama padamu, aku akan bantai keluargamu di depan matamu dan putri kesayangan mu itu!" Mata Naruto menatap nyalang kearah Hinata yang hanya terdiam karna kesadarannya hilang. "Aku akan membuatmu mati dengan tidak tenang, karena..." Naruto mengantung kalimat sejenak.

"Aku akan menjadikannya putri sulungmu koleksi Geishaku dan putri kecilmu itu akan kujadikan budak di pertambangan."

Hiashi terdiam dengan mata terbelalak mendengar kalimat Naruto yang terakhir, dia sangat tahu kebiasaan Naruto bermain dengan para geishanya. Salah satu alasannya menerima lamaran Naruto karena ia berharap Hinata dijadikan istri resmi seorang Shogun, bukan dijadikan mainan pemuas nafsu birahinya.

Naruto menjetikkan lagi jarinya dan semua orang di zashiki itu memperoleh kesadarannya.

"Bantai mereka...!" Perintah Naruto tenang, "Kecuali Hyuuga Neji ikat dia dan bakar bersama dengan istana ini, aku ingin melihat pangeran Hyuuga sombong ini mati terpanggang!"

Hiashi dan Neji memejamkan matanya saat satu persatu anggota klan mereka ditebas dengan katana, Hanabi hanya dapat menangis meraung-raung, berteriak berkali-kali menyumpahi Naruto dan para Samurainya. Sementara Hinata, air mata kian banyak jatuh dari permata lavendernya saat melihat keadaan memilukan anggota klannya. Matanya tidak bisa dipejamkan saat melihat satu persatu anggota klannya ditebas oleh katana karena dirinya masih dalam pengaruh totokan Mito.

Tak butuh waktu lama, semua pria anggota klan Hyuuga telah kehilangan nyawanya tanpa belas kasihan oleh para samurai di bawah perintah Shogun mereka. Kini inggal Hiashi, Hanabi, Hinata dan Neji yang tersisa.

Para samurai itu melanjutkan tugas mereka, mengikat tubuh sulung Hyuuga itu di tiang penyangga rumah. Lalu keluar dengan menyeret Hanabi, Hiashi dan Hinata. Meninggalkan Neji yang tak sadarkan diri akibat pukulan Sai bersama mayat para anggota klan Hyuuga yang lain.

Istana klan Hyuuga itu mulai disirami minyak tanah, dengan penuh kemenangan Naruto melempar obor tepat ke bagian depan rumah, sementara Hanabi meraung-raung sambil diseret beberapa samurai menuju wilayah pertambangan.

Naruto memalingkan pandangannya dari kobaran api yang melahap istana klan yang menguasai Majelis Hukum Heian itu, menatap penuh kemenangan pada Hiashi yang tengah dipaksa berlutut dan tangannya diikat kebagian belakang kereta kencana yang akan dinaiki Mito, Naruto dan Hinata.

Sementara Hinata, air matanya meleleh melihat rumahnya dibakar bersama dengan kakak sulung tercintanya, adiknya yang diseret dengan hina dan ayahnya yang berlutut dan diikat. Ia tak dapat memejamkan matanya, orang yang ia cintai telah memaksanya melihat pembantaian keluarganya yang tak ia ketahui alasannya.

Setelah memastikan Hiashi siap terseret oleh keretanya, Naruto menghampiri Hinata, lalu dengan cepat merebut tubuh Hinata dari cengkraman para samurainya dan menggendongnya menaiki kereta kencana. Hinata yang masih dalam pengaruh totokkan Mito hanya terdiam dan melelehkan air mata, saat sang ayah akan terseret bersamaan dengan berjalannya kereta kencana yang akan didudukinya dengan nyaman.

Kereta kencana itu melaju dengan kencang, tubuh Hyuuga Hiashi terseret bersama dengan jalannya kereta itu, sementara sang putri yang masih ditotok duduk nyaman di dalam kereta kencana bersama permaisuri dan Jenderal para samurai.

"Bagaimana Hime, kau merasa bahagia sekarang?" Tanya Naruto sambil tersenyum iblis, tangan tannya membelai pipi seputih susu Hinata yang terkena cipratan darah seorang pelayan setianya yang ditebas para samurai di hadapannya.

Sungguh lebih baik Hinata di jadikan budak seperti Hanabi atau dibakar hidup-hidup seperti Neji, dari pada duduk nyaman disini sementara ayahnya terseret berasama kereta yang ia duduki dengan nyaman. Hukuman yang Naruto berikan padanya jauh lebih buruk dari pada menjadi budak atau hukuman mati.

つづく

Tsudzuku

----------------------------------------------

Info :

Oshiire : Lemari besar berpintu geser tempat menyimpan barang-barang yang menempel pada dinding

Fox And FlowerWhere stories live. Discover now