f o u r t y e i g h t

Mulai dari awal
                                    

Lamunanku terpecahkan dengan dering ponselku, ah dasar pengganggu. Louis. Astaga, aku lupa!

"Barbie, bukakan pintunya! Aku sudah hampir setengah jam berdiri di luar!" Nada kesalnya memenuhi gendang telingaku.

"Astaga Louis, aku lupa! Sekarang aku sedang kencan dengan Zayn. Oh ya, kau bisa mengambil Mitchi di dekat teras, kau pasti bisa melihatnya. Aku sudah siapkan makanan dan perlengkapan lainnya, tolong kumohon."

"Kencan?! Yang benar saja! Dan kau memintaku untuk menjaga anjingmu?" Sahutnya dengan nada tidak terima, ups.

"Sebagai gantinya, ku undang kau makan malam bersama di rumahku yang dulu. Ibuku memasak banyak untuk malam ini, bagaimana?" Tawarku.

"Benarkah? Jika kau membohongiku, aku takkan segan-segan meninggalkan anjingmu di tengah jalan raya." Oh. Mengapa jadi Mitchi ancamannya?

"Ya, astaga! Sudah jangan ganggu kencanku, ingat jaga Mitchi baik-baik!"

"Baiklah Barbara, baiklah!"

Aku terkekeh kecil mendengar suara khas milik Louis membentakku tadi, aku sangat yakin ia pasti memiliki bakat bernyanyi, tapi tidak juga. "Kau melupakannya? Makanya, jangan marah-marah–"

"Diam dan menyetir lah. Sepertinya aku sedang ingin es krim yang ada di Mall dekat rumah ibuku., kita ke sana saja ya?"

-

"Aku mau rasa cokelat dan vanila di atasnya, jangan lupa oreo dan jelinya juga, sayang."

Zayn mendengus geli lalu meninggalkanku untuk memesan es krim sesuai permintaanku. Aku mengedarkan pandanganku ke luar toko es krim dan melihat potongan gaun sederhana tapi menawan di seberang sana. Oh, aku jadi mengingat ibuku. Mungkin aku akan membelikan satu untuknya setelah makan es krim.

Tak lama, Zayn kembali dengan dua mangkuk es krim dan minuman. "Ini untukmu, ada yang kurang tidak?" Mataku menelusuri mangkuk es krimku. "Tidak ada, sempurna. Terimakasih!" Tangan Zayn menyubit kecil pipiku dan itu terasa sangat sakit.

"Sakit, tahu!" Ringisku dan ia hanya tergelak. "Kau sangat lucu, jadi aku gemas melihatmu." Tuturnya sembari memasukan sesendok es krim ke mulutnya. Dengan begitu, aku pun memakan es krim ku sampai habis, dan itu sangat cepat.

"Kau–astaga, kau lapar?"

Zayn membelalak saat aku selesai makan es krim dan ia masih setengah mangkuknya. "Tidak juga, tapi jika kau mau mengajak ku untuk makan tak masalah bagiku." Zayn menganggukan kepalanya pelan lalu memakan kembali es krimnya, terlihat sangat enak.

"Sayang..."

Zayn mengadahkan kepalanya saat aku memanggilnya dengan panggilan sayang, lalu ia tersenyum lebar. "Ya?" Sahutnya.

"Um, es krim mu nampak sangat enak, boleh aku mencobanya? Sedikit saja... Kumohon, aku sangat ingin." Entah mengapa, astaga.

Zayn memandangku tidak percaya, tapi akhirnya ia mengangguk dan memberikan mangkuk es krimnya padaku. "Enak sekali, terimakasih." Aku mengembalikan mangkuk Zayn, sebenarnya aku masih ingin, tapi dimana harga diriku, astaga.

"Setelah ini kau mau kemana lagi? Berbelanja, menonton, atau... makan siang?"

"Tentu saja, mak–maksud ku berbelanja. Aku ingin membeli gaun itu untuk ibu, sekedar buah tangan."

Jujur, perutku masih lapar. Aku masih menginginkan es krim atau tidak sushi, ada apa dengan diriku ini, astaga. "Baiklah, ayo. Aku pun akan membeli barang untuk ibu dan Gray, kurasa nanti kita perlu ke toko mainan." Tuturnya.

Harlot | z.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang