f i f t e e n

7.8K 387 48
                                    

Heyy! Maaf baru update, kemarin2 gue lagi drop banget sampe gue ga sempet edit part sebelumnya n langsung publish, ada yang salahkan? Maaf banget hehe...

Tau ga rasanya ditinggalin orang yang kita sayang tapi bukan karena kesalahan kita? Dan dengan enaknya org yg salah ngomong ga sengaja sampe ngebuat orang yg kita sayang ninggalin kita?

Gue bener2 drop gara2 itu karena yang ngelakuin itu adalah org kepercayaan gue yang gue percaya banget. Sebenernya gue masih gapercaya kalau dia kaya gtu, tapi gue bisa apa?

Bilang gue lebay gara2 kya gtu doang sampe teledor sampe ga update2, tapi seriously gue drop banget.

Sekali lagi, maaf ya. Kemarin gajadi tripudapte, malem ini dabel deh yak, dimaafin gak ya?

Makasih buat waktunya baca curhatan hati gue, gapenting emang, tapi gue pengen kalian ngerti kenapa gue lama update yang gue pastiin kalian kecewa sama gue, maaf maaf maaf.

Gue aneh sih sebenernya sama cerita ini. Judulnya daddy kink tapi gada daddy kink-nya, ini melenceng ceritanya. Gue gatau harus lanjutin cerita ini atau engga. Kayaknya ini gakan sesuai sama judulnya,

Ganti judul jangan? Kalau ganti, usulin dong judulnya apa dicomment, makasii love.

Yaudah enjoy yea...

Barbara's POV

Aku berusaha menahan tangisku mendengar bentakannya. Tidak dalam hitungan detik, aku langsung berlari ke arah lemari dan mengemasi pakaianku ke dalam koperku. Ia tidak mencegatku, ia benar-benar membiarkanku pergi. Dugaanku salah, ia tidak mencintaiku.

Setelah selesai aku membereskan koper dan tasku aku melangkahkan kakiku walaupun masih sedikit tertatih. Oh, hampir saja aku melupakan uang dan barang yang ia berikan padaku. Aku memberhentikan langkahku di meja ruang tamu lalu membongkar kembali koperku untuk mengeluarkan pakaian yang sudah Zayn berikan ladaku. Tak lupa menaruh segepok uang yang masih tersisa banyak disampingnya, tenang saja aku akan menggantinya lain waktu dan itu pasti, aku tidak suka berhutang budi.

Dengan langkah yang pincang aku keluar dari pagar rumah Zayn yang menjulang tinggi, entah mengapa ini terasa sangat sakit.

"Barbara!"

Zayn berlari dan terjatuh dipelukanku, ia terlalu memaksakan tubuhnya. Tangannya melingkar ditubuhku erat, sangat sulit untuk melepaskannya. "Maafkan aku, jangan pergi kumohon." Ia menangis dilekukan leherku dengan terisak. "Aku benar-benar mencintaimu, aku tidak akan membiarkanmu pergi dariku. Tetaplah bersamaku disini, kumohon." Ia berlutut dihadapanku dengan tangan memohon.

Aku tetap diam di tempatku tidak merespon, apa yang harus kulakukan?

Aku mengangkat tubuh Zayn lalu membopongnya kembali ke dalam. "Zayn, maafkan aku." Aku memeluknya yang sedang terduduk di sofa ruang tamu. "Tidak, maafkan aku." Aku merasa ia mencium keningku dan mengusap rambutku pelan. "Jangan pergi, Barb. Aku sangat membutuhkanmu disini." Aku menggeleng menanggapi Zayn. "Aku akan tetap disini."

-

Sekarang aku mengerjakan pekerjaan yang memang seharusnya kujalani, merawat dan melayani Zayn sesuai dengan kemauannya. Kejadian tiga hari lalu, ah sudahlah lupakan. Semenjak kejadian itu, Zayn semakin manja dan selalu bertanya 'kau mau kemana?' Saat aku ingin ke toilet atau pun ke dapur.

Sekarang aku semakin yakin bahwa ia memang mencintaiku, dan aku? Ya, aku merasa aku juga merasakan hal yang sama sepertinya. Tapi aku sudah pernah bilang pada Zayn, tidak perlu menyandang status jika memang saling mencintai itu pun sudah lebih cukup di banding status. Apa gunanya status 'kekasih' jika tidak saling mencintai?

Harlot | z.mМесто, где живут истории. Откройте их для себя