t h i r t y t w o

4.9K 283 60
                                    

New cover btw...

Aku dan Louis masih menunggu di depan ruangan menunggu hasil pemeriksaan dokter. "Sebenarnya apa yang terjadi padanya? Tubuhnya sangat panas, itu menyeramkan, boo." Aku sendiri pun tidak tahu, mengapa itu bisa terjadi padanya.

Menyadari aku tidak merespon pertanyaannya, Louis duduk disebelahku lalu meremas tanganku pelan. "Tidak perlu terlalu dipikirkan. Percaya padaku, ia akan baik-baik saja." Tubuhnya merengkuh tubuhku hangat, lalu mengusap rambutku pelan. Aku tidak bisa menangis, dan kurasa tidak ada yang perlu kutangisi.

"Kau belum makan ya? Diam disini, aku akan segera kembali."

Entah, aku merasa sangat berbeda dengan Louis. Mungkin karena aku sudah lama tidak berkomunikasi dengannya dan orang lain, hanya Zayn dan Niall. Sudah lama juga aku tidak menghubungi ibu angkatku dan adik kecilku. Rasa rindu dan bersalah menjalar dalam diriku, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa sekarang.

"Keluarga Zayn Malik?"

Aku terlonjak bangun saat mendengar suara dokter yang menangani Zayn tadi. "Aku kekasihnya." Ucapku tegas dan ia hanya menatapku tidak percaya. "Tolong ikut ke ruanganku, sekarang." Perintahnya lalu aku mengikutinya dari belakang, sebenarnya aku ingin melihat keadaan Zayn terlebih dahulu, tapi apa boleh buat.

"Silahkan duduk Nona–"

"Panggil saja aku Barbara, itu akan lebih enak didengar olehku."

Dokter itu melepas kacamatanya lalu menatapku dalam-dalam, apa ia masih tidak percaya bahwa aku kekasih Zayn? "Perkenalkan, namaku Ashton Irwin. Zayn memang pasien pribadiku, dan kau kekasihnya?" Aku mengangguk dan menunjukan cincin pemberian Zayn yang masih tertempel di jariku.

"Benarkah? Diluar dugaan sekali, kau sangat hebat bisa memperbaiki otaknya sedikit, ya walaupun hanya sedikit."

"Oh maafkan aku, mari kita kembali ke awal pembicaraan,"

Dokter itu melepas kacamatanya lalu memijat pangkal hidungnya pelan. "Jadi, apa kau tahu Zayn itu sakit apa?" Kepalaku menggeleng berdasarkan jawabanku.

"Kau salah tempat jika membawa Zayn kemari, beruntung beberapa jam kedepan aku memiliki jadwal berjaga disini. Kau seharusnya membawa Zayn ke–maaf sebelumnya, tapi memang seharusnya kau membawa Zayn ke rumah sakit jiwa atau tempat rehabilitasi. Karena di rumah sakit ini tidak menangani pasien yang pada dasarnya adalah seorang psikopat."

Psikopat,

Kerongkonganku terasa kering seketika, tidak, ini semua salah, Zayn bukan seorang psikopat. "Bagaimana mungkin? Zayn bukan seorang psikopat, ia pria baik-baik dan ia juga tidak pernah membunuh siapapun!" Kecuali Harry. "Tidak pernah membunuh atau kau tidak pernah tahu kalau Zayn pernah membunuh, nona?" Aku menghela nafasku panjang lalu menggosok wajahku frustasi.

"Ya, ia pernah. Dan aku tahu itu."

Dokter itu tersenyum miris padaku, omong-omong lesung pipinya juga indah dipandang.

"Maaf, aku tidak bermaksud untuk itu. Aku sudah mengenal Zayn sangat lama, dan ia adalah pasien pribadiku. Semua kejadian yang ia alami seperti membunuh hewan kecil hingga manusia pun aku mengetahui semuanya,

-

Di tengah malam seperti ini, aku ditemani Louis sedang melaju menuju tempat rehabilitasi yang dimaksud oleh Dokter Ashton. Zayn sudah lebih dulu dilarikan mengenakan mobil khusus dari tempat rehabilitasi sana bersama Dokter Ashton.

"Semuanya akan baik-baik saja, percaya padaku Barbara."

Dan sekarang aku menangis, menangisi semua yang terjadi di hari ini. Semua tidak akan baik-baik saja, semua kacau dan tidak akan baik-baik saja. Mengapa ini semua terjadi padaku di hari yang sama? Jika terus seperti ini aku bisa gila, aku tidak bisa menanggungnya lagi.

"Tidak akan baik-baik saja, ini akan terjadi sesuatu." Gumamku dengan frekuensi suara yang sangat rendah, setidaknya Louis tidak bisa mendengar.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, akhirnya kami sampai dan sudah di sambut dengan beberapa penjaga yang akan mengantar kami menuju kedalam, dengan pengawalan yang sangat ketat dan itu membuatku merasa tidak nyaman.

Kami diberhentikan di depan suatu ruangan berpintu besi besar yang tertutup rapat dengan akses tertutup. Salah satu penjaga tersebut meletakan kartu plastik diatas sebuah alat khusus sebelum pintu itu terbuka dari kuncinya.

Aku meraih tangan Louis lalu menggenggamnya penuh ketakutan. Kami hanya masuk berdua dan para penjaga berbaju hitam itu menunggu di luar pintu tersebut. Aku dan Louis berjalan menyusuri lorong putih ini lalu menemukan sebuah ruangan. Disana ada Dokter Ashton dan Zayn, sangat mengejutkan. Kedua tangan dan kaki Zayn di borgol besi di sebuah matras berdiri, bibirnya masih nampak pucat pasi dan tidak ada tanda-tanda kesadaran dari dirinya.

"Zayn..."

"Oh God,"

Dokter Ashton menatapku dan Louis bergantian lalu memintaku dan Louis untuk duduk di sofa yang ada di sudut ruangan. "Tak lama lagi ia akan kembali sadar, tapi ia akan mengamuk dan mengerang kesakitan. Jadi siapkan dirimu, dan berhati-hatilah." Air mataku lagi-lagi terjatuh, benar dugaanku, semuanya tidak baik-baik saja.

"Aku tidak bisa mempercayaimu." Cibirku pada Louis dan menatapnya tajam. "A-aku hanya berusaha membuatmu tenang, maafkan aku." Ia memberiku cengiran kudanya lalu meremas tanganku untuk menenangkanku kembali.

"Argh.."

Ia sudah sadar, kekasihku sudah sadar.

-

Karena banyak yang minta update sekarang, yaudah gue apdet nih tapi pendek. Nanti malem gue apdet lagi, tenang aja...

Oiya recommend ff yang genrenya sad dunks, lagi pengen baper ni gue hehehe

Who want sdm? ;)

Need comments for next chapt <33

Harlot | z.mWhere stories live. Discover now