f o u r t y e i g h t

4.5K 262 43
                                    

Gemma Arterton as Emma (ibu angkat Barbara)

"Ha ha ya lucu sekali, cepat bangun lalu bersihkan tubuhmu, kita akan berkencan di siang hari lalu makan malam bersama ibu di rumahnya, cepat!"

Zayn kembali menenggelamkan wajahnya di bantal lalu mengerang malas. "Bisakan kita...mandi bersama?" Aku memutar malas bola mataku lalu menarik tubuh Zayn keluar dari kamarku, berat sekali huh. "Tidak, kau sudah mengambil waktu bersantaiku. Cepat mandi atau aku akan pergi sendiri!" Ia mengerutkan dahinya lalu menatapku remeh.

"Lalu dengan siapa kau kencan? Dan kau mau naik apa menuju tempat kencanmu dan rumah ibumu?"

Aku berpikir sejenak untuk menjawab ejekannya. "Ha kau–"

"Aku bisa berkencan dengan Louis dan Mitchi, aku juga bisa menumpang pada Louis atau pun kendaraan umum, jadi...mau mandi atau tidak?!"

Zayn mengendus pelan, hell, aku tidak bisa terkalahkan jika sedang adu mulut, kecuali semalam, itu berbeda. "Kau galak sekali." Cibirnya sembari berlalu ke kamarnya, oh aku sangat galak.

-

"Barbara, kau ingin kencan dimana?"

Aku memukul lengan Zayn cukup keras sehingga membuatnya meringis, yang berlebihan. "Kau harusnya tahu! Kau kan yang mengajakku kencan, bagaimana kau ini?!" Zayn memberhentikan mobilnya lalu menatapku dengan pandangan yang sulit diartikan, seperti kesal dan marah, tapi lucu.

"Kau yang meminta kencan, kau yang bagaimana, astaga! Dan kau mengapa galak sekali pagi ini?"

Aku membelokan tubuhku untuk menghadap Zayn lalu menatapnya ganas. "Apa kau tidak ingat siapa yang mengajakku kencan semalam?!" Zayn memejamkan matanya lalu menghela nafas panjang, uh aku terdengar seperti istri yang selalu benar di atas semua perdebatan.

"Ya baiklah, aku yang mengajakmu kencan, puas?"

Senyum penuh kemenangan terpancar dari wajahku. "Memang itu faktanya, sayang." Aku mengedipkan sebelah mataku lalu mengembalikan posisi dudukku ke semula. "Terserah." Balasnya acuh, oh begitu.

"Uh, kau marah padaku? Atau kau tidak terima kenyataannya?"

"Tidak."

Wajahnya terlihat sangat kesal padaku, tapi salahku apa? Memang benar ia yang mengajakku kencan semalam, dan tadi pagi aku hanya mengingatkannya saja. "Zayn..." Rengekku manja sembari mencolek-colek lengannya yang sedang memegang setir. Ia hanya berdeham menyahutiku, ada apa sih?!

"Zayn..."

Lagi-lagi ia hanya berdeham tanpa menengok ke arahku sedikit pun. "Zayn!" Sentakku. "Apa, Barbara sayang?" Balasnya dengan nada yang menahan emosi, lucu juga. Tumben sekali tidak meledak-ledak, apa ini hari kebalikan?

"Tidak tahu, lupa."

"Kau membuatku seperti ingin memakanmu detik ini juga, menyebalkan."

Aku hanya memajukan bibirku lalu membuang pandanganku ke luar kaca mobil. Mataku menangkap sepasang suami istri sedang berjalan bersama disertai kereta bayi, sangat lucu. Ingin rasanya aku merasakan seperti mereka, tapi apakah itu akan terjadi?

Tentu saja iya! Zayn akan melamarku dan akan menikahiku, ya itu semua akan terjadi!

"Zayn, mereka sangat romantis, aku berharap kita akan seperti mereka kelak."

Entah mengapa hatiku terasa teriris saat mengucapkannya, pada hal nya semua baik-baik saja. "Kita berempat." Sahut Zayn. Empat?

"Kau, aku, Mitchi, dan anak kita."

Senyumku mengembang membayangkan itu semua akan terjadi. Aku dan Zayn berjalan santai dengan kereta bayi dan seekor anjing, terbayang, itu akan sangat menyenangkan.

Harlot | z.mWhere stories live. Discover now