s e v e n

12.1K 501 33
                                    

Zayn's POV

Setelah meminta izin untuk membawa Barbara pada ibunya, aku mengantar Barbara untuk sekedar melepas penat di luar. Bayangkan, tadi aku berpura-pura menjadi kekasih Barbara agar ibunya bisa mempercayaiku.

Ya kuakui ia memang cantik, aku menyukainya. Menyukainya jika ia sedang di ranjang, dan aku hanya menyukainya. Cinta? Bahkan seumur hidupku aku belum pernah merasakannya, sedikit penasaran tapi tidak peduli.

Saat aku melihatnya pertama kali aku merasa tertarik padanya. Dan dilihat dari matanya, ia sangat membuatku semakin tertarik. Matanya, bibirnya, wajahnya itu semua sangat menawan. Setiap aku memperhatikannya, selalu saja muncul perasaan aneh yang belum pernah ku alami sebelumnya. Ia bisa membuatku bahagia, sedih, nyaman, dan memuaskanku secara bersamaan. Tapi tenang saja, aku tidak mencintainya. Hanya sebatas rasa kagum, tidak lebih. Tapi rasa takut untuk kehilangannya sangatlah besar, ini yang mengganjal untukku.

Sedetik kemudian ponselku berdering menandakan panggilan masuk dari Lucas, bajingan yang paling percaya diri.

"Halo."

"Oh hai Zayn, lama tidak mendengar suaramu dan melihatmu."

"Hm."

"Kau pasti merindukan budak-budak cantikku, bukan?"

Dengar? Ia sangat percaya diri. Pertama, aku tidak merindukan budak-budaknya. Kedua, budaknya jauh dari kata cantik.

"Tidak juga."

"Aku dengar-dengar kau memiliki budak baru dari Harry."

"Tidak, aku tidak punya."

"Benarkah? Lalu siapa wanita yang bisa membuatmu melewatkan bondage party minggu ini?"

"Bukan urusanmu, jerk."

"Whoa bersantailah sedikit, mate. Aku hanya ingin mengundangmu di acara selanjutnya, tentunya bersama budak baru mu itu."

"Ia bukan budakku."

"Lalu?"

"Kapan acara itu di adakan?"

"Besok malam, datanglah."

"Tentu."

"Baiklah, sampat jumpa."

Aku menutup teleponku dan kebetulan sampai di restaurant yang sudah ku sewa. Ia tidak turun? Menunggu aku bukakan pintunya, huh.

Dengan sedikit terpaksa aku membukakan pintunya lalu memeluk pinggangnya selayaknya aku kekasihnya. "Mengapa dari tadi kau diam saja?" Bisikku di telinganya. "Lalu apa yang harus kulakukan?" Ia bertanya balik padaku. "Tidak kah kau mencoba berbicara denganku?" Ia terkekeh pelan dengan senyum manis di wajah cantiknya.

"Kau mau aku berbicara denganmu saat kau sedang sibuk bertelepon?"

Ada benarnya juga, tapi ia bisa berbincang denganku sebelum aku menerima panggilan, right? Jadi aku tidak perlu repot-repot memikirkan cinta, rasa kagum, menyukai dan takut kehilangan.

"Ya, kau benar."

Aku mengecup bibirnya singkat lalu berjalan menuju pelayan yang berjaga. "Zayn Malik." Pelayan itu membawa kami ke private room dengan makanan yang sudah complete, sempurna.

"Zayn, it so amazing. Untuk apa kau menyiapkan ini semua? Apa setiap jalang yang kau sewa diperlakukan seperti ini?"

Jujur, ini pertama kalinya aku menyewa private room untuk berdua. Dan ku akui ini aneh, karena aku selalu memikirkan kesenangannya saat sedang bersamaku. "Tidak. Kau bukan jalang babe, kau kekasihku." Astaga, apa yang baru saja ku ucapkan? Ia mendapat bercak merah padam di kedua pipinya, oh ia sudah terbawa perasaan.

"Jangan menunduk seperti itu, sekarang makan lah apa yang ingin kau makan. Aku tahu kau lapar, kau belum makan siang."

"Kau juga makan kan?"

Aku hanya menggeleng lalu menuntunya untuk duduk di sampingku. Aku memotong sepotong kue lalu menyuapkannya pada Barbara, lagi-lagi perasaan aneh itu muncul. "Ini sangat enak, Zayn. Kau harus mencobanya.." Ia menyodorkan sendok berisi kue ke mulutku tapi aku menepisnya.

"Kau harus, Zayn."

Aku mengambil alih sendoknya lalu memasukannya ke mulutnya yang terbuka. Sedetik kemudian aku mengambil kue itu dari mulutnya dengan mulutku, menjijikan memang tapi aku suka momen ini. Tawa kami lepas bersama, entah aku sangat merindukan saat-saat seperti ini.

"Jangan tinggalkan aku, kumohon."

Aku menyandarkan kepalaku di lehernya, entah mengapa ini sangat nyaman. Ia meraih pipiku dan mengelusnya pelan. "Aku tidak akan meninggalkanmu, Zayn." Aku merasakan ada yang kenyal menyentuh dahiku, ia menciumku.

"Kurasa aku mulai menyukainya, hanya baru menyukainya saja." -Barbara Palvin.

-

Yang minta sweet moment ini gue kasih, gue tau ini gak sweet2 amet deh tapi yaudah lah ya. Cie jadi pacar uhm.

Next gue warn yak, yang ga suka ada kekerasan jgn baca next chapt dulu. Ga bakal trlalu sadis sih, tapi gue warn aja dulu.

Give vomment(s) yaa, i love you.

Double update?

Yay/nay?

Love.

Harlot | z.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang