t h i r t y t h r e e

4.5K 305 28
                                    

Btw ada yang setuju ga kalau cerita ini bagian ena2 nya di private? Banyak sidersnya nih jadi bt kan gue :(

"Kalian sudah bisa bicara dengannya, tapi jangan terlalu dekat karena ia bisa saja menyakiti kalian."

Zayn hanya tertunduk lemas di tempat itu, aku tidak tega melihatnya seperti ini. "Mengapa kau membawaku kemari?" Suaranya terdengar sangat pelan tapi aku masih bisa mendengarnya dengan baik. "Barbara, mengapa kau membawaku kemari?" Ulangnya tanpa menatapku dan masih menatap lantai yang dipijak olehnya.

"MENGAPA KAU MEMBAWAKU KEMARI?!"

Tubuhnya meronta dan menarik-narik rantai yang mengikat kedua tangan dan kakinya. "A-aku tidak tahu, kau sedang sakit Zayn." Tawanya menggelegar memenuhi ruangan serba putih ini. "Sakit? Aku tidak sakit!" Elaknya dengan diikuti bentakan. Louis menarik tanganku untuk menjauh sedikit dari tempat Zayn.

"Hey kau! Jangan berani-beraninya menyentuh kekasihku! Oh. Jadi setelah kau berhubungan denganku, lalu bercumbu dengan si bajingan pirang itu, dan sekarang dengan–siapa kau? Oh aku mengingatmu, bartender. Dan sekarang kau berdua dengan bartender bodoh itu?! Dasar jalang!"

Dasar jalang!

Tanpa kusadari air mataku kembali membanjiri pipiku, ia menyebutku jalang, Zayn memanggilku jalang. Tapi, bukan kah ia yang melarangku menyebut diriku sendiri jalang?

"Mate, tenang dulu. Aku hanya membantu sahabatku untuk membawamu ke rumah sakit, aku tidak akan merusak hubungan kalian. Aku akan pergi sekarang, permisi."

"Lou–"

"It's okay, aku akan tunggu di mobil." Bisiknya lalu berlalu keluar, dan hanya tersisa aku dan Zayn. Aku menarik nafasku dalam-dalam lalu menjatuhkan diriku di lantai dalam tangis.

"Sudah kukatakan, aku seorang jalang, aku tak pantas untukmu."

Air mataku tak bisa ku bendung lagi, aku sudah tak dapat berhitung berapa kali aku merasakan hal ini. Setiap aku menyadari siapa diriku, itu membuat diriku dilemuri rasa bersalah. Tapi jika soal Niall, itu diluar dugaanku.

"Barbara..."

Kedua tanganku menutup wajahku sembari menangis tersedu-sedu, aku benar-benar sudah lelah menghadapi ini. "Maafkan aku, aku tidak bermaksud–"

"Tak apa, aku tahu kau hanya sedang meluapkan apa yang ada di dalam hati dan pikiranmu, aku jalang. Aku menyadarinya, Zayn. Sudah ku katakan aku tak pantas untukmu, aku hanya–"

"HENTIKAN!"

Tubuhku tersentak saat Zayn berteriak. "Jangan ucapkan itu lagi kumohon, tadi aku hanya tidak terkontrol, bukan diriku yang mengatakannya. Semua keluar dari mulutku begitu saja, maafkan aku." Suaranya melembut dan menatapku sendu, kantung matanya menghitam dan bibirnya sangat pucat.

Aku bangkit dari duduk ku lalu menghampirinya, tidak peduli dengan ucapan Dokter Ashton. Tubuhku merengkuh tubuhnya lalu menyandarkan kepalaku di lehernya, begitu pun sebaliknya. "Keluarkan aku dari sini, kumohon..." Pintanya dengan suara lemah dan tidak berdaya. "Bagaimana bisa?" Gumamku yang masih bersandar di lehernya.

"Kau pasti bisa, kumohon, untukku."

Aku mengecup lehernya lalu menghisapnya pelan, Zayn mengerang frustasi sebagai responnya. "Akan kulakukan, untukmu." Bibir kami bertautan satu sama lain. Lidahnya memasuki ku dengan tempo yang lembut, dan aku menggigit bibir bawahnya lalu menariknya jahil.

"Lanjutkan nanti, oke? Tapi kali ini, izin kan aku bersama Louis untuk membantumu keluar dari tempat ini, bagaimana?"

Zayn terlihat berfikir sejenak lalu mengiyakanku dengan beberapa syarat, sangat berlebihan.

-

Pendek ya? Yang penting gue udah apdet ya ga hehehe dabel deh hari ini jadinya ;)

Sdm? Check list di conversation gue, buat lima orang teraktif di akun gue ;)

Yang gapunya twitter juga bisa kok, chat aja :)

Need comments for next chapter (;

Harlot | z.mTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon