t w e n t y

6.9K 360 39
                                    

Need vomments please, i hate silent readers btw; but i don't really care about that, it's mean u can't respect each other :)

Enjoy~

[Horror edition]

Barbara's POV

Trauma berat yang kualami beberapa minggu lalu perlahan mulai sirna. Luka-luka yang ada di tubuhku juga sudah mengering dan terganti menjadi kulit baru. Sekarang aku tinggal sendirian (lagi) karena Zayn ada beberapa urusan diluar yang tidak ku ketahui.

Mengingat beberapa minggu lalu, aku ingat akan ruangan bawah tanah yang akan ku bersihkan. Dibanding aku harus berdiam diri dan bermalas-malasan di kamar, lebih baik aku bersih-bersih. Terdengar lebih berguna dari pada berdiam manja layaknya seorang putri tanpa pangeran, ha kalimat macam apa itu? Menjijikan sekali.

Dengan semangat aku membawa alat perlengkapan kebersihan dan pewangi ruangan untuk ruangan aneh itu. Mengingat akan bau amis dan busuk beberapa minggu lalu, bagaimana keadaannya sekarang? Aku bergidik ngeri membayangkannya, terbayang seperti apa bau nya sekarang.

Suasana dingin dan gelap terasa saat aku mulai menuruni tangga satu per satu. Udaranya terasa lembab dan hangat saat aku menapakan kakiku ke lantai hitam yang sudah sedikit berdebu, mungkin aku akan mengepelnya di akhir. Suara tetesan air menggema di sudut lorong gelap ini, terkesan seperti film horror yang sering ku tonton tapi ini lebih mencekam, mungkin.

Aku mencari saklar lampu di dinding dengan meraba karena disini pencahayaanya sangat minim dan aku tidak membawa ponselku untuk sekedar pencerahan. Tanganku menyentuh sesuatu yang basah di dinding dan itu mungkin hanya air yang bocor dari lantai atas. Tak lama, aku berhasil menemukan saklar dan menyalakannya.

Aku membulatkan mataku saat melihat bercak merah di sepanjang lorong ini, ini tidak mungkin. Bau amis dan busuk mulai menyeruak di indra penciumanku saat menyadari itu adalah bercak darah yang sudah mengering. Rasanya aku ingin memuntahkan semua isi perutku sekarang, ini menjijikan sekali. Bagaimana mungkin Zayn memeperi darah ke setiap tembok lorong ini, ini sama sekali tidak terkesan artistik. Lampu disini pun berkedut tidak berirama, sepertinya sebentar lagi akan mati.

Hiliran angin perlahan melewat di punuk leherku yang membuat bulu kudukku berdiri tegak. Dengan langkah bergetar, aku mencoba menghampiri pintu hitam yang berdiri di ujung lorong aneh ini. Sumber bau tidak sedap itu memang berasal dari ruangan ini, dan bercak darah itu sepertinya berawal dari sini. Aku menurunkan perlengkapan kebersihan ke lantai lalu mencoba membuka pintu hitam itu.

Kuputar kenop pintu itu dan menghasilkan suara decitan yang menggema di sepanjang lorong ini. Dengan ragu, aku mendorong pintu itu sehingga bau dan hawa lembab hangat menerpa wajahku dengan sempurna. Lagi-lagi, aku merasa isi perutku akan keluar dalam hitungan detik. Sudah menahan nafas pun, bau tidak sedap itu tetap tercium olehku.

Aku melangkahkan kakiku lebih dalam satu langkah dan mulai merayap lagi mencari saklar lampu yang ada. Sandal rumahku terasa lengket saat melangkahkan kakiku semakin dalam, dan itu semakin membuatku penasaran dengan ruangan ini. Saat Zayn menyuruhku kesini, kurasa suasananya tidak se mencekam ini.

Gotcha.

Saat lampu menyala, rahangku terasa jatuh melihat isi ruangan ini. Masih sama, ada alat-alat mengerikan milik Zayn. Namun lantai putih disini, kini berlemurkan darah yang sudah sedikit menghitam. Aku melangkahkan kakiku lebih jauh dan tak sengaja aku menendang sesuatu, kepala anjing cihuahua putih dengan darah berlemuran di bulunya.

Aku menutup mulutku saat isi perutku akan keluar detik ini juga. Di satu meja, ada tiga ekor kucing yang bulunya sudah tidak tersisa dengan perut yang sudah teroyak habis. Ini sudah gila, tidak mungkin ini nyata.

Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh penjuru ruangan ini, pandanganku terpaku kepada sesuatu yang janggal. Ada tubuh manusia dengan lengan tergantung dan tubuh yang terjuntai ke bawah. Merasa penasaran sekaligus takut, aku memantapkan langkahku untuk mendekati objek pandanganku kali ini.

Tubuh proposional dengan tato menghiasi tubuhnya yang sudah mulai membiru ini sekarang ada di hadapanku. Rambut ikal lepeknya sudah berantakan tidak terarur, aku mengenal tubuh ini. Dengan ragu, aku mendorong tubuhnya agar menjadi tegak dan aku bisa melihat wajahnya.

Aku tersentak saat melihat wajah 'Harry' yang sudah tidak berbentuk lagi. Robekan memenuhi setiap sisi dari wajah tampannya, dan itu membuatnya tidak tampan lagi melainkan menyeramkan. Mulut yang terbuka dan lidah yang sudah menghilang, ini benar-benar gila!

Pandanganku terpaku kepada perutnya yang berlubang dan menimbulkan warna hijau busuk pada organ dalamnya yang ku taksir itu lambungnya. Dari dada hingga perutnya nampak sayatan berbentuk huruf 'X' besar yang mengerikan. Darah kering melemuri setiap inci tubuh Harry dengan sempurna, dan itu sangat mengerikan. Disini Harry hanya memakai celana jeans panjangnya yang masih utuh dengan beberapa tetesan darah di ujungnya.

Terliha memar yang berwarna ungu berpadu dengan warna coklat gelap di lengan kanannya yang masih terikat. Sepertinya itu bekas suntikan, tapi suntikan tidak berefek seperti itu. Di kedua pergelangan tangannya pun sudah memerah dan darah kering mengelilingi sekitarannya, dipastikan karena ikatannya terlalu kuat.

Aku memundurkan langkahku dan terasa menabrak sesuatu, ini manusia.

"Apa yang sedang kau lakukan disini, sayang?"

-

Ha ha ha gue lagi gada kerjaan bingung galau lagi ah jadi gue mutusin buat ini. Emang gue janjinya minggu depan trs sesudah make out selesai, tapi gue greget sama cerita ini hehehe.

Maunya publish nya malem, tapi gue gda kuota malem2 jadi sekarang aja ok.

Vomments yea, love you <3

Harlot | z.mWhere stories live. Discover now