e l e v e n

9.8K 480 49
                                    

Aku memakan semua makanan dan minuman yang sudah Zayn belikan, ia tetap saja memaksaku untuk memakan semuanya hanya karena ia sudah mengorbankan tangannya untuk membawa belanjaan itu. Sebenarnya aku menyukai semua makanan dan minumannya, aku hanya mengerjainya saja.

Ia menggendongku untuk berjalan ke toilet, dia sangatlah romantis untuk tipe pemula, iya kan?

Setelah aku bertanya-tanya padanya, aku sedikit tercengang karena ia tidak percaya pada cinta dan ia belum pernah merasakannya serta tidak tertarik? Bahkan aku menggodanya untuk mencoba mencari tahu tentang cinta, tapi ia menolak. Ingin rasanya aku ungkapkan semuanya bahwa ia sedang merasakan apa yang namanya cinta.

Saat aku sedang saling bertukar cerita dengan Zayn di ranjang, seseorang membuka pintu kamarku yang membuat kami langsung menengok.

Ini tidak mungkin, ini tidak nyata. Tidak mungkin ia bisa berada disini. Apa yang ia lakukan disini?!

"Oh hai James, senang bertemu denganmu."

Dan ia menggunakan nama tengahnya sebagai panggilan di negara ini? "Yeah senang bertemu denganmu juga, ada apa memanggilku?" Ia sedari tadi menatapku dan Zayn bergantian dengan ekspresi yang tidak bisa ku tebak.

"Kekasihku sedang sakit, kau bisa memeriksanya dan mengobatinya. Aku tinggal kalian berdua dahulu, selamat tinggal." Aku menahan tangan Zayn agar tidak pergi, yang benar saja aku berdua di satu kamar dengan 'nya'?! "Aku sangat lapar, Barb. Tenanglah ia hanya dokter yang akan memeriksamu, ia tidak bertindak seperti yang lalu." Ia mengecup puncak kepalaku singkat lalu pergi meninggalkanku berdua dengan Niall aka James yang berpakaian serba putih layaknya dokter.

"Barbara.. Kau sudah memiliki penggantiku?"

Nada putus asa keluar dari mulutnya yang membuatku tidak tega. Mataku memanas menahan tangis yang akan keluar dalam hitungan detik.

"Jawab aku, kau sudah menemukan penggantiku? Kukira kau akan menungguku hingga aku kembali."

Aku tertawa hambar menanggapi omong kosong yang keluar dari mulutnya. Kuakui hatiku masih untuknya, tapi entah mengapa sekarang aku merasa perasaan itu sirna seketika.

"Kau mau aku menunggumu bertahun-tahun di Irlandia hingga aku menjadi perawan tua? Begitu? Sayangnya aku bosan menunggumu dan aku mendapatkan yang jauh lebih baik darimu."

Ia menatapku dengan putus harapan, seperti anak kecil yang baru saja kehilangan permennya. "Aku baru saja memesan tiket pesawat untuk besok menemuimu dan keluargaku disana. Aku tidak meninggalkanmu, aku hanya bekerja dan bersekolah disini dan aku akan kembali besok. Sebenarnya aku akan melamarmu minggu dep-"

"Suaraku menghilang, sepertinya tenggorokanku radang, James." Selaku saat melihat Zayn kembali dengan dua kaleng bir di tangannya dan tak lupa aku menekankan kata 'James' di perkataanku.

"Oh baiklah, biar ku periksa."

Ia menyuruhku membuka mulutku lebar-lebar, tangannya tidak berhenti mengelus rahangku halus yang membuatku risih. Matanya terlihat putus asa dengan air mata yang menggenang di pelupuk matanya. Aku menutup mulutku cepat dan tak lupa menyingkirkan tangannya dari wajahku.

"Kau hanya sedang radang tenggorokan, nanti akan ku tuliskan resep obatnya."

Aku hanya mengangguk mengiyakan ucapannya yang tidak kupedulikan, persetan dengan tenggorokanku aku hanya ingin ia cepat pergi dari sini.

"James kemari lah, aku membawakan bir untukmu."

Zayn mengundang Niall untuk duduk bersamanya di sofa yang ada di kamarku, sial. "Oh ya, terimakasih." Ia menerima kaleng bur dari tangan Zayn lalu duduk bersamanya di sofa.

"Kau sudah mempunyai kekasih rupanya, ia sangat cantik dan sepertinya baik." Niall memulai pembicaraan agar tidak terlalu diam. "Tentu, ia sangat baik. Ia selalu ada untukku dalam urusan--ya kau tahu itu." Tawa mereka pecah saat mendengar omongan dari Zayn yang sama sekali tidak lucu.

"Tapi kurasa, ia tidak akan setia padamu. Ia akan meninggalkanmu, seperti aku ditinggalkan kekasihku untuk pria lain."

Walaupun volume suaranya pelan, tapi aku bisa mendengar pria dengan aksen Irlandia itu berbicara pada Zayn dan ia menyinggungku, aku tahu itu.

"Sayang, aku ingin ke toilet. Maaf mengganggu pembicaraanmu."

Zayn menghampiriku lalu mencubit hidungku pelan, kerja bagus Zayn. "Kau sangat manja, tapi aku menyukainya. Kemari biar ku gendong." Ia mengangkat tubuhku lalu membawaku ke toilet kamarku dalam pelukannya. Aku melihat Niall sedang menontoni kami dengan tatapan tidak suka dan sedih dicampur menjadi satu.

Aku dan Zayn masuk ke kamar mandi dan ia membukakan celanaku, padahal aku bisa melakukannya sendiri untuk itu. Aku sedikit tersentak saat ia menyentuh vaginaku yang masih terasa perih dengan jarinya. "Oops, maaf. Kau membuatku ingin menyentuh dan memasukannya." Aku menjewer telinganya kesal lalu mendorongnya keluar, tak lupa menutup pintunya.

-

Zayn bilang malam ini ia akan tidur bersamaku karena ia takut aku akan meninggalkannya diam-diam. Ia terlalu kekanak-kanakan, ia tahu sendiri bahwa aku tidak bisa berjalan, apa lagi pergi meninggalkannya. Ia selalu membuatku gemas, kurasa aku akan mulai belajar untuk mencintainya.

"Zayn, bagaimana jika kau merasakan jatuh cinta pada seorang wanita?" Ucapku didalam pelukan eratnya. "Bagaimana? Entah lah, aku tidak tahu." Balasnya sembari memainkan rambutku dengan jari-jarinya. "Seandainya, jika kau jatuh cinta padaku, apa kau bisa mempercayai cinta itu ada?" Ia menenggelamkan wajahnya di leherku, mungkin itu akan menjadi bagian favorit nya di tubuhku.

"Jika memang itu nyata dan aku mengalaminya bersamamu, aku bisa mempercayainya."

Entah jawabannya itu membuat hatiku terasa tenang dan damai, seperti baru saja mendapat angin dari surga.

"Kau sudah mengalaminya, Zayn."

Tbc

Double update ea gue wkwk. Karena gue baik jadi gue dabel malem ini, bodo amat yang baca dikit tapi gpp lah. Besok gue sekolah trs rabunya libur, nanti kyanya gue update Make Out atau ga ya ini.

VOTE

COMMENT(S)

Thankyouu bae❤️

Harlot | z.mWhere stories live. Discover now