Chapter 13 Part 2

Start from the beginning
                                    

Setelah bentakannya yang sangat keras dan terdengar kejam itu, dengan emosi dan hasrat tidak tertahankan, ia mulai mencium dan menggigit-gigit sekeliling leher Sylva. Sylva yang sangat keberatan itu tentu berusaha menolaknya dengan teriakan dan perlawanan. Namun sayangnya, kekuatannya yang sedang ketakutan ini bukan tandingan Jackson yang konon katanya penyandung sabuk hitam. Dengan cepatnya Jackson sudah mulai menyelinapkan tangannya ke balik seragam Sylva. Kali ini rontaan Sylva makin kuat. Ia sudah mulai bisa mendorong tubuh Jackson, namun sialnya lagi, Jackson melawan balik dan Sylva benar-benar kalah telak!

Tidak. Sylva tidak mau. Ia tidak ingin pertama kalinya dilewati seperti ini, dirampas seperti ini. Ia tidak mau!

"SYLVAA!!"

Bagaikan ranjau yang meledak, tiba-tiba di saat Sylva berada di antara pasrah dan bertahan ini, sebuah suara yang amat keras memekakkan itu mengaung memenuhi ruangan yang luas itu dan berikutnya dilanjut dengan kejadian yang lebih eksklusif. Tanpa bisa Sylva sadari, Jackson yang tadinya menindih tubuhnya erat tiba-tiba terangkat menjauh oleh seseorang yang meneriaki namanya tadi lalu dalam sekejap, orang itu telah menjungkir-balikkan Jackson dengan tonjokan yang dahsyat. Sylva yang sudah duduk kembali itu tidak bisa menutup mulutnya, bahkan kedua matanya telah mendelik sangat lebar. Ia ... Ia tidak percaya!

"Ra, Raven?"

Untuk sekejap begitu mendengar suara Sylva, orang itu, Raven, memang sempat melirik ke arahnya. Tapi seperti yang dijelaskan, itu hanya sekilas dan dengan wajahnya yang garang penuh luka babak belur itu kini ia kembali menghadap ke Jackson. Sekali lagi, dengan garang. Anehnya, bukan melawan, Jackson yang setelah terbujur itu justru tersenyum dengan lebar–ralat, menyunggingkan satu sudut bibirnya–kepadanya.

"Kau benar-benar merusak suasana, Ven," ucapnya masih dengan nada yang pelan nan santai sembari menghapus darah yang mengalir dari sudut bibirnya yang koyak. Ia sama sekali tidak merasa terdesak ataupun ketakutan oleh tatapan penuh benci Raven, ia malahan menikmatinya. Ia bangkit berdiri setelah itu dan menepuk-nepuk kimononya. "Kau tamu dan aku Tuan rumah. Tidak seharusnyakah kau bertingkah lebih sopan?"

"Diam!" pekik Raven dengan suara yang sangat rendah dan berat seraya dengan cepatnya menarik kimono Jackson. Meski bisa terlihat banyaknya cucuran keringat dan luka-luka yang tertera di wajahnya yang menandakan betapa capeknya ia melawan para penjaga, raut emosi yang dalam masih tetap tersirat di wajahnya. Ternyata ia sedang marah besar sekarang, atas perbuatannya yang tidak senonoh terhadap sahabatnya. "Padahal kau adalah orang kaya, tapi aku tidak pernah menyangka kau adalah orang sekotor ini!"

Sekali lagi, bukannya melawan, Jackson malah tetap tersenyum bahkan lebih lebar. "Oh ya? Begitu, ya? Tapi aku tidak bisa mencegahnya karena itu naluri lelaki. Memangnya kamu tidak pernah merasa demikian?"

"DIAM!!"

Tanpa bisa ditahan, kepalan yang mengepal kuat itu akhirnya mendarat juga di wajah mulus Jackson untuk kedua kalinya dan kali ini tepat menghajar pelipis kirinya. Tidak hanya begitu, tubuh Jackson yang menerima pukulan Raven itu terhempas jauh dan membentur rak-rak yang ada di sampingnya, menciptakan suara pecah belah yang lebih seru. Sayangnya, Raven merasa tidak puas. Jackson yang terlihat lumayan lemah karena serangan ganda itu, Raven yang masih emosi itu mendekatinya dan menarik kimononya lagi hingga Jackson pun ikut tertarik.

"Aku memang pria, tapi aku masih normal, masih waras! Jadi jangan pernah samakan diriku denganmu, Jerk!"

Setelah bentakannya yang menukik lurus tepat ke diri Jackson, masih dengan kedua tangan yang terkunci mencengkram kimononya, Raven pun dengan sekuat tenaga melajukan wajahnya dan menggunakan jidatnya itu membentur telak ke jidat Jackson, memberikan serangan terakhir. Yang benar saja, Jackson yang sedaritadi hanya tersenyum pun sekarang tidak bisa berkutik lagi dan pada detik berikutnya, tubuhnya yang kehilangan kesadaran pun mendarat lemah di lantai keramik putih.

Rage in Cage (Complete)Where stories live. Discover now