Pencuri Hati 51

4.9K 369 62
                                    

   Sandiago dan Shania serta satu anak buah Sandiago yang bernama Togar sudah sampai di hotel permata tepat pukul 6.30 sore. Shania sudah di make over secantik mungkin untuk menemui tamu Sandiago yang berani membayar keperawanan Shania dengan harga selangit. Itu sudah pasti membuat Sandiago senang, karena dia tak sia-sia menculik Shania untuk dijadikan salah satu pekerja seks bertarif tinggi.

   Shania memiliki tubuh ideal di usianya yang beranjak 18 tahun. Ditunjang dengan paras cantik serta tubuh tinggi semampai untuk ukuran wanita asia. Makanya Sandiago melelang Shania seperti melelang barang dagangan ke para tamu dan pelanggannya.

   "Ayo turun," Sandiago memaksa Shania turun dari mobil. Karena Shania sangat ketakutan, dia terus menangis tak henti-henti sejak Sandiago dan Togar membawanya ke salon untuk di make over, serta dipakaikan pakaian yang sangat seksi, itu membuat Shania tidak nyaman sama sekali.

   "Ayo turun, cepat!" tarik Togar pada Shania. Togar menarik tangan kanan Shania sedikit kencang, dan itu mengakibatkan Shania hampir jatuh.

   arrgghh... Decak Shania kesal.

   "Togar, jangan terlalu kasar dengannya! Saya gak mau dia lecet sebelum melayani tamunya malam ini," Sandiago ngomel atas sikap kasar Togar pada Shania.

   "Maaf boss," balas Togar.

   Setelah Shania turun, Togar berjalan ke arah belakang mobil untuk mengambil kursi roda. Menurunkan kursi roda dari mobil lalu menyetelnya, setelah itu mendorong kursi roda tersebut ke depan Shania.

   "Duduklah!" perintah Togar untuk Shania.

   Shania hanya diam sambil menangis. Dia tak mau duduk di kursi roda tersebut. Akhirnya Togar lagi-lagi menggunakan cara kasar ke Shania, ia memaksanya duduk di kursi roda dengan tarikan kecil pada bahu Shania. Karena posisi Togar ada dibelakang Shania.

   Begitu kagetnya Shania ketika dia dipaksa duduk, dan ia sempat meringis kesakitan karena kaki kananya terbentur besi kursi roda.

   aauwww... Rintih Shania.

   "Togar! Sudah saya katakan, jangan bersikap kasar padanya!" bentak Sandiago.

   "Maaf boss. Dia batu, disuruh duduk gak mau," ujar Togar ketakutan.

   Ketiganya masuk ke dalam hotel permata setelah itu. Dimana Shania duduk di kursi roda dan didorong oleh Togar. Dalam hati Shania terus berdoa, memohon pada Tuhan untuk menolongnya dari orang macam Sandiago, sedangkan air mata Shania terus mengalir dan jatuh ke pipi.

   Sampai di lobby hotel, Sandiago menelepon orang yang akan dia temui. Setelah menelepon orang tersebut, Sandiago serta Shania dan Togar menuju lift. Sandiago memencet angka delapan, mungkin pelanggannya itu sudah memesan kamar di lantai delapan.

   Pintu lift terbuka ketika mereka bertiga sudah sampai di lantai delapan. Dan didepan lift lantai delapan ada seorang laki-laki muda berparas tampan, serta kulitnya putih ingin masuk ke dalam lift tersebut.

   Saat Sandiago dan Togar mendorong kursi roda Shania keluar lift, tangan Shania memegang tangan laki-laki muda tersebut sambil berkata...

   "Tolong aku! Mereka berdua orang jahat."

   Togar sempat terkejut ketika Shania meminta bantuan pada tamu hotel yang hendak masuk ke dalam lift. Laki-laki itu pun langsung melihat ke arah Shania, setelah itu menatap Togar dengan matanya yang bulat.

   "Maafkan anak saya. Dia stress, karena dia trauma akan sesuatu. Jadi jangan kamu tanggapi perkataannya," Sandiago berdalih pada laki-laki itu dengan mengatakan kalau Shania stress, karena ini diluar dugaan Sandiago, jadi dia asal bicara saja.

Pencuri HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang