Pencuri Hati 35

5.4K 364 23
                                    

   Sesampainya di rumah setelah pulang dari rumah sakit, Veranda menyuruh Kinal istirahat. Tapi sebelumnya Veranda mengganti pakaian Kinal dengan pakaian rumah yang terlihat santai.

   "Ve."

   hmmm... Veranda menjawabnya dengan suara deheman lembut.

   "Jangan terlalu baik ke Naomi, aku gak suka."

   "Kenapa?" Veranda sambil mengancingkan piama tidur yang Kinal kenakan satu persatu, mulai dari atas hingga bawah. Setelah selesai, Veranda menaruh kedua tangannya di bahu kesayangannya itu.

   "Aku gak suka aja. Kamu lupa? Karena dia aku hampir kehilanganmu," Kinal menaikan satu tangannya untuk memegang pipi Veranda, mengelus pipi itu lembut. Mata keduanya saling menatap penuh cinta dan kasih sayang.

   "Aku gak lupa itu, Kinal. Tapi bukannya setiap manusia harus saling memaafkan? Lupakan masalah itu, aku yakin Naomi gak sejahat yang kamu pikirikan."

   Veranda mendekatkan wajahnya ke Kinal, dalam hitungan detik bibir mereka menempel. Sebuah ciuman mesra nan hangat tercipta siang itu di kamar, Kinal menarik tubuh Veranda supaya lebih merapat lagi ke tubuhnya.

   "Hei, ini ciuman ringan! Kenapa kamu pakai nafsu, sayang?" Veranda menjauhkan bibirnya dari bibir Kinal, karena kalau tidak dia hentikan, mungkin akan terjadi sesuatu yang sangat diinginkan oleh keduanya, "ingat pesen dokter, kamu harus banyak istirahat."

   Kinal tertawa kecil mendengar ucapan Veranda padanya.

   "Kenapa kamu mengingatkan aku tentang itu?! Seharusnya dalam keadaan seperti ini, kita abaikan saja pesen dokter."

   "Kalau yang bilang itu dokter Veranda, apa kamu mau mengabaikannya juga?" Veranda menunjukan balon pipi yang Kinal suka didepannya. Itu berhasil membuat Kinal makin gemas dengannya, kemudian dia langsung mencium kedua pipi Veranda, menekan bibirnya kuat-kuat di pipi chuby orang yang paling dia sayangi.
.
.


   "Sinka, kita harus bicara!" Rona tiba-tiba datang dan berdiri disamping Sinka yang saat itu duduk santai bersama Chikarina menikmati jus alpukat ketika di kantin.

   "Duluan ya, Chik! Gue lupa kalau hari ini mimi sama mama nyuruh pulang cepet," Sinka pamit pada Chikarina, dan ia bergegas pergi dari kantin untuk menghindar dari Rona. Chikarina hanya bengong dan diam ketika sahabatnya tiba-tiba pergi.

   Rona yang geram karena Sinka bersikap aneh padanya, langsung mengejar Sinka tanpa pamit pada Chikarina.

   "Sinka, kamu kenapa sih?" Rona menarik tangan Sinka, menahannya agar dia tak menghindar.

   "Gakpapa, aku harus pulang sekarang! Jadi tolong kamu lepasin tangan kamu dariku!" Sinka menyuruh Rona untuk melepas genggaman tangannya yang sedang mencengkram erat pergelangan dia.

   "Nggak akan!" ucap Rona mantab, matanya tajam menatap Sinka yang ada didepan dia, "sebelum aku tau dari mulut kamu, aku salah apa?"

   "Kalau gitu aku teriak!" ancam Sinka.

   "Teriak aja! Aku mau liat reaksi anak kampus, apa mereka berani dengan Rona atau tidak?!"

   "Jadi kamu mau main kekuasaan di sini? Oke!"

   Rona tersenyum menang, lalu dia mengambil kunci mobil yang ada di tangan Sinka dengan cepat. Kemudian memaksa Sinka masuk ke dalam mobil, setelah itu tancap gas meninggalkan kampus.

   Didalam mobil Sinka hanya diam dan mengacuhkan Rona yang saat itu sedang menyetir. Sinka mengarahkan pandangan ke arah luar, mukanya ditekuk hingga empat lipatan, mungkin Sinka kesal dengan Rona yang seenaknya memaksa dia mengikuti keinginan dirinya sendiri untuk mengajak Sinka ke tempat yang belum Rona katakan.

Pencuri HatiWhere stories live. Discover now