Pencuri Hati 12

10.7K 428 42
                                    

Paginya Kinal bersiap-siap pergi ke kantor, dia bangun lebih dulu dari Veranda. Lalu Kinal mengambil handuk yang tersampir disebalah kamar mandi, kemudian berjalan masuk kedalam untuk membasuh tubuh dengan air di pagi hari.

Setelah selesai, Kinal langsung memakai pakaian kerja. Ia melihat Veranda masih tidur nyenyak ditempat tidurnya, lalu ia mendekati Veranda dan duduk dipinggir tempat tidur, tangannya membelai rambut Veranda dengan lembut, kemudian dia mengecup kening Veranda dengan cepat.

Kinal berangkat ke kantor tanpa menunggu Veranda bangun. Sarapan pun Kinal buat sendiri, dia mengambil roti tawar yang ada di meja makan kemudian mengolesnya dengan selai coklat lalu meminum segelas jus, setelah itu Kinal berangkat kerja.

Didalam mobil Kinal terus memikirkan tentang masalah yang terjadi kemarin, sampai-sampai Veranda melamun terus dan tak berselera makan.

"Sial! Sial! sial!" kata Kinal dengan jengkel sambil memukul setir kemudi.

Sesampainya Kinal di kantor ia masih dengan perasaan jengkel dan kesal. Pekerjaannya pun tak ia kerjakan, Kinal hanya berdiam diri sambil melamun.

Hal yang tidak seharusnya dilakukan Kinal, karena dia pimpinan. Seorang pimpinan seharusnya memberikan contoh yang baik bagi karyawannya. Seberat-beratnya masalah pribadi yang sedang ia hadapi, harusnya tak boleh ia bawa ke kantor. Kinal harus profesional, masalah pribadi ya pribadi, jangan dicampur aduk dengan pekerjaan.

Apalagi ada sebuah penelitian yang mengatakan kalau melamun itu tidak diperbolehkan karena akan menghapus sebagian dari memory.

Kinal mengcancel semua meeting dan pertemuannya hari ini. Dia benar-benar tidak bisa berpikir dengan otaknya, didalam otak Kinal hanya berisi bagaimana mengabulkan permintaan Veranda soal keturunan.

Pikiran Kinal buntu akan hal itu, lalu ia pergi meninggalkan ruangan dan berjalan keluar kantor.

Kinal hanya mengikuti kemana langkah kaki akan membawanya, sampai didepan sebuah bar Kinal berhenti.

Kinal masuk kedalam bar tersebut, dimana pengunjung bar tidak banyak, bisa dihitung oleh jari, sekitar tujuh pengunjung.

Kinal mencari tempat duduk yang nyaman untuknya, akhirnya dia memutuskan untuk mengambil kursi kosong didepan bartender, "welkom, wat zou het bericht drankjes?" selamat datang, mau pesan minuman apa? tanya barista wanita itu ke Kinal.

"Glas bier," segelas bir jawab Kinal cepat.

Kemudian barista itu menuangkan segelas bir, dan meletakkannya dihadapan Kinal. Kinal mengambil segelas bir yang ada dihadapannya, kemudian meneguknya sampai habis tanpa jeda.

"Ik zal nog een glas hebben," aku memesan segelas lagi seru Kinal.

Barista itu memberikan segelas bir lagi untuk Kinal. Sama seperti gelas pertama, dia langsung meneguknya sampai habis.

"Ik zal nog een glas hebben," ucap Kinal kembali pada sang barista.

Sang barista pun melihat ke Kinal, dia menatap Kinal tanpa berkedip.

"Ziet eruit alsof je niet van hier," sepertinya kamu bukan orang sini ucap si wanita barista.

Kinal menatap wanita itu dengan kedua matanya, "wat is dat voor," itu bukan urusanmu.

"Dat zou mijn zorg zijn als je hier dronken," itu akan jadi urusanku kalau kau sampai mabuk di sini jawab si wanita barista lagi.

"Kenapa jadi rese nih cewek, tinggal tuangin minuman aja pake bawel banget," ucap Kinal kesal.

Pencuri HatiWhere stories live. Discover now