Pencuri Hati 29

5.2K 349 38
                                    

   "Pagi semua!"

   Kinal baru saja turun dari lantai dua dan langsung menuju meja makan untuk sarapan bersama, lalu ia mencium kedua pipi malaikat kecilnya Sinka Shania yang sedang menikmati sarapan pagi berupa roti panggang. Tidak lupa juga Kinal mencium pipi sang mertua, mama Veranda. Saat Kinal ingin mencium pipi kesayangannya itu, dengan cepat Veranda melarang dia untuk mendekat...

   "STOP! No kiss, kamu jaga jarak dari aku sekitar dua meter," Veranda mengintruksikan Kinal agar tidak mencium dan mendekatinya.

   "What?" Kinal kaget sambil menggaruk-garuk kepala belakangnya yang tidak gatal dengan ekspresi wajah kesal, mungkin ia merasa hambar, bagai sayur kurang garam kalau tidak mencium kesayangannya itu di pagi hari.

   "Jessi ngidamnya hanya di pagi hari, sayang!" kata mama Veranda.

   "Hanya pagi, mah? No..." Kinal menggerakan jari telunjuknya ke kanan dan ke kiri, "semalam aja aku disuruh tidur di sofa sama dia, dan pagi ini aku gak boleh mendekatinya! Aku rasa anak ketigaku ini sangat membenci miminya."

   "Kalau mama ngidamnya benci banget sama mimi, berarti nanti wajahnya mirip banget mimi dong?!" celetuk Sinka.

   "Bisa jadi, kak!"

   "Ah, gak mau! Pokoknya wajah adik kita nanti harus mirip mama. Kalau cewek cantik, kalau cowok tampan..."

   "Shania setuju. Mimi sih wajahnya abstrak, gak berbentuk dan gak beraturan juga."

   "Enak aja wajah mimi dibilang abstrak. Wajah princess nih! Gak ada yang punya wajah kayak gini. Langka tau, maka dari itu harus dilindungi biar gak punah," Kinal duduk di kursi meja makan dan mengambil sepotong roti panggang, lalu ia olesi dengan selai coklat.

   "Hewan kali langka," timpal si bungsu Shania.

   Veranda yang sedang makan pun tersenyum kecil mendengar Kinal protes. Sedangkan mama Veranda menggelengkan kepalanya sambil tertawa.

   "Nal, aku mau liburan ke villa kita yang di puncak dong," ucap Veranda.

   "Asik liburan ke villa!" kata Sinka dan Shania bersamaan.

   "Apa itu bawaan baby kita, sayang?" tanya Kinal melihat Veranda yang duduk lima meter darinya di meja makan yang sama.

   Veranda mengangguk, ekspresi wajahnya begitu lucu seperti anak kecil yang manja, dan ditujukan hanya untuk Kinal, membuat Kinal tak bisa menolak permintaan kesayangannya itu.

   Ya, memang ini juga weekend, hari untuk keluarga juga kalau orang-orang bilang.

   Setelah sarapan selesai, semua bergegas untuk menyiapkan diri mereka masing-masing dan berangkat liburan ke villa keluarga Hartono di puncak.

   "Sayang, kamu yakin mau ke villa?! Udara di sana dingin banget loh, Ve."

   Kinal dan Veranda saat ini sedang berada di kamar, dimana Veranda sedang memasukan pakaian dia dan juga Kinal ke dalam tas, karena rencananya mereka semua akan menginap semalam di villa.

   "Iya," jawab Veranda singkat.

   Dengan santai Kinal menyandarkan tubuhnya di pintu kamar, dia nggak berani mendekat ke Veranda, takut kalau kesayangannya akan mual jika ia dekati.

   "Kalau kamu kedinginan, siapa yang membuat kehangatan di tubumu? Sedangkan aku aja gak boleh deketin kamu."

   "Kan ada selimut tebal yang akan membuatku hangat."

   "Kalau masih tetep dingin, gimana?"

   Veranda sibuk menyiapkan pakaian yang akan dia bawa. Tapi tidak dengan Kinal, dia malah sibuk membuat pertanyaan yang memang tak terlalu penting untuk ditanyakan.

Pencuri HatiWhere stories live. Discover now