Pencuri Hati 19

6.2K 343 47
                                    

Sabtu ini seperti janji mama Veranda kemarin kalau ia akan mengajak cucunya berlibur. Veranda pun turut serta, mereka semua pergi dengan satu mobil yang di supiri bang Ucok.

Keempatnya berlibur ke kota kembang Bandung, menikmati kota itu dengan belanja sesuka hati Sinka dan Shania, keduanya mengajak nenek serta Veranda keluar masuk factory outlet di sana.

Padahal di butik milik neneknya terkadang Sinka dan Shania juga suka ngambil pakaian, mereka berdua kalau masalah fashion setipe, nggak mau ketinggalan zaman.

Setelah belanja selesai, lalu mereka semua berwisata kuliner untuk mencicipi makanan yang terkenal dan paling enak di Bandung.

"Huft... Aku udah gak kuat makan lagi, Shan! Aku gak mau gendut pokoknya, stop untuk hari ini!" Sinka kekenyangan kala ia habis memakan seblak, makanan terakhir yang dimakan Sinka dan yang lainnya ditempat makan yang tak jauh dari factory outlet.

Nenek dan Veranda tertawa melihat Sinka yang protes pada adik kesayangannya, karena kulineran ini idenya Shania.

Shania mirip dengan Kinal kalau dalam hal ini, sama-sama tukang makan, hanya bedanya Shania dikit demi sedikit ia icipi makanan itu tapi sering. Sedangkan Kinal langsung dalam porsi banyak hingga ia bisa langsung merasakan sakit di perut karena terlalu banyak makan.

"Ish, ka Sinka. Kitakan belum nyobain mie kocok. Jarang-jarang loh kita ke Bandung," Shania memohon pada kakanya, tapi Sinka geleng-geleng kepala menandakan kalau ia menolak keinginan Shania untuk lanjut kulineran lagi.

"Kita bisa bungkus makanannya. Terus nanti bisa kamu makan di rumah ya, sayang." Veranda tersenyum pada si bungsu Shania, dia sedang merayu Shania supaya tidak bete karena Sinka menolak idenya untuk melanjutkan kulineran.

Shania pun menuruti apa yang dibilang Veranda, ia membeli makanan terakhir yang dirinya mau. Setelah mereka puas belanja dan kulineran, akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke rumah, mungkin karena hari juga sudah malam.

Didalam perjalanan pulang, Sinka dan Shania tertidur di jok belakang dengan lelapnya, sedangkan Veranda dan mamanya mengobrol ringan.

"Kamu senang hari ini, sayang?" tanya mama Veranda.

"Iya mah, aku senang. Tapi aku akan lebih senang lagi kalau Kinal ikut dengan kita."

"Mungkin dia sedang banyak kerjaan, kan dia kerja gak mengenal waktu semua demi kamu, Sinka dan Shania."

"Iya mah, aku ngerti kok dengan kesibukan Kinal."

Setelah mama Veranda ngobrol sebentar, kemudian ia tertidur, mungkin dia lelah setelah Sinka dan Shania mengajakanya belanja seharian ini.

Sedangkan untuk Veranda, dia masih terjaga. Veranda melihat ke arah luar jendela mobil, lalu pikirannya melayang jauh ke sana, siapa lagi kalau bukan memikirkan pasangan yang sudah hidup bersamanya selama bertahun-tahun, Kinal.

Kinal yang membuat dia bahagia, Kinal yang nggak pernah sedikit pun menyakiti dirinya, Kinal yang begitu mencintainya. Begitu juga dengan dirinya yang sangat mencintai dan menyayangi Kinal. Karena Kinal sudah memberinya 2 orang anak yang super cantik dan manis seperti Sinka Shania.

Veranda mungkin bersyukur karena sudah dipertemukan oleh orang seperti Kinal, walaupun sebenarnya masyarakat timur masih belum bisa menerima hubungan mereka berdua. Tapi orang-orang yang berada disekeliling mereka adalah orang-orang yang berjiwa besar, karena mereka semua tidak mempermasalahkannya, malah mereka menerima hubungan yang masih tabu ini dengan tangan terbuka.

Andai mereka semua menentang hubungan Veranda dengan Kinal, mungkin mereka berdua tidak akan sebahagia ini, "terima kasih, mah. Terima kasih juga untuk kalian berdua, Sinka Shania. Kalian berdua anak mimi dan mama yang hebat," ucap Veranda pelan lalu melihat ke arah mamanya juga Sinka dan Shania yang sedang tidur.
.
.

Pencuri HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang