Pencuri Hati 5

8.6K 480 15
                                    

Kinal POV

Urusan mengantar Veranda selesai, saatnya aku pulang ke rumah untuk istirahat. Toh nanti jam 8 malam ini acaranya, masih bisalah aku leyeh-leyeh sebentar di tempat tidur.

Ketika sampai di rumah ternyata Torro sudah menunggu di teras depan, cepat sekali dia mau mengambil mobilku.

Aku turun dari mobil dan menghampiri Torro, tepat seperti dugaanku kalau ia akan mengambil mobil yang sudah kujanjikan padanya kemarin.

Setelah berbincang sebentar, kemudian aku serahkan kunci beserta STNK mobil padanya. Karena ia harus segera menjemput mamanya di bandara, Torro pun langsung pamit padaku dan bergegas pergi.

Seperti yang sudah kurencanakan tadi, masuk ke dalam rumah dan langsung menuju kamar.

Lamunanku menerawang jauh ke sana, Verandalah yang terus kupikiran. Entah sudah berapa ribu waktu yang kuhabiskan hanya untuk memikirkan Veranda.

Apa yang dilakukan Veranda?
Apa yang dimakan Veranda?
Veranda pakai baju apa?
Veranda sedang nonton apa?
Veranda sedang senang atau sedih hari ini?

Pokoknya otakku penuh dengan Veranda. Tapi terkadang aku bertanya pada diriku sendiri, apa Veranda melakukan hal yang sama denganku?

Apa dia juga memikirkanku di sana?

Lamunanku terganggu karena bunyi dan getar chat yang masuk di smartphone, dengan cepat kuluarkan smartphone dari dalam saku celana kemudian melihat siapa yang ngechat.

Ternyata dari Veranda, dia menyuruhku memakai pakaian yang sama denganya, yang waktu itu kita beli disalah satu mall saat sedang jalan-jalan.

Tak lupa dia juga mengingatkanku supaya tidak telat dan jangan ketiduran, sepertinya dia tahu kalau aku ngantuk sekali.

Apa jangan-jangan di kamar ini sudah dipasangi camera pengintai olehnya?

Makanya dia tahu kalau aku sedang leyeh-leyeh di tempat tidur.

Aku terlalu berlebihan, mana mungkin Veranda melakukan itu. Tapi kalau pun benar aku tak keberatan, berarti dia mulai sayang padaku dengan sedikit kepo dan memperhatikan apa saja aktivitasku selama di rumah.

Asal jangan dipasang di kamar mandi, itu privasi sekali, bahaya.

Daripada aku memikirkan hal yang tidak-tidak, lebih baik aku bersiap diri supaya tidak telat. Bisa gawat kalau Veranda marah, susu sapi segar setiap pagi pasti datang ke rumah.

Oh tidak, aku tak sanggup membayangkan hal itu.

Walaupun sekarang aku masih tetap disuruh minum susu putih tiap paginya, tapi susu yang sudah diolah pabrik, yang bau amisnya tak menyengat.

Sekarang aku sudah siap, dan ada didepan rumah menunggu ojek yang akan mengantarkanku ke rumah Veranda.

Sebelum aku pergi, terlebih dulu kukunci pintu rumah, setelah itu aku meluncur ke rumah Veranda.

Perjalananku cukup mulus, dan kini aku sudah sampai didepan rumahnya. Ketika aku mengetuk pintu 2 kali, dia langsung membuka pintunya, ternyata dia sudah menunggu di ruang tamu sedaritadi.

Kemudian Veranda menyerahkan kunci mobil padaku, aku jalan menuju mobil yang terparkir disebelah rumah. Dengan cepat masuk ke dalam mobil dan duduk di jok kemudi, setelah itu disusul Veranda yang duduk di jok sampingku.

Aku memakaikan seat bealt untuknya, agar safety berkendara sesuai aturan pak polisi.

Senyum itu indah sekali malam ini, senyum yang merekah di bibirnya dan berwarna merah muda karena polesan lipstik.

Pencuri HatiWhere stories live. Discover now