Pencuri Hati 36

5K 356 54
                                    

Kinal POV

   Hari ini aku mulai aktivitas seperti biasa, karena sakit yang kuderita selama empat hari sudah membaik. Rasanya senang jika tubuh kembali fit, aktivitas apa pun yang kulakukan terasa menyenangkan.

   Tadi pagi ada hal lucu sebelum aku berangkat ke kantor. Entah kenapa Veranda begitu manja, dia tak ingin berjauhan denganku barang sejengkal saja. Padahal sebelumnya ia begitu tak ingin kudekati, ketika usia kandungannya jalan 3 bulan.

   Verandaku memang sulit ditebak kalau sedang hamil. Aku jadi pusing sendiri melihatnya. Belum lagi kedua malaikat kecilku Sinka dan Shania, mereka berdua jadi minta perhatian lebih dariku dan Veranda. Ini benar-benar memusingkan.

   Tok... Tok... Tok...

   "Masuk."

   "Bu Kinal, ada tamu untuk ibu."

   "Siapa?"

   "Bu Michelle."

   Michelle? Mau apa dia sepagi ini ke kantorku? Padahal tadi Hanna tidak menyebutkan jadwalku hari ini untuk bertemu dengannya.

   Aku melihat Hanna masih berdiri dekat pintu, dia sedang menunggu jawabanku, apa aku ingin bertemu dengan Michelle atau tidak?

   "Ok Hanna. Persilahkan Michelle masuk."

   Hanna pun tersenyum, kemudian dia pergi dari ruanganku.

   "Silahkan bu Michelle."

   Hanna membuka pintu dan mempersilhkan Michelle masuk ke ruanganku.

   "Terima kasih Han," ucap Michelle.

   Setelah mengantarkan Michelle masuk, Hanna lalu menutup pintunya kembali.

   "Selamat pagi Michelle, tumben kamu sepagi ini ke kantorku? Dan tidak meneleponku dulu?"

   Aku berdiri dari kursi kebesaran Jarum Group untuk mendekati Michelle.

   "Hei, kamu gak perlu menyambutku seperti ini, Kinal. Kamu baru aja sembuh, jadi duduklah."

   Hahaha... Aku tertawa mendengar Michelle mengatakan itu.

   "Apa-apaan kamu ini! Sakitku hanya demam biasa, bukan yang luar biasa. Jadi gak perlu berlebihan seperti itu."

   Michelle pun ikut tertawa kecil lalu tersenyum. Cantik, dia wanita yang cantik kala sedang tersenyum seperti itu. Matanya yang sipit akan hilang ketika dia tersenyum. Apa-apaan aku? Memuji wanita lain selain Veranda. Come on otakku! Jangan sampai kau merekam senyum manis Michelle di sana.

   "Yakin kamu udah sehat?"

   Michelle mengangkat tangan kanannya, lalu tangan itu dia pergunakan untuk memegang pipi kiriku. Karena jarakku berdiri dengan Michelle saat ini saling berhadap-hadapan dan juga tidak begitu jauh. Saat pandangan mata kami berdua bertemu dan saling mengikat, disitulah jantung ini terasa aneh. Jantungku memompa begitu cepat.

   Sudah lama sekali aktivitas jantungku tidak bekerja seperti ini, padahal jantungku bekerja keras jika sedang bersama Veranda. Tapi kenapa jantung ini juga melakukan hal yang sama ketika Michelle menyentuhku? Aku rasa ada yang nggak beres di sini.

   "Bro, katanya ada Michelle ya?"

   Brandon membuka pintu ruanganku tanpa mengetuknya terlebih dulu, dan hanya menongolkan kepalanya saja di sana.

   "Sorry, sorry. Gue gak maksud ganggu kemesraan kalian."

   Tampang Brandon seperti maling yang ke tangkap basah, sulit untukku artikan. Mulut adik iparku yang satu itu memang harus di plester ya? Seenaknya saja bilang mengganggu kemesraanku dengan Michelle. Emang aku lagi ngapain, dan emangnya aku cewek apaan? Cukup Veranda satu di kehidupanku, dia saja sampai saat ini nggak habis-habis, malah sebentar lagi akan bertelur.

Pencuri HatiWhere stories live. Discover now