Pencuri Hati 42

Começar do início
                                    

   "Jangan, kamu harus sabar!" ucap Sinka pelan.

   "Gue gak ada pilihan, Gel! Bokap gue kerja di perusahaan keluarganya, Fian ngancam gue bakal mecat bokap kalau perintahnya dibantah."

   "Gila lo berdua. Gak nyangka gue rencana lo sama Fian busuk. Emang Junot salah apa sama lo berdua? Sampai-sampai lo sama Fian ngelakuin itu ke dia?"

   "Junot gak ada salah sama gue. Tapi kalau sama Fian gue gak tau, karena Fian gak bilang apa-apa. Maka dari itu gue ngaku dosa ke lo, Gel. Gue gak mau celaka kayak Fian kalau rahasia ini terus gue simpen sendirian."

   "Gue hargai kejujuran lo. Tapi gue tetap harus bilang ini ke pihak kampus. Biar clear masalahnya."

   Mungkin Rona sudah tidak tahan lagi berdiri diluar tanpa melabrak Margo. Rona melepas tangan Sinka yang sedang mencengkramnya erat, lalu masuk ke dalam kelas.

   Klek~

   Pintu ruang kelas pun dibuka oleh Rona.

   "Rona!" teriak Sinka.

   Saat pintu terbuka, Margo dan Agel tersentak melihat kedatangan Rona dan Sinka yang berdiri dibelakang pacarnya.

   "Rona—Sinka," ucap Margo ketakutan.

   "Iya gue Rona," Rona jalan mendekati Margo.

   Sedangkan Sinka berusaha menghalangi Rona untuk tidak lebih mendakat lagi ke Margo dengan memegang lengannya, tapi keliatannya Rona nggak mempedulikan Sinka. Rona terus jalan mendekat ke Margo dengan matanya yang tajam.

   "Lo tau, Go? Apa yang lo lakuin sama Fian ke Shania udah mancing gue buat ngelakuin sesuatu ke lo berdua," ucap Rona kesal.

   "Shania?" kata Margo heran.

   "Junot itu Shania, dia rela nyamar jadi cowok buat ngedeketin Fian. Tapi gue gak nyangka kalau Fian dalang dibalik kecalakaannya. Bisa hancur hati Shania ngedenger ini semua."

   "Ron, sorry. Gue minta maaf, gue gak ada pilihan lain saat itu."

   Margo ketakutan, dia terus jalan mundur saat Rona jalan ke arahnya.

   "Senggaknya lo gak harus nurutin perintah Fian! Dan seharusnya lo bilang ke pihak kampus tentang rencana busuk Fian ini, Go! Pasti pihak kampus gak bakal tinggal diam juga."

   "Gue percaya pihak kampus bakal ngelindungi gue. Tapi gimana dengan bokap gue, Ron?! Apa pihak kampus bakal ngelindungi dia dari PHK di perusahaanya Fian?"

   Rona langsung menghentikan langkahnya saat itu. Dia mematung dan terdiam melihat Margo dengan wajahnya yang penuh penyesalan.

   "Jawab gue, Ron?" teriak Margo tegas.

   "Bukan pihak kampus yang akan ngelindungi bokap lo. Tapi gue yang bakal ngelindungi bokap lo dari semua itu. Gue bakal tampung bokap lo di perusahaan keluarga gue. Coba kalau lo bilang ini dari awal, pasti Shania gak mungkin celaka," ucap Sinka.

   Margo hanya bisa menunduk, dia menyesal dengan tindakan bodoh yang sudah dilakukannya bersama Fian.

   "Dan Shania gak mungkin mengalami patah tulang kaki kayak sekarang," lanjut Sinka.

   "Maafin gue, Sinka. Gue minta maaf, gue nyesel," kata Margo.

   "Sialan lu, Go!"

   Rona kesal dan marah, dia sampai mau melempar botol air mineral yang sedang dipegangnya ke arah Margo, tapi Sinka keburu teriak untuk melarangnya.

Pencuri HatiOnde histórias criam vida. Descubra agora