o n e

17.2K 647 114
                                    

Memang seharusnya aku berhenti melakukan hal ini, tapi jika sudah ketergantungan aku bisa apa? Aku hanya bisa mengikuti alur perasaanku, jika mood ku sedang baik maka wanita cantik yang kutemui akan ku ajak kencan ataupun sex dengan arti yang sesungguhnya. Tapi jika mood ku sedang buruk, jangan harap aku menyisakan satu bagian pun tanpa luka di tubuh indahnya.

"Hey mate, apa yang sedang kau pikirkan? Kau sudah memikirkan ucapanku kan?"

Huh lagi-lagi ia bertanya soal itu, kapan kau akan membeli atau setidaknya hanya memakai satu wanita untuk kau siksa? Itu akan mengurangi populasi wanita dengan luka yang parah setelah bercinta, ayolah mate, kau pikirkan soal itu.

Aku memutar mataku malas padanya lalu mengangkat bahuku singkat sebagai jawaban untuknya. "Biar ku antar kau memilih wanita, ayo ikut denganku." Ia menarik tanganku dan membawaku ke parkiran depan rumahku.

"Kau yang menyetir, aku sedang tidak dalam mood yang baik." Aku melemparkan kunci mobilku pada Harry, partner-ku selama tiga tahun belakangan ini. Ya aku sudah memiliki kebiasaan ini selama kurang lebih tiga tahun belakangan ini, aku sudah bercerita belum sih? Entah, lupakan saja.

-

"Hai Lyce, nice to meet you." Sapa Harry sembari memeluk wanita tua dengan riasan mencolok yang kutaksir umurnya sekitar empat puluh keatas. "Hai Harry, nice to meet you too sayang. Apa kau mau menyewa jalang lagi?" Sekarang aku tahu bahwa ia sering kemari untuk menyewa jalang-jalang kesepian, menjijikan.

Jangan mencelaku terlebih dahulu, aku bilang menjijikan dan aku menyeramkan, benar? Aku menyewa mereka untuk ku sakiti bukan untuk menjamah tubuhku, aku lah yang menjamah mereka.

"Bukan, kami kesini untuk membeli seorang jalang. Bisa kau panggilkan semua jalang-jalangmu? Mereka belum mulai bekerja kan?"

Wanita itu mengangguk lalu menelepon seseorang dan meminta semua jalangnya berkumpul di ruangan sebelah. Tunggu, jadi aku harus mengeluarkan uang besar untuk solusi si keriting ini? Yang benar saja, semoga hasilnya memuaskan.

"Ayo ikut aku, mereka akan berkumpul di sebelah kalian hanya tinggal memilih." Ucapnya sembari melengang pergi keluar diikuti kami di belakangnya.

Dan benar saja, banyak wanita dengan pakaian minim sedang berkumpul ditemani beberapa botol wine di meja kecil. "Girls, ada yang akan membeli salah satu dari kalian. Jadi persiapkan dirimu untuk dipilih." Suara wanita yang bernama Lyce itu memenuhi ruangan yang diikuti perintahnya oleh jalang-jalang itu.

Mereka menatapku dan Harry dengan berbagai macam ekspressi, dan semuanya kurasa tidak menarik. Tapi tunggu, mengapa wanita yang satu itu nampak tidak peduli dan tertarik padaku sekarang?

"Kau."

"Siapa?" Tanya Lyce sembari mengikuti arah mataku. "Ia yang sedang sibuk dengan khayalan nya." Ucapku dengan penuh penekanan dan berhasil membuat wanita itu menoleh padaku. "Maaf?" Tanyanya dengan wajah bingungnya, dia jalang atau bukan?

"Ya, kau."

"Aku tidak tertarik sama sekali, maaf." Ia mengambil tasnya lalu pergi keluar melewatiku begitu saja, cukup menarik. "Kau bisa pil-"

"Aku hanya menginginkannya, permisi." Ucapan Lyce terpotong olehku lalu pergi meninggalkan mereka dan mengejar perempuan itu. Entah mengapa sepertinya aku tertarik padanya, dan ada sedikit perasaan aneh saat ia menatapku. Itu membuatku semakin penasaran dengannya, sangat penasaran.

Aku melihatnya sedang duduk di depan meja bar dengan minuman yang masih utuh di depannya. "Mengapa kau tidak tertarik?" Tanyaku spontan saat aku duduk di samping kanannya. "Dari awal aku tidak tertarik dengan pekerjaan ini." Jawabnya dengan nada datar dan tampang yang sangat dingin.

"Benarkah? Lalu kena-"

"Berhenti bertanya karena aku sama sekali tidak tertarik dan peduli dengan mu ataupun pekerjaan ku sekarang, permisi." Aku menarik tangannya yang membuat tubuhnya langsung menempel pada tubuhku. "Aku akan membayarmu dengan bayaran yang sangat tinggi, sayang." Ia mendorong tubuhku asal lalu pergi begitu saja, lihat saja aku sudah mengenali wajahmu.

-

Teriakan minta ampun terus bergema di ruangan yang didominasi warna merah ini. Aku mengikatkan tangan wanita ini dengan tali yang sudah siap menggantung di tempatnya. "Maafkan aku, tapi aku membutuhkanmu sekarang." Bisikku tepat di telingannya.

Aku mengambil tali kain untuk menutupi kedua matanya, tak lupa mengikatnya. Aku melumat bibirnya singkat lalu mengganti bibirku dengan penyangga mulut yang terbuat dari besi. Aku mengambil rantai dengan penjepit di kedua ujungnya untuk menjepit kedua puting mungil nya itu.

"Ah!"

Aku menendang kaki nya agar ia mengangkang dalam keadaan berdiri, jadi aku mudah memasangakan alat yang cantik ini. Aku meletakan vibrator yang sudah menyala lalu mengikatnya agar ia tetap menempel di atas klitorisnya. Aku juga memasukan sebatang yang lainnya ke dalam lubang duburnya dalam keadaan menyala.

Aku mengambil tali tambang untuk mengikat dada atas dan bawahnya dengan menyisakan payudara yang menggantung diantarannya. Aku tidak peduli dengan desahan atau teriakan yang ia terus lontarkan, yang kudengar ia hanya memohon untuk berhenti. Bukan kah ini menyenangkan? Mengapa harus berhenti, bersantailah.

Oh lihat lah, ia sudah mencapai orgasme nya yang pertama. Cairan itu sukses mengenai kausku yang masih tertempel pada tubuhku, basah. Aku membuka kausku lalu melemparnya asal entah kemana. Dengan sigap aku melepas sabukku lalu melayangkan satu pecutan pada tubuhnya.

"Akh!"

Belum puas dengan pecutan pertama, aku terus melakukannya hingga pecutan ke lima. Kulitnya sudah terlihat memerah akibat pecutan sabukku, tapi itu belum apa-apa. Aku menarik besi panas yang sedang ku panasi di tempat pembakaran. Ujung besi itu ku tempelkan pada kedua payudaranya secara bergantian, persetan dengan rantai itu yang meleleh.

"Hentikan kumohon!"

Teriakannya membuat senyumku mengembang penuh kepuasan, tapi masih kurang. Aku mengambil sebotol alkohol yang ada di kotak p3k di dekat pintu. Setelah membuka tutup botolnya aku menumpahkan isinya tepat di atas kedua luka bakar yang diakibatkan oleh besi tadi.

"Sialan!" Pekiknya dengan suara tercekat, dan lagi-lagi senyumku mengembang puas. "Aku hanya mengobatinya, besok akan kering." Ucapku sembari meremas kencang keduanya, rintihan kembali terdengar. Dan orgasme ke dua nya kembali keluar, dan itu kembali membasahi ku.

Ia menggeliat gelisah di tempatnya, entah sakit atau nikmat aku tidak peduli. Aku kembali menendang kakinya saat ia merapatkan kedua kakinya. Permainan itu berlanjut hingga ia mengalami orgasme hingga ke dua belas kalinya, semoga ia baik-baik saja.

I cum back! Ps. Itu yang disiksa bukan barb yaa, maaf sadis banget ga sih? Yaudah lah ya yang penting gue udah update secepet nyaa.

Next? 15+ votes ty :)

Harlot | z.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang