BAB 27: New College

2.9K 142 0
                                    

REINA
Hari masih pagi, namun salju tak hentinya turun di luar sana. Aku meraba meja kecil yang ada di samping ranjangku untuk mencari kacamataku, lalu memakainya. Aku mengamati jam dinding yang ada di meja belajarku. Pukul 06:10 am. Paman bilang hari ini aku harus memasuki universitas baru di Jerman. Ternyata paman sudah mendaftarkan ku jauh hari sebelum aku pindah ke tempat kelahiran ayah ini. Terbukti dengan buku-buku pelajaran dan catatan sudah tertata rapi di atas meja belajarku, dan jadwal kuliahku.

Rasanya sangat melelahkan perjalanan udara dari Indonesia ke Jerman. Aku segera membasuh tubuhku dengan air hangat setelah sampai di kamar mandi dengan langkah lunglai.

Rumah paman yang berada di Jerman sungguh mewah. Mansion tiga tingkat, dengan pilar-pilar tinggi khas Yunani, jendela kaca yang tinggi di setiap ruangan, balkon di setiap kamar tidur yang menghadap ke arah kota. Jika di Indonesia didominasi warna putih, di sini aku melihat banyak warna biru yang beraneka ragam membalut dinding semen rumah ini. Lantai kamar yang dilapisi karpet beludru hangat dan sangat nyaman. Tangga yang melebar ke atas di setiap lantainya sangat indah. Mansion ini seperti kerajaan dewa-dewi Yunani.

Aku melihat paman sedang menikmati roti isinya di meja makan. Dia masih terlihat tampan walaupun termakan usia. Dia seperti menyadari keberadaanku, menoleh dan tersenyum padaku serta menyuruhku duduk di kursi meja makan. Roti berisikan sayur dan sosis, dengan mayonnaise dan saus tomat sangat nikmat untuk dilahap. Ditambah kue jahe berbentuk manusia dan susu tersaji di depanku.

"makanlah, kuliahmu masih 45 menit lagi" ujar paman.

Aku melahap roti isi di depanku dengan lahap. Mengingat kemarin setelah sampai di Jerman pada malam hari aku langsung tertidur tanpa makan malam sebelumnya.

"paman akan Mengantarmu selama 3 hari ke depan...sesudahnya kamu harus sudah hafal jalan kampus mu" ujar paman setelah meminum kopinya.

"iya" jawabku.

"paman tunggu kamu di depan"

Paman Ron beranjak dari kursinya dan berjalan ke pintu depan. Selesai dengan roti isiku. Aku beranjak menuju dapur mencari-cari sesuatu.

"excuse me mam, did you have some lunch box here?" tanyaku pada pelayan paruh baya yang sedang mencuci piring.

"tidak perlu memakai English, semua pelayan di sini bisa Berbahasa, itu berkat Mrs. Hudson yang tinggal di sini" ujar pelayan

"oh baiklah...aku ulangi"

"tidak usah, saya mengerti apa yang Nona maksud, saya ambilkan"

Pelayan itu membuka rak yang tingginya sekitar 2,5 meter yang berada di dekat lemari pendingin sudut ruangan. Dan mencari barang yang ku maksud. Dan berjalan ke arahku lagi ketika menemukannya.

"ini wadah makanan yang Nona minta"

Pelayan itu mengulurkan wadah makanan atau kotak bekal berukuran kecil, berbentuk kotak, dan berwarna coklat terang. Aku menerimanya dengan suka cita.

"terima kasih Mrs..." ujar terhenti.

"Doug" ujar pelayan di depanku.

"terima kasih Mrs. Doug" ulangku.

Aku kembali ke meja makan dan menaruh beberapa kue jahe yang ada di meja ke kotak bekal. Dan menaruhnya ke dalam tasku. Berjalan ke arah pintu depan. Di serambi paman duduk di kursi dengan punggung yang tinggi berwarna putih yang berjumlah dua dan meja bundar ukuran sedang dengan tiga kaki berwarna putih yang serupa. Paman terlihat santai walaupun dengan setelan jasnya sembari membaca koran pagi berbahasa Jerman yang sama sekali tidak kupahami. Aku berdehem pelan, dan paman menoleh padaku.

Reina Where stories live. Discover now