BAB 16: My New Life

3.8K 183 0
                                    

REINA
Aku terbangun dari tidur ku. Matahari terbit, cahayanya menyelinap masuk dari jendela yang masih tertutupi oleh gorden. Aku duduk di sisi ranjang, mengamati keluargaku yang masih tertidur. Aku berusaha merubah pemikiran ku, secara perlahan tapi aku tak yakin jika aku sepenuhnya dapat berubah.

Tepat satu minggu aku dirawat di rumah sakit ini, aku dipindahkan ke kamar inap yang lebih bagus dari kamar yang aku tempati sebelumnya. Hari ini aku sudah diperbolehkan untuk pulang. Aku melihat Aldira dan ibu Shinta yang sudah terjaga dari tidurnya. Mereka mendekatiku.

"hai Rei...udah siap pulang?" Tanya Aldira padaku.

"mungkin" jawabku

"kamu mandi dulu Al...." ujar bu Shinta.

"Iya ma...." jawab Aldira.

Dua jam kemudian. Aku sudah selesai diperiksa. Dan aku sudah diperbolehkan pulang. Paman, Aldira, dan bu Shinta yang duduk di sofa, perlahan beranjak dan mendekatiku.

"kamu pulang sama paman kan?" Tanya paman Ronald padaku.

"hmm..yah.." jawabku.

"ya udah yuk...." ajak paman.

Aku, Aldira, paman, dan ibu Shinta berjalan beriringan hingga sampai di tempat parkir yang ada di bawah tanah.

"Hati-hati ya Rei..." ucap Aldira padaku.

"Iya..." jawabku.

"mari Shinta..." ucap paman Ronald pada ibu Shinta.

"Iya...sampai jumpa" balas ibu Shinta.

Aku menaiki mobil bersama paman, setelah menaruh beberapa baju paman ke bagasi mobil. Paman mengendarai mobilnya sendiri, paman memiliki mobil yang cukup bagus dan mewah dengan warna perak mengkilap menutupi baja.

Sesampainya di rumah aku dan paman di sambut oleh beberapa pelayan. Rumah yang kupijak juga tidak bisa dikatakan sederhana, karena rumah ini sangat besar dan mewah dengan warna putih yang hampir mendominasi seluruh bagian. Rumah ini mempunyai taman depan yang sangat luas. Saat aku masuk, berbagai peralatan rumah tangga yang mewah tertata rapi di dalamnya. Berbagai vas bunga dengan ukuran yang berbeda, lukisan abstrak dan makhluk hidup menghias dinding putihnya, lampu gantung berwarna emas dan sangat besar menerangi ruang tamu.

Aku dibawa ke kamar oleh paman. Dan sesampainya disana, aku terkejut, kamar ini tidak pernah aku bayangkan sebelumnya, kamar ini sangat luas, ranjang yang berukuran besar, meja belajar lengkap dengan buku, alat tulis, kursi dan lampu duduknya. Nakas atau meja kecil yang memiliki lampu tidur berwarna biru laut, diatasnya, kamar mandi dalam, lemari pakaian yang cukup besar terbuat dari kayu yang ditutupi warna putih dengan ukiran di kedua pintunya. Karpet bulu berwarna hitam yang sangat hangat jika dipijak. Kamar ini sangat mewah.

"Paman apa ini benar kamarku?" Tanyaku pada paman yang masuk ke dalam kamar lebih dulu.

"Tentu saja....dulu saat di Indonesia ini kamar kakakku..alias ayahmu" jawab Ronald.

"tidak usah sungkan...secara hukum semua isi rumah ini adalah milikmu...jadi kau tidak usah seperti itu.....ayo masuk..." ujar Ronald melambaikan tangan.

Aku memasuki kamar itu, udara sejuk menyeruak masuk ke hidung ku. Paman membawaku untuk duduk di sisi ranjang yang di selimuti warna biru tua. Paman mengambil kursi yang ada di meja belajar dan duduk di hadapan ku.

"dulu, saat orang tuaku pergi untuk mengurus bisnisnya di negara ini, aku dan ayahmu tinggal di rumah ini. Kami selalu ikut orang tua kami hingga lulus SMP. Setelah itu aku memutuskan untuk sekolah di Jerman, tempat lahir kami, begitu juga kakakku, dan kami menetap disana. Rumah ini juga jarang didatangi" jelas Ronald.

Reina Where stories live. Discover now