BAB 6: The First and The Second

5.4K 262 2
                                    

REINA
Aku hendak keluar dari cafetaria itu, aku perlu menenangkan diri. Namun, Aldira menarik dan membalik bahu ku dengan kasar.

"Berapakali harus ku bilang, untuk control emosimu????!!!." Bentak Aldira.

"Cukup Al! Berhentilah bicara..!!" Balas ku.

"Tidak Rei. Kumohon jangan seperti ini. Berubahlah, untukku. Kumohon" ujar Aldira.

"TIDAK ALDIRA!!! CUKUP...AKU TIDAK MAU BERUBAH....AKU TIDAK SALAH...!!!!!"

Aku meluapkan semua emosiku di depan Aldira.

"Bukan salah atau benar Rei yang ku cari aku..." ujar Aldira, terpotong.

"TUTUP MULUTMU AL!!!! JANGAN MEMAKSAKU BERUBAH....AKU TIDAK MAU....AKU LELAH KAU PAKSA TERUS-MENERUS!!!" Bentakku.

"Rei aku minta maaf..."

PLAKKK

"HARGAI DIRIMU AL...!!! KAU RENDAHAN..!!"

Aku menampar sisi kanan wajah Aldira. Aku tidak bisa menahan emosi dan tindakanku.

Permintaan maaf adalah hal yang paling rendah yang dilakukan orang-orang. Dan aku tidak menyukainya. Maaf dilakukan oleh orang yang sangat putus asa, hingga memohon-mohon seperti pengemis. Dan menurutku orang yang meminta maaf itu tidak mempunyai harga diri.

Aku mendengar isakan kecil keluar dari bibir tipis Aldira. Dia menundukan wajahnya. Dan air mata mulai menetes ke bawah.

"Re...re..ii..." ucah Aldira, terisak.

Aku menangkup wajahnya dengan kedua tanganku, dan mengangkatnya agar dia menatapku.

"Huhhh.....tidak ada yang menyuruhmu menangis!! Aku benci melihat mu menangis!! Tenangkan dirimu pergilah!" Kataku.

Aku segera melepas kedua tanganku dari wajahnya, dan melangkah pergi. Aku perlu udara, aku perlu menenangkan diriku. Dan aku memutuskan untuk pergi ke lantai teratas kampus.

Saat berjalan dikoridor kampus bisa ku rasakan ada orang yang mengikutiku. Aku mempercepat langkahku menuju lantai teratas di kampus ini.

Sesampainya di lantai teratas kampus, aku menghembuskan napasku perlahan. Mataku memandang jauh gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi menembus awan dengan kokohnya, yang berada tepat dihadapanku. Aku berusaha meredakan emosiku, menekan amarahku sendiri, aku harus tenang saat ini.

"Are you okay Rei??" Tanya seseorang di belakangku. Yang ku yakini adalah Sam.

"Sam...bisakah kau pergi dari sini, berhenti mengikuti ku....." ucapku.

"No I won't.." balas Sam.

"Sam...pergi..!!!" Bentakku, menoleh dan menatap Sam.

Mata biru Sam, entah mengapa sangat menawan saat aku menatapnya. Bahkan saat aku marah, mata itu seperti menenangkanku.

"Jangan menyimpannya sendiri..." ucap Sam.

"Aku tidak peduli....aku hanya ingin menenangkan diriku"

"Ayo ikuti aku, aku ingin membawamu ke suatu tempat yang bisa membuatmu tenang" ujar Sam, mengulurkan tangannya.

"Kita masih punya kelas pak Bagus, aku tidak mau. Tinggalkan aku sendiri" ujarku, membelakanginya.

"Baiklah, akan ku temani" ujar Sam.

"Hhhhh" aku mendesah pasrah, melihat Sam yang sudah berada disampingku.

Reina Where stories live. Discover now