BAB 11: Longing, Love, and Tears

3.9K 220 1
                                    

REINA
Aku sampai di pemakaman orang tuaku. Menyusuri setiap batu nisan yang ada untuk mencari dua nisan terbuat dari marmer hitam. Aku selalu mendatangi orang tuaku jika pemakaman sedang sunyi.

Aku terduduk di rumput hijau, menghadap dua nisan itu. Angin bergemuruh menerpa lensa kacamataku, menerbangkan rambutku yang terurai. Napasku mulai teratur, aku membersihkan debu yang menempel di batu nisan itu dan sesekali meraba tulisan yang terpahat disana yang berwarna perak. Aku terdiam mulutku terasa kebas. Aku ingin bertemu kalian....

Aku terdiam cukup lama di sini. Dan tanpa ku sadari hari mulai senja. Aku tidak ingin pergi sama sekali. Tiba-tiba sebuah tangan menyentuh bahuku, saat aku menoleh orang yang memegang bahuku, adalah Sam.

"Pergilah...." ucapku dingin.

"I looking for you. Let's home " ujar Sam.

"Leave me alone. Tinggal kan aku sendiri" ucaku mengalihkan pandangan.

"Papa dan mama mencarimu" jelas Sam.

"What I want, when I want. Pergilah Sam, urus saja Tasya" ujarku, menatap batu nisan orang tuaku.

"Dia bukan temanku" jelas Sam.

"Karena dia pacarmu. Aku melihat mu di parkiran. Semua ucapanmu itu omong kosong" ucapku menatap Sam tajam.

"Itu Tasya yang melakukannya. Percayalah"

"Kau tidak perlu menjelaskan, aku bukan siapa-siapamu"

"Reina....aku senang kau jadi temanku. Aku senang menemanimu. Aku senang menatapmu...aku menyukaimu..." jelas Sam

Aku tertegun mendengar perkataan Sam. Satu kata yang selalu membuat ku sakit kepala diucapkan oleh dua sahabatku di hari yang sama.

"Bisakah kau pergi Sam. Aku tidak mau...aku bingung...." ucapku menundukkan kepala.

Aku merasakan tangan Sam menyentuh sisi wajahku, dan mengangkatnya agar aku bisa menatapnya. Dia juga melepas kacamataku, pandanganku menjadi tidak fokus.

"Aku tau kau bingung...dan tidak tau.....aku hanya ingin mengatakannya saja. Sandra dan aku sependapat jika kau orang yang baik.

"Kau mempunyai cinta yang besar di hatimu....namun kau selalu mengabaikannya.....dan menutupinya dengan sifat dinginmu. Tapi kau tidak bisa menutupinya dariku, aku bisa melihatnya lewat ucapan dan perilakumu. Ajari aku agar aku bisa menjadi orang yang lebih baik" jelas Sam.

"Aku tidak mempunyai semua itu, aku bukan orang baik, aku tidak mengajarimu karena kau menyebalkan dan memuakkan. Kenapa kau mempunyai semua yang ku inginkan.....LUPAKAN KITA PERNAH BERTEMAN"

Aku mengambil kacamataku dan memakainya lagi.

"Terima kasih kau sudah menampungku"

Aku berlari meninggalkan Sam, keluar dari pemakaman. Namun Sam dapat mengejarku dan membalikkan badanku menghadapnya.

"Jangan pernah berpikir untuk pergi....kau harus tetap disini....banyak orang yang mempedulikanmu.....dan kau tidak sendirian" ucap Sam memegang kedua pergelangan tanganku.

"I DON'T CARE ABOUT YOUR STUPID ASS SPEECH...!!!......LET ME GO"

Sam menarik wajahku mendekat dengan tangannya, dan menciumku. Tangan memegang kedua sisi kepalaku. Aku menampar sisi kanan wajahnya dengan telapak tangan kananku.

"JANGAN SAMAKAN AKU DENGAN TASYA...." bentakku.

Aku berlari ke arah bus yang ada di depanku. Aku menaiki bus itu, dan berhenti di sebuah halte di daerah yang tidak ku ketahui. Di sisi kanan dan kiri jalan hanya ada hamparan rumput dan ilalang. Hanya ada beberapa mobil yang melintas. Dan hari mulai gelap. Aku berjalan kaki mengikuti langkah kakiku sendiri. Samar-samar terdengar suara mesin mobil melambat dari arah belakang, tetapi aku berusaha untuk terus berjalan. Hingga aku mendengar langkah kaki mendekatiku dari belakang.

Reina Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang