BAB 2: Him & Her

11K 462 0
                                    

REINA
Matahari mulai menampakkan sinarnya. Mulai hari ini aku harus lebih sabar, karena sudah pasti Senior yang bernama Tasya akan membenciku dan sudah pasti OSPEK hari ini dia akan balas dendam.

"Pagi Sleeping Beauty! Bangun sana lihat nih aku udah siap dari tadi, capek tau nunggu kamu. Ayoo bangun..!!"

Selama ini aku tinggal di kos sederhana. Tapi aku tidak sendirian, aku tinggal bersama sahabatku. Namanya Aldira Syakirana Nalanda, dia baik, cantik, cerdas, dan sangat ramah. Berbeda denganku aku hanya kebalikannya. Dan tadi suaranya memanggilku dari ambang pintu.

"Ayoo!! Bangun kebo, aku seret nih!" Ujar Aldira

Tak lama aku merasa tanganku ditarik menuju kamar mandi. Setelah masuk di kamar mandi aku segera membersihkan badanku.

"Aku tunggu di depan!!" Teriak Aldira

Selesai mandi aku segera berganti pakaian seperti kemarin. Tak lupa aku memakai kacamataku dan menggelung rambut pirangku dengan pensil. Dan segera keluar menghampiri Aldira.

"Jalan yuk Al" ajakku

Aku dan Aldira berjalan kaki menuju kampus, karena hanya berjarak satu kilometer dan itu tidak masalah untuk kami.

"Ya udah yuk, lambat banget sih, kaya siput" ucap Aldira

"Pagi-pagi gak usah cari masalah" ujarku datar

"Huh, untung aku sabar. Tapi kemarin kamu kemana, aku cari tapi nggak ada?" Tanya Aldira

"Aku males sama seniornya, blagu dan ngak tau malu. Males. Jadi aku pergi ke perpus baca buku" jawabku

"Jangan bilang.... Kamu yang nampar kak Tasya senior kita" tebak Aldira

"Hmmmm" gumamku

"Reina, udah aku bilang berapa kali sih sama kamu, tahan emosimu. Akan jadi apa kamu nanti waktu OSPEK REI!!!?"

"Biarin aja, aku udah tau kok resikonya. Lagian dia juga yang cari masalah"

"Aku gak percaya, pasti kamu yang bertingkah seenaknya sendiri, dan waktu mereka negur kamu, kamu nglunjak"

"You know me so well. But she shouted me as a bitch, and I can't accept that"

"Rei, aku ngak bisa apa-apa Rei, aku ngak bisa nglindungi kamu, maaf Rei" ucap Aldira, meneteskan air mata

"Tarik ucapan maafmu, dan hapus air matamu. Itu sama saja kau menganggap rendah dirimu" ujarku kesal

"Baiklah, mau bagaimana lagi. I just can hope you can trough this, I always help you. Let's start the day"

Aldira mengenggam tanganku masuk ke Kampus tepatnya di Aula. Aku dan Aldira memang selalu mendukung satu sama lain. Sejak SMP kami hidup sebatang kara. Kami bekerja untuk makan dan membiayai sekolah kami sendiri. Karena pengasuh panti asuhan sudah tidak mampu lagi.

Aku dan Aldira bekerja di sebuah restoran. Awalnya kami hanya jadi tukang cuci piring, namun pemiliknya yang bernama Bu Shinta berbaik hati untuk menjadikan kami sebagai pekerja tetap walaupun masih dibawah umur, dan membelikan tempat tinggal untuk kami, yaitu kos yang masih kami tinggali hingga sekarang. Tidak hanya itu Bu Shinta juga membiayai sekolah kami hingga SMA.

Di restoran tempat kami bekerja, aku hanya seorang pelayan dan Aldira sebagai pembantu Koki. Aldira sangat pandai memasak, dan saat jam tutup restoran dia selalu memasak untuk makan malam.

Tibalah kami di Aula, dan saat inilah semua prediksiku akan terjadi.

SAMUEL

"KAK SAM BANGUN, MOM IS LOOKING FOR YOU, WE HAVE TO BREAKFAST NOW. DON'T SLEEP LIKE A PRINCEESSSS!!"

Itulah dia adikku. Namanya Sandra Alana. Dia adalah orang terceria dikeluargaku. Aku tidak tahu darimana sifatnya itu tetapi aku yakin dia seperti itu karena temannya yang kurang lebih sama seperti Sandra.

Mamaku bernama Sakirana Amanda dan papaku bernama Daniel Grayson Robinson. Mereka adalah orang tua terlucu di dunia, karena papa selalu menggoda mama setiap saat, dan selalu berhasil membuat mama salah tingkah.

Papaku bekerja sebagai Direktur Utama di Robbin Group. Perusahaan ayah bisa dibilang sangat sukses karena mempunyai cabang di tiap negara, dan hotel di penjuru dunia. Dan setelah aku wisuda nanti aku akan menggantikan posisi itu. Jujur saja aku tidak siap dan tidak akan siap.

"KAK BANGUN!!!!!" Teriak Sandra. Tepat di Telingaku.

"Okay you win lil sist" ucapku serak, seraya duduk

"Your time is 30 minutes, starting from now" ancam Sandra.

Dua puluh menit berlalu, akhirnya aku selesai bersiap-siap dan turun sarapan.

"Morning Sam" sapa mamaku

Papa dan Sandra menoleh bersamaan, namun kedua ekspresi mereka bertolak belakang. Papa sedang tersenyum dengan setelan kantornya, sedangkan Sandra menatapku dengan tatapan musuh.

Aku hanya memasang wajah datarku dan dan tersenyum tipis.

Sampai di Kampus aku melihatnya lagi. Gadis yang sangat pemberani itu. Aku akui dia berwajah malaikat, alis tipisnya, mata yang selalu terlihat tegas walaupun ditutupi kacamata, hidup mancung, dan bibir tipis yang menawan. Tapi dia mempunyai hati sekuat baja. Aku menyunggingkan senyum.

REINA
Sudah kuduga ini pasti terjadi baru setengah hari aku disini, kakiku serasa terbakar, dan sekujur tubuhku penuh tepung. Ini semua karena Senior Jalang itu, dia mengerjaiku sesuka hatinya, namun aku menahan emosi yang ada di ujung kepala, agar Aldira tidak menangisiku seperti pagi tadi. Saat Aldira menangis aku merasa sangat direndahkan, namun yang menangis itu Aldira dan aku tidak berani membentaknya. Aldira adalah orang yang sangat peduli sekitar, berbeda sekali denganku.

"REI!!" Teriak Aldira dari belakang

"Hei" jawabku tersenyum

"Kau baik?"

"Ya...hnmm..hanya butuh beberapa pakaian"

"aku bawa dua kemeja Rei...pakailah" ujar Aldira.

"Tidak usah, pergilah, kau akan dimarahi nanti"

"Yah...baiklah...tapi...."

"Cepatlah"

"Berjanjilah jika ada apa-apa panggil aku"

"Iya..baiklah..cepat sana pergi"

"Ya...aku mengkhawatirkanmu"

"Aku bukan bayi Al, sudahlah" ujarku

Setelah Aldira menghilang aku langsung ke Aula mengambil tas ku dan pergi ke kamar mandi.

Lebih dari setengah jam aku berkutat dengan tepung yang ada di sekujur tubuhku akhirnya selesai. Sekarang aku hanya menggunakan kaos hitam polos dan celana jeans.

Aku berjalan menyusuri lorong menuju perpustakaan, lalu kurasakan ada orang yang berjalan di belakangku dan berangsur-angsur menyusulku sehingga berada di sampingku.

"Tidak perlu takut, jika itu yang kau pikirkan. Kenalkan aku Sam" ujarnya

Reina Where stories live. Discover now