"Keluar lo semua!" ucap Delima pada perempuan yang masih ada dalam toilet dengan kasar dan berteriak.

Mereka semua langsung keluar meninggalkan toilet. Delima, Lidya dan Shani tersenyum senang setelah melihat keadaan toilet sudah tidak ada satu orang pun lagi.

"Mau apa kalian?" tanya Sinka. Dia melepas tangan Delima yang sedaritadi mencengkramnya erat, lalu menghempaskan tangan Delima kasar.

Delima lalu mendorong kuat tubuh Sinka ke tembok, Sinka kaget dan terkejut, punggungnya yang terbentur tembok jadi sakit.

"Arrgghh..." rintih Sinka.

"Lo apain, Nicho?" sekarang malah Delima yang balik bertanya ke Sinka. Delima menekan kedua bahu Sinka dengan tangan untuk merapatkan lagi tubuhnya ke tembok.

"Maksud lo apa, Del?"

"Jangan belaga bego, Sin! Lo kan yang buat Nicho jadi sekarat dan sekarang ada di rumah sakit?"

"Jangan asal nuduh lo, Del! Kalau gak ada bukti."

"Gue gak perlu bukti. Karena sakit hati foto setengah bugil lo beredar di sosmed. Terus lo mau ngabisin Nicho, gitu? Licik lo jadi cewek, kaya body lo bagus aja. Sekarang lo terima pembalasan gue karena udah buat Nicho, cowok gue. Terbaring sekarat di rumah sakit."

Delima melihat ke Lydia dan Shani, mereka berdua mengerti dan langsung bergerak. Lydia mengambil air kotor bekas ngepel lantai kampus yang belum sempat dibuang oleh petugas pembersih, air kotor itu ada di ember pojokan dekat pintu toilet.

Langsung saja Lydia menyiramkan air kotor itu ke tubuh Sinka dari atas kepalanya, dan air itu langsung membasahi seluruh tubuh Sinka.

Sinka pasrah atas tindakan senior-seniornya, dia hanya berdiri diam sambil meneteskan air mata. Walaupun hati Sinka sakit atas perlakukan mereka. Sifat Sinka sama persis dengan Veranda, hatinya lembut dan tidak suka kekerasan.

Giliran Shani sekarang, dia mengambil ember kecil yang berisi lumpur penuh cacing, lalu menyiramkannya dari atas kepala Sinka, ternyata mereka sudah menyiapkan itu didalam toilet untuk memberi pelajaran ke Sinka.

Untungnya Sinka tidak merasa jijik dengan cacing, lagi-lagi Sinka hanya diam dan menangis, walaupun sebagian cacing sudah masuk ke dalam pakaian yang ia kenakan.

Delima tersenyum melihat Sinka sudah kotor dan tubuhnya penuh cacing, kemudian dia memegang dagu Sinka kencang, "ini belum seberapa Sinka, gue masih punya banyak permainan buat lo!" ucap Delima.

Ceklek~

Pintu toilet terbuka, cewek yang baru saja membuka pintu toilet itu tampak kaget dengan apa yang ia lihat, matanya mengarah ke Sinka lalu tersenyum.

Sinka memandang datar ke arahnya, entah apa arti dari senyuman yang ia berikan itu menurut Sinka, karena cewek yang masuk ke dalam toilet adalah cewek yang tadi pagi dia tabrak tanpa sengaja.

"Lo cari toilet di fakultas lain aja deh!" kata Lydia mendorong pintu toilet untuk menutupnya kembali, tapi dengan cepat cewek itu menahannya menggunakan kaki kanan supaya pintu tidak tertutup rapat.

"Sorry! Gue udah gak tahan, kebelet banget," ucap si cewek lalu dia mendorong pintu toilet dengan cepat dan langsung masuk ke dalam, lalu ia menutup pintu toiletnya, "lo gak kasian sama dia? Udah kotor gitu temen lo. Dan iih gilaaaaa... Cacingnya banyak banget!" kata si cewek itu lagi.

"Bukan urusan lo. Lo gak usah ikut campur!" ucap Delima sinis.

"Sadis. Gue bukannya mau ikut campur sama urusan lo, tapi gue bakal turun tangan kalau ada orang yang tertindas didepan mata gue," ucap si cewek santai sambil menyenderkan tubuh kecilnya ke belakang pintu toilet, dan kedua tangan dia lipat didepan dada.

Pencuri HatiWhere stories live. Discover now