Kinal masuk ke ruangan Hanna yang ada didalam unit gawat darurat untuk memastikan keadaanya. Dilihatnya Hanna masih tertidur, mungkin karena efek obat bius yang dokter suntikan padanya.

Suster memberitahukan pada Kinal kalau Hanna harus pindah ke ruang rawat inap, Kinal pun setuju dan langsung mengurus semua, Kinal berjalan menuju ruang administrasi rumah sakit untuk mengurus kepindahan Hanna dari ruang unit gawat darurat ke kamar rawat inap.
.
.

Kinal POV

Aku sudah membereskan semua adminstrasi rumah sakit untuk Hanna. Setelah itu aku jalan menuju ruang rawat inap Hanna untuk melihatnya kembali.

Ketika aku ingin menuju ke sana, tiba-tiba aku dikagetkan dengan orang yang sangat kukenal sedang jalan menuju ke arahku, dia bersama seorang wanita yang berjalan disampingnya.

Kemudian dengan sigap aku berbalik badan supaya wajah ini tak terlihat olehnya. Untung saja dia belum sempat melihatku, "baik, dok! saya akan usahakan."

Aku mendengar percakapannya dengan orang yang dia sebut sebagai dokter itu. Setelah dia dan temannya melewatiku lalu menjauh, aku langsung membalikan badan kembali, aku menatap punggungnya dari belakang.

"Ve!" ketika melihat punggungnya lama-lama menjauh dari pandangan mata ini.

Ya, dia Veranda. Ternyata ia sudah menjadi dokter di rumah sakit ini. Aku mematung memandang Veranda dari sini, dan lama kelamaan punggungnya tak terlihat lagi.

Setelah itu aku melangkahkan kaki untuk ke kamar rawat Hanna, kasihan dia sendirian jika nanti tersadar.

Ceklek~

Pintu ruang rawat Hanna kubuka pelan, aku terkejut melihat dua orang yang tak kukenal ada di kamar Hanna.

Satu perempuan paruh baya, dan satu lagi seorang laki-laki yang lebih muda dariku. Langsung saja kuberjalan mendekati kedua orang tersebut dan menanyakan siapa mereka sebenarnya, "maaf kalian berdua siapanya Hanna?" tanyaku ke mereka.

"Saya mamanya Hanna. Dan ini Tony adiknya," jawab perempuan paruh baya yang ternyata dia mamanya Hanna, dan laki-laki itu Tony adik Hanna.

"Oh. Maaf tante, saya gak tau. Saya Kinal teman kerjanya Hanna," sambil mengulurkan tangan ke mama dan adiknya Hanna.

"Sebenarnya apa yang terjadi dengan Hanna?" tanya mamanya Hanna.

"Hanna tertabrak pengemudi sepeda motor saat kita makan siang tadi, kejadiannya begitu cepat, jadi saya gak bisa menolongnya. Maafkan saya, tapi semua ini sudah saya serahkan ke pihak yang berwajib, jadi tante dan keluarga tak perlu khawatir."

"Jangan sesali apa yang sudah terjadi, ini semua bukan salahmu, dan terima kasih karena sudah membawa Hanna ke rumah sakit," ucap mama Hanna yang keibuan.

"Terima kasih, tante. Kalau gitu saya pamit pulang," aku pergi meninggalkan ruang rawat inap Hanna, karena Hanna sudah ada yang menjaga, jadi ketika dia nanti tersadar ada keluarga disampingnya.

Aku menuju parkiran tempat mobilku terparkir. Masuk ke dalam mobil dan melajukannya di jalan raya.

Hari sudah sore, lebih baik aku pulang ke rumah untuk istirahat. Karena bajuku ada noda darah Hanna saat aku menolongnya. Jok di mobilku pun ada bekas darah kering Hanna dan pengemudi motor.

Sesampainya di rumah, aku langsung menyuruh bang Ucok untuk membawa mobil ke salon mobil biar dibersihkan dari darah yang sudah mengering, jika perlu kulit joknya diganti jika memang tak bisa dibersihkan lagi.

Aku pergi ke kamar untuk berganti pakaian, setelah itu aku rebahkan tubuh ini diatas kasur yang empuk. Mataku menatap langit-langit kamar, menerawang jauh ke sana.

Pencuri HatiWhere stories live. Discover now