Kinal bangun lebih dulu dari Veranda, ia terkejut melihat Veranda tidur disampingnya, menghadap ke dia kemudian tangan kiri Veranda melingkar di perutnya. Kinal tersenyum kecil, dan tak berani menggeser tangan Veranda yang ada di perutnya. Kinal diam dan membiarkan sampai Veranda bangun. Menurut Kinal, kekasihnya ini pasti lelah setelah kemarin malam merawatnya.

Kinal memegang tangan Veranda yang melingkar di perut dengan sentuhan lembut. "Kamu pasti capek, sampai tidurmu pulas seperti ini," ucap Kinal pelan.

Ada pergerakan kecil dari Veranda, dan sepertinya ia baru saja bangun dari tidur lelapnya. Veranda mengerjapkan matanya pelan, menatap wajah Kinal yang tersenyum disampingnya.

"Pagi pacarnya Ve. Gimana hari ini, masih demam?" tanya Veranda pertama kali setelah ia bangun tidur sambil mengecek suhu tubuh Kinal dengan tangan ke dahi dan leher, otomatis tangan Veranda yang sedaritadi Kinal pegang pun terlepas.

"Pagi juga pacarnya Kinal yang cantik bak bidadari khayangan. Udah mendingan kok! Siapa dulu yang jadi dokternya," ucap Kinal senyum-senyum manis ke Veranda.

Veranda bangun tidur pun masih terlihat cantik, wajar kalau Kinal pagi-pagi sudah gombal didepan dia. Kata orang kalau mau lihat perempuan itu cantik atau tidak, lihatnya pas dia bangun tidur di pagi hari.

Veranda beranjak dari tempat tidur, ia jalan menuju jendela kamar Kinal, kemudian membuka tirainya supaya sinar mentari masuk ke dalam. Tidak lupa ia juga membuka jendelanya lebar-lebar, pergantian udara di kamar Kinal sangat dibutuhkan, karena Kinal harus menghirup udara segar dimasa penyembuhan.

Kinal membenarkan posisi tidur ke posisi duduk, kemudian ia beranjak dari tempat tidur menghampiri Veranda yang sedang berdiri dekat jendela.

"Makasih ya, Ve." Ucap Kinal yang kini sudah ada disamping Veranda.

Veranda menganggukan kepala dan tersenyum ke arah Kinal, "kamu mau sarapan apa? Nanti kubuatin," tanya Veranda.

"Gak usah repot-repot, biar Nabilah aja yang nyiapin sarapan buat kita."

"Masa Nabilah sih?! Emang dia ngerti? Diakan masih kecil, Nal."

"Umur sih muda, tapi sifatnya keibuan kalau lagi ngerawat aku. Jadi dia tau apa yang harus ia lakukan."

"Kamu tuh ada-ada aja, kalau gitu biar aku aja yang nyiapin sarapan untuk kita bertiga. Kamu mau tiduran lagi atau gimana?"

"Aku mau nonton TV aja, bosen di kamar terus."

Mereka berdua jalan keluar kamar. Setelah itu Kinal ke ruang TV kemudian menyalakannya, sedangkan Veranda pergi ke dapur untuk memasak sarapan pagi.

Karena hari ini hari sabtu, jadi bi Asih yang bekerja di rumah Kinal ikutan libur, sama seperti orang kantoran yang libur di hari sabtu dan minggu.

Itu semua karena Kinal yang mau bi Asih libur. Menurutnya kalau sabtu dan minggu kuliah Kinal juga libur, jadi bi Asih ikutan libur.

Selang beberapa menit Nabilah keluar kamar, ia menghampiri Kinal yang sedang duduk sambil nonton TV.

"Udah baikan lo, kak?" tanyanya.

"Lumayan, mending lo bantu ka Ve di dapur. Dia lagi nyiapin sarapan untuk kita," suruh Kinal pada Nabilah. Nabilah mengangguk, lalu jalan menuju dapur dan membantu Veranda menyiapkan sarapan.

Sedangkan Kinal asyik nonton TV, dia nonton film kartun kesukaannya. Kebahagian yang Kinal rasakan karena Veranda sudah merawatnya membuat ia semakin jatuh cinta pada si pencuri hati.

Terbukti, Kinal senyum-senyum sendiri kala membayangkan Veranda saat ini, padahal kartun yang ia tonton tidak melakukan adegan lucu. Sepertinya Kinal tak akan melepas Veranda begitu saja ke pelukan orang lain.

Pencuri HatiWhere stories live. Discover now