Prolog Part 1

20K 736 18
                                    

Age: 9 tahun

Suara barang pecah-belah terus terdengar meramaikan malam yang sunyi ini.

"Aku sudah tidak bisa menahan lagi, aku mau cerai denganmu!"

Kali ini terdengar suara yang tak kalah keras, telepon dilempar ke dinding. Rusak.

"Bagus, cerai saja, cerai! Aku juga sudah tidak tahan melihatmu!"

Wanita yang terlihat sangat sedih bercampur marah itu dengan cepatnya melesat ke dalam kamar setelah seruan pria itu. Hanya berkisar beberapa detik saja, wanita itu muncul kembali dengan disertai tas tangan dan koper berisi pakaian-pakaiannya yang terlihat acak-acakan karena dimasukkan secara paksa.

"Aku tidak akan pulang lagi, selamanya!"

Pria itu menghempaskan dirinya ke sofa yang kebetulan masih utuh, tidak dengan sofa lain. "Pergi, pergi! Jangan pernah pulang lagi! Bersenang-senanglah dengan lakimu itu!"

Wanita itu menggigit bibirnya dengan kesal setelah mendengar balasannya itu. Wanita itu sudah hampir melangkah keluar dari rumah berantakan itu kalau saja ia tidak menangkap sosok seorang gadis kecil yang bersembunyi di balik dinding. Melihatnya, wanita yang tadinya berekspresi sangat buruk langsung berubah selembut malaikat dan mendekati anak kecil itu. Ia mengulurkan tangan kepadanya.

"Ayo, sayang. Ayo ikut Mama per—"

"Jangan sentuh anakku!"

Wanita yang ingin menyentuh anak kecil itu langsung ditepis kuat oleh pria yang baru saja melesat datang dari sofa. Belum juga wanita itu sempat berdiri setelah terjatuh karena tepisannya, pria itu sudah keburu menamparnya lebih kuat lagi, tanpa disertai alasan, mengagetkan wanita itu.

"Kenapa kau menamparku?!" tanya wanita itu kebingungan dengan mata yang berkaca-kaca.

"Dia anakku! Jangan pernah kau mencoba untuk merebutnya dariku!" Pria itu memeluk gadis kecil yang tepat berada di belakangnya dengan erat. Wanita itu tidak senang dengan keputusan ini.

"Dia juga anakku! Daripada kamu yang pengangguran, aku lebih bisa menghidupkannya!" Setelah teriakannya, wanita itu hendak menarik gadis kecil dari pria itu, tapi sekali lagi ia ditepis jauh.

"Kamu tidak perlu sok baik! Pergi dan hidup berbahagia sana dengan laki brengsekmu! Meskipun kami akan hidup sengsara, bagaimanapun juga aku tidak sudi membiarkan anakku memanggil orang lain Papa selain aku!"

Wanita itu menggigit bibir lagi. "Tapi dia a—"

"Pergi!!"

Wanita itu membisu. Ia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Kekeraskepalaan pria itu membuat wanita itu tidak berkutik. Wanita itu hanya bisa mengalirkan setetes air mata saat bertatapan dengan gadis kecil itu. Tak lama bertahan, wanita itu pun bangkit dan mulai melangkah pergi tanpa menoleh sekalipun.

Belum juga 5 detik setelah kepergian wanita itu, pria itu sudah menangis terisak-isak sambil memeluk anak kecil itu, menyesali apa yang telah terjadi.

Gadis kecil yang dipeluk erat itu tidak menangis, tidak pula mempunyai niat untuk menenangkan pria itu. Ia hanya berdiri diam dan tidak berekspresi. Ia sudah menduga kejadian ini akan terjadi sejak lama dan ia tidak bisa berbuat apa-apa ....

*************************************************************************************

A new story, a new beginning! \(^o^)/

Setelah Desire reader sudah mencapai 300, aku menepati janjiku untuk mempublish cerita baru dengan tema yang masih sama, Mystery/Thriller. Hehe, aku memang kejam, sukanya membuat para karakter mempunyai hidup yang pahit. And well, another broken home beginning, hehe..

Terima kasih bagi yang sudah membaca Desire, atau mungkin hanya klik untuk membuka saja, tapi tidak apa-apa, aku tetap senang karena setidaknya karyaku sedikit dilirik-lirik. Tapi mungkin saja ceritaku membosankan atau tidak menarik, karena itu aku sangat membutuhkan comment bermanfaat yang bisa membantu tulisanku menjadi lebih hidup.

Semoga kelak Desire dan juga Rage in Cage disenangi pembaca, Arigatou nee ^^

Rage in Cage (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang