Scene 71.0 - Please, Breath

281 26 3
                                    

"Diam dulu, ah. Katanya tadi mau-mau aja jadi muse aku, jangan banyak bergerak kamunya." Scene menggerutu sebab Kim selalu beringsut kesana kemari dan tidak mematuhi apa yang ia pinta. "Astaga, Kim Changkam!" Suara wanita itu berakhir naik satu oktaf menciptakan Kim yang berakhir terkekeh senang. Sudah lama sekali ia tidak menjumpai Scenery yang meneriakinya seperti ini.

"Iya ini aku diam, sayang," jawab Kim dan lelaki itu mau duduk lagi di hadapan Scene—kali ini patuh dan benar. "Cepat gambar aku sekarang, aku mau lihat hasilnya nanti. Sepuluh menit ke depan sudah bisa selesai?"

"Sudah gratis, banyak mau lagi."

"Aku tadi habis lihat-lihat pulau dengan Keth. Nanti aku bayar kamu dengan—"

"Diam aku bilang!"

"Alright, alright." Kim langsung mengangkat kedua telapak tangannya di udara berpose seperti menjadi tawanan. Selama beberapa detik ia benar-benar berusaha diam dan membiarkan Scene kembali pada sketchbook serta pensilnya. Scene benar, sudah lama ia tidak menjadi objek uji coba untuk wanita itu. Terakhir, ketika keduanya sama-sama berada di umur tujuh belas tahun, dan sekarang, telah banyak yang berubah. Segalanya begitu cepat dan Kim selalu terpukau jika menyadari apa yang terjadi di antara dirinya dan Scene saat ini.

Beberapa kali lensa mereka bertabrakan namun Scene tentu menatap Kim hanya sekilas saja—kembali fokus pada apa yang dikerjakannya. Berbeda dengan Kim yang mengamati wanita itu layaknya kelopak bunga yang sedang bermekaran. Scene kemudian maju sedikit untuk menyentuh wajah Kim demi memperhatikan beberapa detail lainnya. "Padahal kamu bisa foto aku saja, Scenery. Tanpa perlu duduk dan diam seperti ini. Apa gunanya teknologi-teknologi yang ada untuk membuat semuanya serba dipermudah?"

"Sensasinya berbeda," sahut Scene pendek. "Siapa tau kamu memiliki kerutan tersembunyi yang aku tidak tahu—semakin tampak nyata wujudnya, semakin tinggi pula nilainya. Aku berusaha untuk membuat ini benar-benar hidup."

"Aku masih hidup sekarang?"

"I know. You're not a casper."

"Ayolah, aku capek kalau terus duduk seperti ini." Kim merengek kepada Scene lalu mencolek lengan wanitanya beberapa kali sengaja. "Foto saja, ya foto? Ayo, ayo. Aku harus bergaya bagaimana? Begini?" Ia menyilangkan kedua kakinya anggun sambil menatap Scene dengan sorot menggoda. "Atau begini?" lanjutnya dengan pose konyol lain yang spontan membuat Scene akhirnya tertawa.

"Coba kayang. Mau?"

"Absolutely not." Kim menolak dan mengecup bibir Scene kilat.

"Gaya biasa aja. I just need to see your pretty face." Scene mengarahkan lensa kameranya kemudian mengambil beberapa potret dari wajah Kim. Usai mendapatkan foto yang menurutnya pas dan sesuai yang ia butuhkan—Kim tanpa babibu langsung menyurukkan diri ke tubuh Scene dan merebahkan kepalanya di atas paha wanita itu.

"Belum ada anak kamu di dalam sini." Scene berceletuk ketika lelaki itu sedang mengecupi area pusarnya. Entah lah, Kim suka sekali menguburkan seluruh wajahnya di atas perut Scene lalu memberi beberapa ciuman di sana.

Kim tertawa. "Baru empat hari, masa sudah langsung jadi anak."

Mendengar itu, Scene menyentil kening Kim gemas. Jari-jarinya berpindah mengelus rambut tebal Kim lembut sementara lengan lelaki itu juga memeluk sekitaran pinggangnya erat. "Kamu ternyata begini ya kalau sedang berpacaran. Aku baru tahu, aku kira kamu orangnya sangat cuek. Pasti dulu kamu selengket ini juga dengan mantan-mantan kamu, kan?"

Kim perlahan mengangkat pandangannya dimana Scene juga mengamatinya diselimuti sorot menyelidik. "Kamu juga, aku baru tahu kalau aslinya kamu manja sekali, Scenery. How great it was—mantan-mantan kamu bisa melihat kamu yang diam-diam luar biasa manis. Aku iri, iri, iri," balas Kim tidak mau kalah.

Just Skies are Drawing | T1 (COMPLETED)Where stories live. Discover now