Scene 12.0 - Deep Down, To You

296 22 0
                                    

There were a lot of fears that I had to face when I was young. But she came, got my back.

and I promise to do so. Promise to always be on her back.

******

Kim memijat pelipisnya sambil duduk di bangku bar yang terletak di kitchen room milik Scene sambil menunggu Ethan yang masih memeriksa adiknya. Lelaki itu memejamkan matanya, menarik nafas dalam-dalam. Keadaan emosionalnya terasa seperti diacak-acak dalam satu waktu tanpa jeda dan tanda terlebih dahulu. Apa yang ia lihat tadi benar-benar membuatnya takut.

Di tangan lelaki itu sudah ada sebuah flashdisk hitam yang ia genggam sedari tadi. Begitu bunyi pintu tertutup sampai pada telinga Kim, ia langsung menoleh, memusatkan pandangannya kepada Ethan. Ethan yang seperti paham, langsung duduk di sebelah Kim.

"Ini." Kim memberikan flashdisk hitam yang ada di genggamannya kepada Ethan. "Gue gak tahu isinya apa, tapi gue yakin karena ini dia sampai sekacau itu. Lo kakaknya dan lo lebih berhak untuk tahu."

Untuk sesaat, Ethan hanya memandangi flashdisk hitam yang ada di hadapannya tanpa suara. Ia jelas tahu apa isi dalam flashdisk itu, ia jelas tahu bahwa benda itu adalah milik Ayahnya. Flashdisk yang Ayahnya selalu gunakan ketika menyimpan beberapa klip terpilih yang diambil melalui koleksi-koleksi kamera pribadi milik mereka.

"Thanks," ucap Ethan pendek. Ia tidak bersuara lagi, hanya menenggak air mineral yang sedari tadi ia pegang sampai habis.

Ethan, sama terkejutnya dengan Kim.

"How's her?" tanya Kim.

Ethan mengusap wajahnya kasar dengan raut penuh kekhawatiran. Ia tampak tidak bisa mempresentasikan apa yang seharusnya ia sampaikan, padahal ia adalah seorang Dokter. Melihat keadaan adiknya hari ini cukup membuatnya terguncang.

"She will be fine. Dia pingsan karena tubuhnya terlalu lelah setelah berperang dengan keadaan emosionalnya. Luka-luka kecilnya juga udah gue obati. Untuk sementara, biarkan aja dia istirahat dulu. Gue udah coba kasih dia obat juga tadi."

Kim mengangguk, tanda mengerti. Untuk saat ini, ia tidak ingin banyak bicara kenapa Scene bisa seperti itu. Karena ia tahu Ethan pasti sama bingungnya dengannya sekarang. Kondisi Scene untuk bisa kembali seperti semula lebih diutamakan sekarang.

"Lo balik aja ke klinik, biar Scene gue yang jaga. Kebetulan weekend gue libur. Nanti kalau dia udah bangun gue kabari."

"Thanks ya, Kim. Maaf merepotkan," jawab Ethan yang kini bergerak merapikan seluruh peralatan yang sempat ia bawa. "Nanti gue call juga room service buat bantu bersihkan living roomnya."

Kim dan Ethan lalu berpamitan satu sama lain. Dengan cepat, Ethan membawa langkah kakinya untuk turun dan menuju mobilnya. Nafas lelaki itu memburu bersamaan dengan ia menutup pintu mobil keras. Tangannya bergetar ketika mencoba menyambungkan flashdisk yang diberikan Kim tadi pada laptop miliknya.

Ethan menonton satu persatu klip video yang ada pada benda kecil tersebut. Sampai pada klip terakhir, ia memejamkan matanya dalam-dalam, mencoba menghalau sesuatu yang terasa ingin melesak keluar di ujung kedua matanya.

Tapi sepertinya Ethan tidak bisa juga, lelaki itu akhirnya terisak, menangis sekeras-kerasnya. Ia jelas tahu betapa besar kesedihan yang Scene pendam selama ini. Adiknya sangat kelelahan. Baik fisik dan mentalnya.

Sedetik kemudian, Ethan hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri, suara-suara yang hadir di dalam tubuhnya kini berkecamuk satu sama lain. Ayahnya baru saja meninggalkan mereka selama sebulan, tapi ia merasa sudah seperti tidak bisa menjaga adiknya dengan baik. Tidak bisa merangkul, sehingga, mungkin hari ini, ia hampir saja, bisa jadi, akan kehilangan adik kecilnya.

Just Skies are Drawing | T1 (COMPLETED)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن