LIMA PULUH TIGA

352 21 1
                                    

"Well—it was my bad. Gue memang tidak mengetahui sama sekali perihal Meenara yang memiliki nama lain Manami Ruka. Tentang dia yang pernah besar dan tinggal di Paris. Gue sama sekali tidak tahu menahu untuk ini." Kim membuka suara di hadapan Keth dan Kinn ketika mereka berdua telah sampai di Regis baru saja. Saat ini, ketiganya tengah menunggu kedatangan Ethan yang sudah dikabari setengah jam yang lalu. Sementara Scene—dibiarkan untuk beristirahat di kamar lain.

"And now, what's your next plan? Secara garis besar kekacauan yang terjadi benar-benar dipicu oleh masa lalu dari masing-masing kalian," kata Keth. "Scenery was right when she told us—they wanted to attack me personally by using Aglaia because my full authority was there. Everyone knows what I really want and wish for in my career."

Kim diam-diam menggigit bibir bawahnya disertai tarikan nafas yang berat. Ia seratus persen menyadari bahwa kemarahan Meenara itu didasari oleh persoalan mereka dahulu. Lalu kembali dipantik dengan Scene yang tiba-tiba memiliki hubungan dengan kakak tertua dari mereka dan memiliki akhir yang sangat tidak baik. Simply, she thought Scenery took everything of hers.

Kamu tahu, Kim? Aku selalu berbesar hati ketika kita harus berpisah karena Scenery dan kamu yang gagal setelah berusaha mengubur perasaan kamu itu. Aku sangat menyadari tentang hubungan kita yang didasari oleh kesepakatan dan aku yang mengajak kamu lebih dahulu. Tetapi, apa yang terjadi pada River, benar-benar tidak bisa membuka maafku lagi. Scenery sangat keterlaluan.

Itu yang Meenara ucapkan terakhir ketika ia ikut mengantar mantan kekasihnya itu masuk ke dalam mobilnya selepas pertengkaran terjadi.

"I'll be taking care of her. Setidaknya sampai semua kekacuan terselesaikan, dan Scene bisa kembali lagi bekerja dengan nyaman," ucap Kim tanpa ragu. "Aries berkata ada seseorang yang membantu Meenara dan gue akan mencari tahu orang tersebut. Dia sama besar seperti kita dan Scenery."

"Tentu dia tidak mungkin bergerak sendirian. Menyentuh Aglaia bukan sesuatu yang sepele dengan hanya menjentikkan jari." Kinn ikut memijat sepasang pelipisnya yang berdenyut. "Orang terdekatnya—dan orang di dalam Aglaia sendiri."

Kim mengangguk setuju dengan kata-kata Kinn. Sementara Keth yang duduk di seberang Kim mengusap wajahnya kasar. "Titik pertahanan awal Meenara tentu berkaitan dengan dana. Periksa akun bank yang digunakan wanita itu dan bagaimana riwayat mutasi rekeningnya. Telusuri satu persatu orang-orang yang pernah melakukan transaksi dengannya. Pasti ada satu bank berbeda yang ia diam-diam gunakan secara masif sejak enam bulan terakhir. Selanjutnya, kalau dia bukan Warga Negara Indonesia, tentu akan lebih baik bertransaksi dengan akun bank Internasional," jelas Keth merangkai langkah demi langkah jalan penyelesaian. "Minta Johan untuk membantu. Meskipun Aglaia bisa bergerak sendiri, tetapi apa salahnya kita lebih dahulu memberikan uluran tangan, bukan begitu?" lanjut Keth seraya menatap lensa adik bungsunya itu dalam.

Keth—tidak mau menyalahkan Kim sepenuhnya, tetapi Keth bisa memahami jika Kim pasti merasa sangat bersalah sekarang. Dari seluruh penjelasan yang diceritakan oleh Kim, hal utama lain yang menjadi pemantiknya adalah memang adiknya ini. Ia bahkan baru juga mengetahui, bahwa hubungan yang dijalani oleh Kim dan Meenara sewaktu mereka bersekolah dan masih remaja dahulu ternyata didasari oleh adanya satu kesepakatan.

Ia diam-diam bisa membaca jika Kim terlihat sangat takut sekarang, sekalipun si bungsu Changkham ini tidak menampakkan kegusarannya sedikitpun. Tetapi, dibenci semakin besar oleh sahabat—bukan, orang yang dicintai adalah ketakutan terbesar Kim. Dan Kim, sangat takut bahwa setelah ini Scene akan semakin membuat jarak dan menjauhinya.

"OK. Gue izin pamit dulu karena sore ini harus meeting dengan Papa." Keth berpamitan dan beranjak dari sofa kemudian diikuti oleh Kinn yang juga melakukan gerakan sama. "Lo ikut juga?" tanyanya kepada Kinn.

Just Skies are DrawingWhere stories live. Discover now