Scene 41.0 - Love Him: An Honest Confession From Her

181 13 1
                                    

Kinn terus mengikuti mobil Scene yang melaju diatas rata-rata sambil sesekali tetap memerintahkan asistennya untuk menghubungi wanita itu. Ia terus bergumam sekaligus memohon dalam hati, agar Scene mau menghentikan mobilnya atau setidaknya mengurangi kecepatan, karena apa yang Scene lakukan saat ini, dapat membawa wanita itu masuk ke dalam ruang potensi bahaya. Apalagi dengan kondisi—yang Kinn yakini, bahwa Scene mengendarai mobilnya bersamaan emosinya yang sedang tidak stabil.

Scene terlihat membelokkan mobil yang ia kendarai masuk ke sebuah jalan yang Kinn tahu, bahwa jalan ini adalah akses khusus ke satu dermaga tempat berlabuhnya kapal pesiar, termasuk kapal-kapal milik keluarga Changkham. Kinn semakin menambah kecepatan mobilnya—berusaha menyamai mobil Scene karena ketakutan lelaki itu semakin besar. Jalan hampir menemui titik buntu, namun Scene masih tetap di kecepatan yang sama.

Detik setelahnya, Kinn melihat Scene menghentikan mobilnya secara tiba-tiba dan wanita itu langsung turun begitu saja—berlari dengan langkah tertatih menuju jembatan kecil disertai wajah yang sangat basah. Tidak peduli, bahwa pintu mobilnya masih dalam keadaan terbuka. Kinn segera turun, ikut berlari mengikuti Scene, hingga di ujung jembatan lelaki itu berhasil meraih tubuh Scene dengan cepat dan membawa wanita itu ke dalam pelukannya.

Kinn bisa merasakan tubuh Scene yang bergetar hebat dan isakan tangisnya yang semakin keras. "I love him." Kata Scene mengaku. "I really love him, Kinn. I'm so sorry..." ucapnya lagi yang meskipun hanya gumaman, tetapi Kinn bisa mendengar kata-kata tersebut dengan jelas. "Gue minta maaf, it was my fault..."

"No. Why was it your fault, Scenery?" potong Kinn yang selanjutnya menjauhkan tubuhnya sedikit agar bisa melihat wajah Scene sepenuhnya. Keduanya berkontak mata dan Kinn bisa melihat seberapa besar luka yang terekspresikan melalui sepasang lensa wanita itu. Kedua telapak tangannya lalu bergantian menghapus air mata yang membasahi wajah Scene. "Bukan salah lo sama sekali. Falling and loving aren't crimes."

"But I've already ruined it all. I let my ego guide my steps, I allowed myself to bloom again for him. I was so stupid, Kinn." Scene meracau disertai nafas yang tersengal, membuat Kinn menjadi panik dan meminta wanita itu agar bisa mengatur nafas dengan baik terlebih dahulu sebelum melanjutkan kata-katanya lagi. "If I just sit quietly, I probably won't ruin it all. I have to remember that not every feeling needs a response. He's so precious to me, Kinn, and I've ruined it," lanjut Scene yang kemudian kembali memeluk Kinn. Sementara lelaki itu tampak mengernyitkan dahi seusai mendengar apa yang Scene tuturkan baru saja. Jangan katakan bahwa Scene sebenarnya sudah lama menyukai Kim namun wanita itu memilih untuk menyimpan perasaannya.

Tetapi Kinn memilih untuk mengesampingkan dugaannya terlebih dahulu. Yang terpenting saat ini adalah bagaimana ia bisa membuat Scene tenang dan membawa wanita itu pulang kembali ke Regis karena angin laut dirasa semakin kencang dan ia bisa merasakan tubuh Scene yang mulai menggigil. "Ayo pulang, kita sama-sama ke Regis," ajak Kinn yang kemudian membawa Scene bersamanya untuk kembali masuk ke dalam mobil. Ia juga memerintahkan dua asistennya yang lain untuk bersamaan mengikuti mereka—membawa mobil Scene kembali ke Regis.

Kinn sudah kembali dan ia memasuki rumah utama Changkham disertai langkah yang tergesa-gesa. Telapak tangannya mengepal kuat dan begitu ia telah sampai di depan kamar Kim, tanpa mengetuk—Kinn langsung menerobos masuk dan menarik tubuh Kim hingga satu kancing baju Kim terlepas karena tarikannya yang begitu kasar. "Anjing!" Kinn berteriak marah. "Siapa yang mengajarkan lo untuk sekurang ajar itu?!"

Dua tamparan melesat di wajah Kim dan sukses membuat adik bungsunya itu jatuh tersungkur di lantai. Kim memegangi wajahnya dan menemukan bahwa ujung bibirnya terluka sebab terasa perih. Ia menoleh kepada Kinn dan kakak keduanya itu tampak berjalan ke arahnya—naik ke atas tubuhnya dan menarik kerah bajunya lagi, bersiap untuk melayangkan satu pukulan lanjutan sebelum satu teriakan nyaring datang...

Just Skies are Drawing | T1 (COMPLETED)Where stories live. Discover now