SEMBILAN

371 37 4
                                    

"Everyone would think that her life must always be easy. She reached that peak, gained the title, the crown, and the fame. All of her wishes seemed to be always on her side. But they didn't know how much she always looked up at the sky, alone and quiet, with long tears running down her face like a river."

*****

Scene menatap layar komputer besar yang kini ada di hadapannya dengan tidak menunjukkan reaksi apapun. Di seberang sana, ada juga Ethan yang seperti telah siap akan menjawab seribu pertanyaan wanita itu lontarkan. Scene memejamkan matanya sebentar, mencoba mencerna tiap-tiap kata yang tertulis pada rekam medis kesehatan Ayahnya.

"Since when?" Scene bergumam pelan, masih memperhatikan layar besar tersebut. "Satu tahun yang lalu," lanjutnya lagi—menjawab pertanyaannya sendiri. Wanita itu menggelengkan kepalanya tidak percaya.

"Scenery—"

"Why didn't you guys ever tell me about this?" Scene menodong Ethan begitu ia berangsur-angsur telah mengatur ritme nafasnya yang mulai memburu. Ada rasa kecewa yang tiba-tiba memupuk, dan wanita itu merasa begitu bodoh sekarang.

"It happened when you were also at the hospital in Massachusetts."

"Then why did you not tell me after I fully recovered?"

"Papa asked us to hide it from you, Scenery."

Scene lantas tertawa keras serta bertepuk tangan usai mendengar alasan yang dilontarkan Ethan. Ujung rambutnya yang ikal ikut melenggang bebas mengiringi pergerakan tubuhnya. "Good," puji Scene diselimuti nada sarkas.

"Scenery, tolong jangan berasumsi—"

"How could I have not any assumptions while everyone's here—" Ia menjeda kalimatnya sebentar, memikirkan bagaimana selanjutnya ia harus berucap. Bayangkan, ia baru saja kembali dari Bali setelah melaksanakan kegiatan kerjanya namun ini yang harus ia hadapi sekarang. "Am I the only exception to this, Ethan?"

Ethan hanya mengangguk lalu fokus lensanya ia turunkan ke bawah. Lelaki itu tampak sangat merasa bersalah kepada Scene.

Mendapatkan maksud dari gestur Ethan, membuat Scene lantas bangkit dari kursi ruang kerja putra sulung Caskey itu. Sebelum meraih tas tangan hitam miliknya dan melangkah pergi keluar, Scene menahan dirinya sebentar dan berucap lagi. "He's a professor, a fucking doctor. How could Papa find out when everything went bad?"

"When he was sick, he used to think that he was probably just tired due to his tight schedule. Seperti yang kita tahu penyakit ini tidak memiliki banyak gejala di awal, Scenery. Sekalipun di tahap lanjutan, telah memiliki gejala namun tidak spesifik bisa langsung dikaitkan kesana. It makes sense, kalau Papa hanya berpikir bahwa dia kelelahan. Lalu masih bisa diatasi dengan perawatan biasa," jelas Ethan.

Scene memijat keningnya tertawa miris. Wanita itu menggelengkan kepalanya lagi—terlihat tidak mempercayai apa yang baru saja ia dengar. Ia pun turut memberikan sindiran dengan nada miring. "Such naivety, when he always sacrifices everything for others but can't even protect himself.

"Scenery, I am sorry—"

Mendengar permintaan maaf yang diucapkan Ethan membuat tawa Scene semakin kencang. Lebih tepatnya—wanita berumur dua puluh empat tahun itu tengah menertawakan dirinya sendiri. "I have to go now, and we'll talk about this later. I need some time to make it relevant."

Ketika Scene telah sampai dan menyentuh bagian gagang pintu, wanita itu kembali menjeda gerakannya untuk bersuara yang terakhir sebelum benar-benar meninggalkan ruang kerja Ethan.. "Ethan, have you ever felt like—getting left out?" tanya Scene pelan sambil tetap membelakangi Ethan yang kini menatap punggungnya dengan sorot mata sendu. "What I've heard today is really affecting me. I've just landed from Bali, won the tender, and was planning for our family dinner because I wanted to celebrate it with all of you. But—" Scene menarik garis senyumnya miris. "You always said that I don't even need to feel like an exception here. Well, I guess not everything is always going to be right, isn't it? Tapi sekarang coba sadari, kalian semua memperlakukan gue seakan-akan gue adalah orang asing yang tidak berhak untuk mengetahui apapun. Am I right, Ethan?"

Just Skies are DrawingWhere stories live. Discover now