Scene 47.0 - Untouched Message I

194 15 1
                                    

Begitu Scene menyetujui untuk masuk ke ruang panggilan, pekikan Keth langsung menyentaknya. "Oh Tuhan—terima kasih karena Scenery masih mau mengangkat panggilan kami," ucap Keth yang lantas membuat Scene tertawa serta memberikan balasan dengan ekspresi miring. "I'm okay, everyone, and still alive—no need to be worried, I guess?"

"But you never replied to my messages since you started getting attention in the media, Scenery."

"Have you not heard from Kinn? We met yesterday. Did he not tell you about my condition?" Scene menautkan kedua alisnya kemudian melayangkan tatapan kepada Kinn. "Kinn!"

"I did." Kinn cepat-cepat membela diri. "But this man never stops calling me and asking whether you need assistance from us. Simply, he doesn't trust me, Scenery. Tipikal bapak-bapak ruwet—kalau bukan lo sendiri yang mengeluarkan suara dan memberi kabar, dia belum tenang seratus persen," lanjutnya penuh rasa jengkel.

"Bagaimana ya kalau dia nanti punya anak perempuan? Apa nggak—"

"Damn. The reason I insisted on calling you is that I was genuinely worried about your condition, Scenery. Yet, I'm wrong—turns out you guys are bullying me." Keth tampak menyesali keputusannya karena melihat Scene yang ternyata baik-baik saja bahkan masih memiliki seribu ide untuk menjahilinya.

"Ya, karena gue memang baik-baik saja, Keth. Dua hari yang lalu gue begitu sibuk karena harus pergi kesana dan kesini, sekarang syukurnya baru bisa sedikit bernafas. Terima kasih sudah mengkhawatirkan adikmu ini." Scene menjelaskan keadaannya. "Gue sudah mulai terbiasa dan pelan-pelan bisa bersabar sekarang. Berjalan dengan penuh perhitungan dan meyakini bahwa semua pasti akan terselesaikan. Buka begitu our Chief Executive of La Jardin yang terhormat?" Ia mengerling berusaha memberi keyakinan kepada Keth.

"Where are you now, Keth? Are you heading somewhere?" tanya Scene ketika memperhatikan latar belakang Keth saat ini yang sedang berada di dalam pesawat.

"He will fly to Jakarta, Scenery. He personally wants to meet you," sahut Kinn selepas kembali dengan membawa semangkuk cemilan buah kering.

"Buat apa?"

"Fencing, yuk," usul Keth tanpa menjawab banyak pertanyaan Scene. "Besok, di tempat biasa at 9 AM. Jangan ada yang terlambat."

"Dih, memang lo bisa untuk bangun sebelum jam sembilan pagi?" Scene memberikan sindirannya. "Saya sarankan anda untuk jangan terlalu banyak bermimpi ya, orang tua."

Kinn tertawa keras sementara Keth tampak ingin sekali mencubit Scene jika saja keduanya berdekatan sekarang. "Kim kemana? Bukannya dia ada Jakarta?"

"Jakarta?" Kinn mengulang pertanyaan Keth—terlihat tidak yakin dan tertawa sinis. "Sejak kapan? Bukannya dia ada di Khao Yai bersama Meenara?"

'Oh—He is in Khao Yai. Minggu ini juga ulang tahunnya, masuk akal jika Kim lebih memilih untuk menghabiskan waktu di Khao Yai bersama Meenara.' Scene tanpa sadar bergumam dalam hati dan hanya bisa mengangguk kecil. Entah, sedikit kekecewaan merayap dalam dirinya ketika mengetahui bahwa lelaki itu sedang berada di Khao Yai bersama Meenara saat ini. 'Semuanya butuh waktu, tidak ada yang instan. Kita akan terbiasa lagi.'

"Iya? Bukannya kemarin dia mengatakan secepatnya akan terbang ke Jakarta?"

"Kalau ada, ya dia akan ada, Keth. Tetapi sampai sekarang supir pribadinya aja masih menunggu di rumah utama."

"Mungkin sudah kembali lagi ke Bangkok." Scene buru-buru menyela perdebatan Keth dan Kinn yang seperti akan segera dimulai dan berharap pembahasan mengenai Kim tidak dibahas lebih banyak lagi. "Bukannya dia juga berencana untuk mengambil program Magister di Chula tahun ini?"

Just Skies are Drawing | T1 (COMPLETED)Where stories live. Discover now