TUJUH PULUH DUA

393 22 3
                                    

Ini adalah akhir, bagian penutup namun harus tetap ia tilik sekali lagi. Setidaknya wanita itu telah belajar, dan berusaha meredam kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja terjadi beberapa belas tahun ke depan. Berbaik dan berlapang dada lah, semoga balasannya sama setara dengan apa yang ia perbuat. Ada dua jalur yang begitu berbeda—harus dirinya perhatikan, hari ini, mari selesaikan itu semuanya.

Ini pertama kalinya Scene akan bertemu dengan Risa. Adik bungsu Meenara. Setelah menyelesaikan seluruh pengobatannya, Scene memutuskan untuk menjadi wali dari Risa untuk sementara sampai Meenara kembali nanti. Ada banyak pertimbangan yang dilalui, namun diakui, bahwa ia tetap tidak sampai hati jika mengabaikan Risa begitu saja—sementara usia gadis itu yang terlampau masih sangat-sangat muda.

Risa akhirnya datang, menarik kopernya sambil berjalan mengekor di belakang Tatiana—Kepala Asisten Rumah Tangga Keluarga. Saat ini mereka telah berada di airport lounge menunggu penerbangan menuju California yang sebentar lagi akan diberangkatkan. Scene tersenyum seraya merendah sebab dilihatnya Risa yang tampak kurang nyaman. "Risa," panggil Scene halus. Ia menyentuh pundak Risa pelan dan menepuk tali ransel yang ada di sisi pundak gadis itu. "Hati-hati di jalan, ya. Nanti, kalau Risa sudah sampai di sana, akan ada Maam dan Sir Carlsen yang menjemput Risa. Jadi Risa jangan khawatir sama sekali." Wanita itu kemudian menyelipkan satu lembar potret keluarga Carlsen di tangan Risa agar gadis itu bisa mengenali lebih dahulu.

Risa akhirnya tidak menunduk lagi, mau mengangkat kepalanya dan menatap Scene namun masih diselimuti sorot mata sendu. "Terima kasih, Kak Scenery."

"Belajar dengan baik, supaya Risa bisa menjadi orang yang sukses nanti. Semangat." Scene mengangkat satu telapak tangannya yang mengepal untuk menyemangati Risa. "Kak Meenara akan segera berkunjung sampai waktunya nanti, dan Risa tidak akan sendirian."

Sedikit binar akhirnya terpercik di lensa gadis itu. "Benarkah?"

Scene mengangguk. Ia memahami bagaimana risaunya Risa saat ini. Pergi ke sebuah negeri seorang diri tanpa mengenali siapapun dan harus beradaptasi di lingkungan yang baru, pasti memunculkan banyak keraguan untuk gadis itu. "Of course, she will. Yang terpenting Risa juga harus selalu sehat, supaya nanti bisa menjemput dan memeluk Kak Meenara, ya."

"Kak Scenery." Gadis itu akhirnya memanggil nama Scene usai mendengar pemberitahuan bahwa sebentar lagi memasuki boarding time. "Atas nama Kak Meenara, Risa meminta maaf yang sebesar-besarnya," ucapnya diiringi lensa yang berkaca-kaca. "Terima kasih karena Kakak sudah memberikan perhatian yang sebesar ini untuk Risa. Risa—minta maaf sekali."

Scene langsung membawa tubuh Risa dan memeluknya erat. Begitupun Risa yang juga memeluk Scene seakan-akan wanita itu adalah orang terakhir yang dimilikinya. "Jangan meminta maaf, Risa. Risa tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan semua itu. Kakak sudah baik-baik saja sekarang, jadi Risa tidak boleh menyalahkan diri sendiri, ya?" Ia melepaskan pelukan mereka dan mengusap air mata yang sudah mengalir di kedua pipi gadis itu. Bohong kalau ia tidak tersentuh ketika mengetahui bagaimana Risa diam-diam menyalahkan diri pada sebuah permasalahan yang belum tentu dipahami gadis itu sepenuhnya.

"Risa berjanji untuk belajar dengan baik dan terus sehat. Risa tidak akan pernah melupakan seluruh kebaikan dari Kakak. Terima kasih, terima kasih banyak. Risa tahu kalau Risa diberi keberuntungan yang luar biasa saat ini. Risa doakan Kak Scenery juga selalu sehat dan bahagia," ucap Risa.

Pelan-pelan, gadis itu melangkah pergi—menarik kopernya dan berjalan menuju lorong yang menyambung sekaligus dengan pintu keberangkatan. Bersamaan, Scene tiba-tiba kembali mengingat sesuatu—dan ia mengejar Risa untuk menyelipkan selembar kertas kecil di telapak tangan gadis itu. "Hubungi Kakak melalui surel ini kalau Risa membutuhkan sesuatu. Apapun itu, jangan sungkan. Kakak akan sangat senang mendengar semua yang Risa ceritakan nanti."

Just Skies are DrawingWhere stories live. Discover now