EPILOG

20.7K 2.3K 402
                                    

Happy reading

Tandai typo dan jangan lupa tinggalkan jejak

Tandai typo dan jangan lupa tinggalkan jejak

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Sea."

"Sea bangun!"

Tidak ada tanda-tanda dari gadis itu untuk bangun, membuat pemuda yang tengah membangunkannya langsung menghela nafas. Sekali lagi ia mengguncangkan bahu Sea, tetapi lebih kencang dari sebelumnya.

"Seandra bangun!"

"Eungh?" Sea menggeliat pelan, ia merasa terganggu dengan guncangan di bahunya.

Perlahan gadis itu membuka matanya, cahaya menyilaukan membuatnya tidak bisa melihat pemuda yang sedang berdiri di sisi tempat tidurnya. Sea mengerjapkan matanya beberapa kali sampai pandangannya mulai jelas.

"Bang Hen?" gadis itu langsung terduduk.

"Sshh," Sea meringis pelan, kepalanya tiba-tiba berdenyut.

"Nah, suruh siapa langsung bangun gitu aja? Udah tau baru turun demamnya, malah nggak hati-hati," Hen duduk dan memijat pelan kepala adiknya.

Sea menatap pemuda itu dengan mata berkaca-kacanya, dirinya kembali dan abangnya tidak kenapa-napa. Gadis itu menangis dan membuat Hen menjadi panik.

"Kenapa lo nangis? Kepala lo sakit atau demamnya masih belum turun?" pemuda itu langsung memeluk adiknya yang menangis.

"Huwaa... bang Hen masih hidup, kita kembali ke dunia nyata. Akhirnya kita bisa kembali," ucap Sea yang masih menangis.

Hen mengernyitkan alisnya, ia tidak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh adiknya. Pemuda itu melepaskan pelukannya dan menatap lamat wajah Sea yang terlihat jelek, karena sudah tiga hari tidak mandi.

"Lo ngomong apaan? Dunia nyata? Gue masih hidup? Lo kira gue udah mati? Wah, lo ngedoain gue cepet mati—gitu?" marahnya yang membuat Sea langsung panik.

"Bukan gitu, bang Hen nggak lupa kalau kita masuk ke dalam novel dan bang Hen jadi Ravin? Tapi, bang Hen mati gara-gara dirancunin sama papanya Sean," ujar gadis itu yang kembali menangis, karena mengingat Hen meninggalkannya sendirian di tempat yang sudah mirip seperti neraka.

"Ravin? Papanya Sean? Maksud lo, Sean nama tokoh kesayangan lo—yang buat lo nangis sampai demam tinggi selama tiga hari?" tanya Hen yang mengingat nama Sean sering disebut oleh adiknya, waktu Sea mengalami demam tinggi.

"Iya si Sean tokoh kesayangan gue, ternyata dia jahat banget dan bikin gue trauma. Gue nggak mau lagi suka sama tokoh novel, apalagi tokoh jahat. Soalnya yang jahat nggak bakalan berubah jadi baik dan dia bakalan jadi jahat terus sampai mati!" seru Sea sambil mengusap ingusannya dengan tisu yang disodorkan Hen.

"Nggak bener nih bocah, kayaknya gue harus panggil dokter lagi. Lo masih demam atau pusing lo belum reda?" pemuda itu menyentuh kening adiknya yang sudah tidak sepanas kemarin.

The Villain's Obsessed (End)Where stories live. Discover now