BAB 5

44.2K 3.5K 522
                                    

Happy reading

Tandai typo dan jangan lupa tinggalkan jejak

Sean baru pulang, tetapi kali ini dirinya pulangnya telat hampir dua jam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sean baru pulang, tetapi kali ini dirinya pulangnya telat hampir dua jam. Pemuda itu mendapatkan sedikit gangguan saat di jalan tadi, tapi ia bisa mengatasinya dengan mudah. Namun wajah Sean terlihat berbeda, pemuda itu mendapatkan beberapa luka memar di wajahnya.

Ceklek...

Sean membuka kamar adik angkatnya, ia melihat Sea yang sedang rebahan di tempat tidur. "Woy! Obatin luka gue!"

Sea terperanjat kaget, anak perempuan itu menoleh ke arah pintu kamarnya. Iris hijaunya membelalak kaget, ia langsung turun dari tempat tidurnya dan mengambil kotak obat yang ada di meja belajarnya.

Sean menutup pintunya, ia berjalan ke tempat tidur sang adik. Pemuda itu meringis pelan, ternyata sudut bibirnya robek. Namun ini belum seberapa dengan apa yang terjadi pada Brian yang dinyatakan koma dan tentunya Sean mendapatkan surat panggilan dari sekolahnya.

Sean sudah berhasil membuat kepala Brian bocor dan menusuk dadanya sampai mendapatkan robekan yang cukup dalam—karena Sean menusuknya dengan pecahan kaca jendela. Lalu saat dirinya pulang, ia dihadang oleh enam orang yang merupakan teman tongkrongan Brian dari sekolah lain dan Sean berhasil mengalahkan enam orang itu sendirian.

"Ini kenapa wajah bang Sean kayak gini? Terus tangannya juga ada perban—"

Sea tidak melanjutkan kalimatnya, ia sangat terkejut melihat keadaan Sean yang jauh dari kata baik. Wajah yang babak belur, sudut bibir yang robek dan telapak tangan yang terdapat perban—tetapi perbannya sudah kotor oleh darah.

"Cepet obatin gue!" sentaknya yang tidak suka dengan kecerewetan Sea.

"Iya," jawab Sea yang mulai membuka kotak obat miliknya.

Anak perempuan itu membersihkan luka di wajah Sean, tidak ada ringisan atau ekspresi kesakitan dari pemuda itu. Sean menatap lurus wajah adik angkatnya yang begitu dekat, ia bisa melihat dengan jelas warna mata milik Sea yang ternyata warnanya hijau kebiruan. Untuk beberapa saat, Sean terus menatap mata berwarna hijau itu.

"Bang Sean nggak mau ke rumah sakit? Takutnya ada infeksi," ucap Sea yang masih fokus dengan kegiatannya.

Sean tidak menjawabnya, iris legamnya kini terpaku pada bibir tipis yang berwarna merah itu—bibir Sea tidak memakai apapun, tetapi begitu merah. Sean meneguk ludahnya dengan susah payah, entah mengapa tubuhnya menjadi panas dan ia merasa haus?

"Bang Sean?" suara Sea menyentaknya dari lamunannya.

"Ck, apa?" jawab Sean dengan nada tidak santainya.

"Jangan marah-marah terus, nanti bang Sean bisa darah tinggi," ucap Sea tanpa sadar.

"Lo khawatir sama gue?" tanya pemuda itu yang kini mendekatkan wajahnya.

The Villain's Obsessed (End)Where stories live. Discover now